13

8 1 0
                                    

🙌🙌🙌

※ Moi et Toi(?)※

"Ehh iya? Ada apa Min?"

"Sendirian aja. Nggak masuk kelas?"

"Kalau gue berdua disini juga nggak mungkin. Iya, habis ini."
"Perlu gue tolong bawain?"

"Ahh nggak kok, nggak usah. Gue bisa. Gue mandiri. Satu dos isi buku panduan lab gini mah beratnya nggak ada apa-apanya, daripada berat karena rindu."

"Teros.."

"Hahahaha, nggak ada salahnya kan kalau rindu?"

Hahaha, katanya. Sesaat gue terdiam dan hanya mengerjapkan mata beberapa kali. Kalau ini dibiarin terus, bakalan membludak hati gue. Satu kali tepisan disertai niat, kata-kata puitis ala Dilan KW itu nggak semudah ini memengaruhi gue.

Mengenai gue dan Jaemin, cukup Jaemin dan gue aja yang menyimpan dan tahu alasan kita nggak meneruskan perasaan yang harusnya nggak gue alami. Walaupun, seseorang nun jauh di kelas 12 IPA-2 udah tahu. Tapi, nggak semudah itu gue percaya kalau Doyoung tahu kenapa gue dan Jaemin mengakhiri masa pdkt an pada zamannya.

KRINGGG KRINGGG

"Ehh, gue duluan ya bebs. Dimarahi Pak Narto gue ntar."

"Iya, hati-hati bawanya."

"He em"

Bel masuk berbunyi, waktu istirahat telah usai. Sekarang waktunya sedikit mendinginkan otak dan kepala karena pelajaran ketiga adalah Bahasa Indonesia dan selanjutnya pelajaran keempat adalah Biologi, salah dua mata pelajaran yang gue gemari.

Gue yakin kalau siang ini bakalan nggak ngantuk, mengingat pelajaran kali ini cukup me-refreshingkan otak. Nyatanya, otak ini memberikan sinyal bahwa gue harus menguap. Bahkan nggak kehitung berapa jumlah menguap yang gue lakukan. Emang bener, sihir siang hari ketika sekolah memang selalu terjadi. Apalagi setelah makan, lalu menikmati sepoi-sepoi angin dari kipas angin, tinggal siapin matras atau tikar, kemudian jaket atau tas sebagai bantalan kepala. Memang surga dunia.

Berusaha untuk fokus dan menjadi pendengar yang baik, teman sebangku gue melakukan hal yang sebaliknya. Bagian tumpul dari pensil, Yuta gunakan untuk menusuk-nusuk pipi kanan gue, kemudian beralih ke bolpoin, seenak pusarnya, Yuta malah menggambar bunga dandelion dekat pergelangan tangan gue.

Udah kelihatan bakatnya jadi manusia seni selain jadi pelawak bareng Haechan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Udah kelihatan bakatnya jadi manusia seni selain jadi pelawak bareng Haechan.

"Yut. Udah.. jangan digambarin mulu tangan gue. Lihat udah berapa cabang bunga yang lo gambar." Protes gue dengan suara berbisik seraya menarik-narik tangan gue.

"Lo mau bikin konten ASMR? Bisik-bisik tetangga aja lo."

"Lo tahu kita dan para siswa berada dimana kan? Dan sedang apa. Bicara dengan volume keras, di situasi seperti ini, apakah diperbolehkan dan memungkinkan?"
"Dan lagi, gue bukan kanvas berjalan"

Yuta memilih untuk tak menggubris pertanyaan dan pernyataan yang gue ajukan dalam satu paragraf. Gue mulai lega bahwa Yuta menghentikan gerak tangannya dan nggak akan meneruskan gambar lagi, tapi yang gue pikirkan ternyata di luar ekspektasi. Yuta malah membalik tangan kanan gue menjadi menyamping dan mulai menggambar lagi di tempat berbeda, yaitu di sisi samping jari manis tangan kanan.

김 바니

Alangkah terkejutnya, mata gue sontak membelalak dan menarik paksa tangan gue dari genggaman Yuta. Gue masih bisa membaca huruf Hangeul yang ditulis Yuta, tapi belum bisa menyusun kalimat dalam Bahasa Korea. Paling mentok kalimat-kalimat dasar dan sederhana. Kata kedua artinya Bunny, yang menjurus ke hewan kelinci, nggak perlu dipikir, kelinci yang dimaksud adalah Kim Doyoung.

Angkat tangan gue sama si Nakamoto Yuta.

"Wah.. bener-bener lo Nakamoto"

Sang manusia seni hanya cengengesan sambil menunduk agar nggak kelihatan Bu Mina yang tengah menjelaskan unsur intrinsik dan ekstrinsik dari suatu cerita. Sementara gue mempoutkan bibir dan berusaha menghapus tato yang digambar Yuta, gerakan hapus-menghapus ini terhenti karena dipikir-pikir bagus juga gambaran Yuta. Alhasil, rasa kesal gue ke Yuta gue tarik lagi. Untung, setelah ini mau jam pulang.

15:00

Waktu yang paling ditunggu akhirnya tiba.
Pulang telah tiba, pulang telah tiba. Hatiku gembira..~
Bel pulang berbunyi dua kali, saat itu juga rasa kantuk ini sirna. Buru-buru gue beresin semua buku dan alat tulis. Kemudian merogoh handphone di dalam tas, gue tekan icon gagang telepon di pojok bawah kiri dan menekan angka 3 selama dua detik, deringan khas telepon yang sudah tersambung memenuhi ruang kelas karena sengaja gue handsfree, ruang kelas cukup sepi karena yang sekarang hanya tinggal gue, Hanna, Jaehyun dan Yuta.

"Ahh.. Kak Taeil kemana sih?", racau gue seraya menekan lagi nama "Kak Taeil ganteng" yang tertera di riwayat panggilan. Dengan mendecak sebal dan hembusan nafas kasar, dering sambungan telepon masih terdengar.

"Masih belum diangkat teleponnya sama mas jemputan?" Tanya Yuta yang berbaring di atas meja bagian belakang kelas dengan tas yang menumpu kepalanya.

"He em. Btw, namanya bukan mas jemputan yes, namanya Kak Taeil. Kakak kandung gue." Jawab gue seraya menghubungi lagi Kak Taeil.

"Ohh.. jadi yang diomong-omongin sama Haechan pas di kantin tadi, mas-mas itu kakak lo?" Ujar Jaehyun seraya melepas kedua airpod di telinganya. Ekspresinya nampak terkejut dibuktikan mulutnya yang masih menganga.

"Sebelumnya, katupkan terlebih dahulu mulut Anda, Tuan Muda Jung Jaehyun."
"Iya, dia kakak gue. Kalian kan emang jarang main ke rumah gue, lagian ngapain juga. Kakak gue di Yogya, jadi dosen seni disana. Jadi pas liburan akhir semester dan liburan natal aja pulang ke rumah." Jawab gue yang masih menatap layar ponsel. Harap-harap cemas gue sekarang.

Jaehyun hanya mengangguk diikuti Yuta yang kembali rebahan setelah menopang kepalanya dengan tangannya karena menyimak penjelasan gue.

"Guis, gue duluan ya. Udah dijemput." Pamit Hanna pada kita semua. Gue melambaikan tangan kemudian kiss bye pada Hanna.

Setelahnya, gue mendapati panggilan dari nomor tidak dikenal. Entah kenapa, jantung gue ikut berpacu. Kak Taeil udah 3 kali gue telepon nggak diangkat.

"Jaehyun, Yuta.. gue turun ke bawah ya. Gue cewek sendiri di kelas. Nggak nyaman bereww" ujar gue seraya menekan tombol hijau untuk menerima panggilan itu.

"Kalau gitu, gue sama Jaehyun juga ikut turun." Ujar Yuta yang mengenakan jaket dan memakai tasnya.

"Halo?"

"Ri"

"Ya. Dengan siapa?"

* * *

Moi et toi (?)| DoyoungWhere stories live. Discover now