◇ ; c h a n g i n g

614 133 94
                                    

Ning nang ning nung...

Jalan jalan ke gbk, jalannya naik tj
Hai gais aku rindu.

Btw, pengen ngomong aja ni, kalo mau ngobrol atau curhat dm ku terbuka lebar ya, bae. Yang mau hujat juga aku terima, siapa tau kamu butuh, anggep aja aku somebody you hate. Mau ngurang-ngurangin dosa segunung soalnya :( .g

Oke ini ngapenting

60 votes for next chapter

Selamat menikmati♡



💐💫💌

'Satu ciuman di sepasang bibir perawan dapat merubah segalanya atau menghancurkan segalanya.'
ㅡunknown.









Jenira turun dari motornya dengan perlahan dan berdiri di sebelahnya sementara Eron membuka helmnya dan tersenyum ke arah gadis itu.

"Tadi nggak sakit, kan?"

Dengan senyuman tipis, gadis itu menggeleng pelan dan malu-malu.

"Mau lagi, nggak?" Tanya Eron kemudian terkekeh. Rasa malu yang berasal dari rona merah di pipi pucat Jenira menyuruhnya memukul lengan Eron dengan refleks, gadis itu tersipu.

"Lusa kamu punya janji untuk ajak aku jalan-jalan! Aku kangen jalan-jalan sore sama kamu."

"Oke, nyonya Alexander."

Lagi, Jenira tidak bisa menyembunyikan rasa malunya. Hatinya dibuat berdesir hebat penuh kehangatan. Tangan kanannya berjalan mengalung ke pundak Eron yang berada di atas motornya dan ia mendekat, mendaratkan satu kecupan ringan di sudut bibir Eron. Lelaki itu menggigit bibir bawahnya yang berkedut menahan senyuman ketika Jenira menarik dirinya kembali. Kalo dilihat dari jarak jauh, mereka tuh kaya dua sejoli anak SD yang baru jadian yang manggilnya 'abi-umi', masih labil dan malu-malu. Nggak tau, aneh memang, padahal udah mau nginjak dua tahun dan udah pada tua. Mungkin karena akhirnya mereka bisa merasakan rasa satu sama lain lebih jauh, seakan-akan tali batin mereka kian mengerat setelah pertukaran saliva yang dilakukan dari sore hingga matahari tenggelam sebelum melakukan makan malam bertiga bersama bersama Julia di ruang makan.

"Parahmex, panadil, panjul, pegadaian sampai prajamudakarana nggak ada yang lebih ampuh dari keberanian si Rara yang berhasil obatin sakit aku. Harus pada siap-siap di phk itu karyawannya."

"Kok gitu?"

"Soalnya pabrik mereka bakal aku tutup sebentar lagi, masa iya dosisnya kalah sama ciuman."

"Eron, stop that!" Tampik Jejen dengan nada menekan, ia merasa gemas dengan percumburayuan yang selalu lelaki itu ucapkan.

"I said the truth. Isn't truth better than anything? Even it's better than silent."

"Terserah. Aku pulang ya, mumpung belum jam 8, papah pasti belum pulang. Byee." Jenira melambaikan tangannya dan berlari sedikit untuk sampai ke depan gerbang, namun langkahnya terhenti dan berbalik ketika Eron kembali memanggilnya.

"Ra, ra! Ada yang ketinggalan."

"Apa?"

"Wajah kamu ketinggalan di kepala dan hati aku nih, aku nggak mau kepikiran terus soalnya."

Jenira memutar bola matanya lelah kendati hatinya bermekaran bunga kamboja sementara Eron tergelak dan memakai helmnya.

"Kamu langsung pulang, kan?"

YOU BROKE ME FIRST {♡}Where stories live. Discover now