◇ ; drama korea

683 147 129
                                    

Heyaaa,

Terimakasih untuk masih menjadi setia♥ bersyukur banget ngebacain satu satu bacotan kalian yang kadang bikin ngakak karna kelewat emosih.😂😭

Aku ngatau chapter ini emosional atau nga,

Tapi daripada banyak basot mending hayu meluncur

55 votes for next chapter. ♡

Selamat menikmati💗



💐💫💟









Sesampainya di kelas, Eron tak henti-hentinya menggeleng untuk tetap fokus pada pelajaran yang diterangkan. Selain kepalanya terasa sangat berat karena belasan gelas alkohol yang ia teguk seorang diri di Beer Garden, bayangan wajah Jenira ikut memenuhi kepalanya. Ia merasa sangat terpuruk dan tersiksa ketika mengetahui Jenira memblokir seluruh aksesnya untuk dapat berkomunikasi, ditambah oleh keberadaan Januar, Taeyong, Jibran, dan Ardhito yang siap berdiri menghadang Eron jika saja lelaki itu ingin berbicara dengannya. Hal itu tentu membuat Lucas, Jungkook, dan Jingga harus bekerja lebih keras untuk dapat mempersatukan mereka kembali. Terkadang ketika salah satu dari mereka mendapati Jenira tengah sendiri, ia segera menelepon Eron untuk mengeksekusi kesempatan. Tetapi tetap tidak semudah itu, Jenira bisa mengirim pesan permintaan tolong kepada keempat bodyguard tanpa pamrihnya untuk melindungi.

"Dia update apa aja di sosmednya?" Tanya Eron pada Jingga yang kini tengah mengatur senar gitar dan menoleh padanya.

"Gua diblokir juga asu."

Mendengar itu, Lucas segera membalik tubuhnya seperti biasa. "Bikin strategi, boy." Paparnya tiba-tiba, merubah posisi duduknya dengan dada yang menempel pada punggung kursi. "Jek, lu kan lagi deket sama Phoebe. Gimana kalo kita gunain dia?"

Dengan spontan Jungkook menggeleng cepat. "Kaga ada. Jangan gunain dia lah, gua takut ini kaga berjalan lancar. Lagian juga dia udah ilfeel sama gua gegara gua temen Eron sama lu yang udah ngunciin dia di gudang."

"Gua saranin jangan." Tukas Jingga, menaruh fokus pada gitarnya kembali. "Ron, ini pelajaran buat lu. Ini reward yang lu dapat setelah apa yang lu lakuin selama hampir dua tahun ini."

"Peler! Lu bukan temen namanya, Jing."

Jingga tergelak. "Temen itu ngingetin untuk kebaikan, bukan belain sebuah kesalahan. Gua tau lu mau ngedepanin solidaritas, Kas, tapi bukan begini caranya. Gua kasih tau lu cara maennya." Jingga memetik kunci G.

Jrenggg...

"Selamat pagi anak-anak."

Ucapan sumringah Pak Dedy menutup petikan musik yang bahkan belum sempat dimainkan. Tangan cekatan Jingga buru-buru menyelipkan gitar di bawah mejanya dan semua anak duduk dengan rapih.

"Sianjing, gua baru juga mau nyanyi." Gerutu Lucas menarik sedotan dari mulutnya dan memasukannya ke dalam kolong meja. Itu isi kolong meja dia selain buku paket yang sengaja ditinggal ya palingan sedotan yang bekas dia gigitin.

Eron tertegun, ia duduk tertunduk, menggigit bibir bawahnya menahan rasa rindu yang tiba-tiba muncul dari rongga hatinya. Tanpa pikir panjang ia bangkit dari bangku dan meminta izin pada Pak Dedy untuk pergi ke kamar mandi lantai dasar di samping musholla. Entah apa yang dia pikirkan, tapi amarahnya menuntunnya pergi ke sana sambil berharap bahwa semua penderitaan ini berlalu secepat mungkin.

YOU BROKE ME FIRST {♡}Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang