◇ ; final - u n f o r g i v e n

1.4K 154 102
                                    








But ourselves,
And we're the only ones to blame

It's insane
Cause no one ever wants to change

Yellow, Rich Brian







2 months later..






Ia kira perpisahannya waktu itu akan mempermudah langkah untuk keluar dari hidup satu sama lain. Ia kira ia akan dapat terbiasa dengan keabsenannya dan digantikan dengan sosok yang lain. Ia kira semua semudah itu, tetapi semua justru berjalan lebih buruk. Ketidak hadirannya pada ulang tahun Januar membuat tidak sedikit dari temannya bertanya-tanya kemana perginya Jenira saat itu, dan Phoebe lah satu-satunya orang yang mengetahui bahwa ia menjenguk Eron di Salemba. Tapi kekecewaan Phoebe tak sampai di situ, mengetahui Jenira telah memberikan seluruh hidupnya pada Eron membuatnya kesal bukan main dan membicarakan ini pada Tiere. Dan sesabar serta setulus-tulusnya wanita itu, ia tetap marah karena kekecewaan yang teramat dalam. Kendati demikian, ia tetap menahan diri untuk tidak menyinggung soal ini di depan Ramli atau ia akan melihat putrinya menderita.

Selang beberapa minggu setelah berjalannya pertunangan, Jenira masih enggan menerima kenyataan. Tentu saja faktor utamanya adalah karena ia telah secara sengaja membuka diri memakai alasan sebuah ucapan selamat tinggal, tapi justru selamat tinggal itu berarti tidak bisa pergi selama-lamanya.

Dan yang terjadi pada Eron selama dua bulan itu masih sama. Hatinya masih hancur dan tak ada lagi cara untuk menyusun kepingannya kembali. Seluruh dunia dan pertahanannya runtuh porak poranda. Jenira sudah berlabuh di pelukan orang lain, memulai hidup baru tanpanya. Padahal sudah beratus-ratus cara ia coba untuk bisa merujuk bersama, tapi memang takdir tidak ingin berada di pihaknya. Selepas kepulangannya ke rumah yang disambut haru oleh Julia dan Dipati, ia merasakan kekuatannya kembali. Bahkan ia memenangkan sengketa pengadilan tentang tuduhan pencemaran nama baik yang dilemparkan atasnya. Namun tak butuh waktu lama, kekacauan kembali terjadi. Entah bagaimana bisa, hanya satu hari setelah hari yang membahagiakan itu, Julia memutuskan untuk memantapkan kepindahan Eron ke London. Eron yang tak terima kembali memberontak, pergi dari rumah menuju ke tempat yang pernah ia kunjungi sebelumnya. Bukan Salemba, bukan juga rumah teman-teman kelasnya, lebih jauh dan lebih suram. Tak lagi terdengar kabarnya di telinga siapapun, termasuk Jefri dan Pamela.

Jenira terduduk lesu di kursinya, bertopang dagu memandangi buku pelajaran yang tidak masuk sama sekali ke otaknya. Satu tangannya memegangi perut yang terasa begitu kembung kendati dia hanya makan sepotong roti dan setengah gelas susu saat sarapan. Akhir-akhir ini ia lebih memilih untuk tidak banyak bergerak, bahkan ia harus mengorbankan waktu latihan menari untuk dipakai beristirahat. Tubuhnya terasa begitu rentan sejak beberapa minggu terakhir. Ia menjadi sering bermalas-malasan, tidak keluar kamar seharian, dan mudah lelah. Menyadari temannya yang semakin hari semakin aneh, Phoebe menyaksikannya lebih dari dua menit. Menganalisa, memerhatikan, lalu mengait-ngaitkan segala perubahan yang gadis itu alami selama ini. Sesekali Jenira meringis dan menelan ludahnya.

Kemudian matanya turun lebih rendah, ke dada, lalu ke perutnya. Sialan.. Phoebe menggumam kalut di dalam hatinya. Tiba-tiba jantungnya seperti mencelos ke dasar jurang. Diam-diam Phoebe menggigit bibir bawahnya, berusaha meredam keinginan yang membludak untuk menjerit dan berteriak keras. Tahu-tahu ia berdiri, menarik tangan Jenira secara kasar hingga gadis itu terperanjat dan hampir tersungkur. Sesampainya di kamar mandi, Phoebe menghempas Jenira ke tembok, lagi-lagi gadis itu meringis sakit. Tapi ia berusaha melawan dengan berdiri tegap, mengabaikan rasa nyeri yang menjalar di sekujur tubuhnya.

YOU BROKE ME FIRST {♡}Where stories live. Discover now