◇ ; lo mati di tangan gue

735 157 124
                                    

Ini bener-bener hasil revisian tergercep yang pernah kulakukan ea

Aduh, ini puncak konflik bukan yha..

Plis jangan marahin aku yang sedang krisis gagasan.....

Aku sayang Jejen, dan klen udah😖

45 votes for next chapter😔

Selamat menikmati..♡😳



💐💫💌




Eron's POV



Gua menarik rambut ke belakang dengan kasar, terus melangkah buntutin Bu Sunny ke ruangannya. Gua nggak tau apa yang mau Bu Sunny omongin, tapi hati gua harap-harap cemas dan berpikir bahwa ini menyangkut masalah yang sedang terjadi.

Gua bener-bener cemas dan pikiran gua sekarang campur aduk sama masalah. Masalah tentang Kyulkyung yang ngaku hamil belum bener-bener jelas dan selesai, masalah soal pesan yang gua tarik tadi malam, ditambah lagi masalah kecerobohan gua yang tadi salah kirim. Harusnya gua kirim pesan tadi ke Kyul, tapi malah ke Jejen. Kan bangsat. Gua nggak bisa berenti berdoa biar nanti Jejen percaya ketika gua coba untuk menutupi semuanyaㅡdemi dia biar dia nggak kecewa.

Sesampainya di dalam ruang BK, Bu Sunny menyuruh gua duduk di hadapannya. Dan gua duduk dengan perasaan was-was, diam-diam jantung gua berdetak cepat. Suasana ruangan BK yang dingin semakin bikin grogi namun gua ingatin diri sendiri harus dapat mengendalikan diri sebelum prasangka buruk menguasai.

Bu Sunny tersenyum seraya mengambil buku catatan dan membukanya. "Kamu udah tau belum yang lagi viral di kalangan guru?" Tanya Bu Sunny, dia nulis sesuatu di buku catatan itu. Gua menggeleng, sama sekali nggak memiliki gagasan soal pertanyaan dia. "Jefri udah dibebasin dari penjara."

Spontan gua terkejut, mata gua melebar dan alis terangkat. Anjir, setelah 18 bulan gua nggak ketemu doi, hari ini baru denger kabar dia lagi untuk pertama kali. Sungguh informasi yang mencengangkan.

"Katanya kemarin masa tahanan 4 tahun, bu?"

Bu Sunny mengangkat alisnya sekilas dengan senyuman 'iya-memang'. "He got privilege." Bisik Bu Sunny. Mulut gua terbuka dan gua mengangguk.

Kemudian Bu Sunny ngasih buku catatan itu. "Ron, tolong kasihin ini ke Pak Kwangsoo." Gua otomatis menerimanya.

Jadi bansur doang ternyata, syukurlah.

"Ini doang, bu?"

"Nanti dulu, ada lagi. Kamu pergi ke resepsionis ya, kasih tau kalau akan ada Gerakan Anti Narkotika Nasional yang diadakan jumat ini." Jawab Bu Sunny, ngasih sebuah surat resmi sekolah yang berisi tentang pemberitahuan undangan. Gua melirik lembaran itu sejenak, kemudian mengangguk ketika ponsel gua getar di saku belakang. Semoga itu Jejen.

"Siap, bu. Saya boleh keluar?"

Begitu Bu Sunny mengangguk, gua langsung pamit dan keluar ruangannya untuk ngecek pesan yang masuk. Bukan pesan dari Jejen, tapi pesan promosi king deals dari Burger King di seberang sekolah. Bajingan. Gua langsung matiin ponsel dan masukin ke saku lagi sebelum melesat ke resepsionis di lobi. Tapi belom sampai di tangga paling dasar, gua papasan sama Dadang yang hendak naik ke atas.

"Eh, Ron."

"Oi, Dadang, Jejen lagi ngapain di kelas?"

Sebenernya gua nanya ini karna pengen tau apa Jejen nangis atau nggak.

YOU BROKE ME FIRST {♡}Where stories live. Discover now