◇ ; extra chapter II - we did it!

1.4K 158 182
                                    

Hai! Siapkah dirimu berpisah dengan kitaa?

Siap nga siap kita tetap akan mengalaminyaa

Ada 5200+ words loh (termasuk ucapan terimakasihku di akhir cerita) karena ini masa penghabisan, jadi kuharap kalian betah ya bacanya.

Betahin dong! Kan terakhir kali ketemu Eron dan Jejen. Hehe.

Sambil makan cemilan aja biar nggak boseenn. Atau mungkin bisa dijeda, tapi kumohon dibaca semuanya yaa?

Baca sampai akhir, please?😔

Ini nga akan ngecewain kok♥

Terimakasih😊💗💗 I love you sooo♡

Dan

Selamat menikmati♡♡



💐💫💌












July, 23rd
Minahasa Utara, Sulawesi Utara.

"Saya asli Manado, istri saya dari Jakarta, sebelum saya pergi ke Jakarta duapuluh lima tahun yang lalu saya sempat menetap di Minahasa beberapa bulan untuk melakukan survei. Tempat di sini benar-benar pilihan yang pas kalau kita ingin terlepas dari penat dan bisingnya perkotaan."

Gua menoleh sama Pak Ramli di kanan, lagi nyetir sambil nikmatin angin yang masuk dari jendelanya yang terbuka. "Dari Manado, om? Wah, emang nggak salah."

"Kenapa?" Dia noleh sekilas.

"Iya, Manado termasuk kota yang penduduknya ganteng sama cantik. Jadi itu sebabnya Jenira kaya dewi Yunani, turun dari om."

"Bisa aja kamu, lagi coba-coba nyuri hati om lagi?"

Gua ketawa-tawa doang. Perbincangan kaya gini udah jadi makanan sehari-hari gua, jadi gua nggak merasa canggung lagi. Kalau dulu gua merasa nggak suka ngobrol sama orang yang lebih tua, justru sekarang gua merasa ada yang kurang kalau gua nggak ngobrol sama Pak Ramli. Diam-diam juga gua belajar untuk mengenali dia lebih jauh, membaca maksud setiap perkataannya, mencerna setiap wejangannya, dan kemudian menyimpan itu sebagai bekal gua untuk menjadi ayah yang baik bagi anak-anaknya.

Pertama kali Pak Ramli ngasih tau gua kalau Jejen mau lahiran, yang ada diotak gua adalah menyerah. Gua kira Jejen beneran nikah sama Januar dan mereka hamil. Tapi nyatanya gua lagi-lagi salah karna Pak Ramli langsung nyembur kalau itu anak gua. Keputus-asaan itu berubah menjadi rasa haru yang membuat gua terenyuh dalam sepersekian detik, gua masih ingat saat itu gua langsung duduk bersimpuh seraya hati gua bernyanyi memuja Tuhan mengucapkan terimakasih sebanyak jumlah bintang yang ada di alam semesta ini. Ya, tak terhitung, bahkan tak terhingga. Gua mengeluarkan airmata bahagia yang kedua kalinya setelah gua menangis bahagia di hari dimana gua dinyatakan bersih dari sabu. Gua sebegitu bahagianya sampai-sampai gua lupa untuk makan dan tidur karna gua nggak sabar hari ini akan datang. Hari yang selalu gua nantikan, yaitu untuk bisa liat wajahnya yang selalu berhasil membuat seluruh gunung es di hati gua mencair.

Mungkin ada yang bertanya-tanya, gimana kabar soal PMS yang gua alami. Kalau itu tugasnya Dokter Fahri karna Om Ramli cuma ngatasin penyakit parah seperti kanker, tumor ganas, dsb. Gua menjalani pengobatan jalan rutin selama dua bulan. Gua termasuk beruntung, perjalanan gua yang nggak tentu arah mempertemukan gua dengan seorang bapak-bapak baik hati yang nemuin gua di depan teras toko pada malam hari. Dia langsung paham keadaan gua, dia ngasih gua uang yang awalnya gua pengen gunain untuk cari pengedar sabu. Tapi dia cuma kasih tigaratus ribu, sedangkan sebungkus kecil sabu harganya limaratus ribu. Gua nggak tau lagi harus gimana, akhirnya gua gunain untuk beli bensin dan pergi ke MRCCC buat konsul karna beberapa hari sebelumnya gua merasa tenggorokan gua radang dan testis gua sakit setelah gua mencoba menghilangkan penat dan mendatangi rumah bordil di sekitaran Jakpus. Dan hari terakhir konsultasi gua dinyatakan positif kencing nanah, di situlah gua ketemu sama Pak Ramli lagi dan memulai jurnal baru. Gua sembuh hanya dalam waktu seminggu di sela masa rehabilitasi.

YOU BROKE ME FIRST {♡}Where stories live. Discover now