◇ ; is she happy?

494 126 48
                                    

Heyo wassap

Is everyone happy today?

Hari ini dan besok double update, aku mau kelarin bener-bener karna butuh istirahat panjangggggggggggg

Di hari-hari terakhir ini, can I ask a little favor?😳
Please leave many thoughts here, it gives me a really good vibe..

Thank you anyways❤❤❤❤

Hwhwhw

Love you♡♡

Selamat menikmati💗



💐💫💌











"Makasih, ya, Jan."

"Makasih untuk?"

"Untuk waktu dan bingkisannya." Jawab Jenira menunjukkan kantung kecil yang ia pegang dan dibalas anggukan serta senyuman tulus dari Januar.

"Eh, Januar, nggak masuk dulu, nak? Kita makan malam bareng."

Suara itu dengan mudah membuat keduanya menoleh ke belakang Jenira, dari pintu muncul Ramli masih dengan kemeja rapihnya. Dengan sopan Januar menggeleng sambil berjalan maju untuk menyalami tangan Ramli. "Nggak, om. Saya ada janji sama guru les private untuk selesain materi yang akan keluar di acara cerdas cermat nanti."

Mengerti, Ramli mengangguk sebelum membawa tangannya berjabat secara tegas.

"Kalo begitu kita bikin janji makan malam besok sama papahmu."

"Iya, om."

Setelah berbincang-bincang selama beberapa saat akhirnya Jenira dan Ramli memasuki rumahnya. Mata Ramli berlari pada bahasa tubuh Jenira yang kaku. Tidak ada gelagat ceria maupun pelukan yang biasa gadis itu berikan setiap kali ia pulang ke rumah. Seujujurnya Ramli tahu betul apa yang sedang Jenira rasakan, hanya saja rasa sayangnya lebih kuat untuk melindunginya dari rasa sakit yang akan lebih mengutuknya di lain waktu.

"Nini."

Jenira menoleh, ia menatap gamang pada Ramli-mencoba untuk memberitahu bahwa ia sedang lelah.

"Papah minta maaf jika papah buat Nini sedih dan tertekan. Papah cuma nggak mau putri yang papah cintai, yang papah besarkan dengan sepenuh hati harus ada ditangan seseorang yang nggak bisa bertanggung jawab untuk bikin Nini bahagia. Papah tau apa yang papah lakukan. Terkadang sulit menjadi orang tua seorang remaja yang lagi dirundung asmara. Mereka punya telinga tapi seakan tuli, punya mata namun seolah-olah buta, dan jika orangtua memakaikan mata dan telinganya pada mereka, itu bisa jadi sebuah bencana. Katakan papah harus apa untuk buat Nini kembali bahagia seperti dulu."

"Iya, pah. Nini tau." Jenira bergeming sejenak, menunduk. Sedetik kemudian ia mendongak dan tersenyum simpul sekilas. Ada kesedihan yang sempat tertangkap di mata gadis itu sebelum ia akhirnya beringsut untuk memeluk Ramli. "Maafin Nini, ya."

Ramli mencium puncak kepala Jenira sebelum mengusapnya lembut. "Maafin papah juga."

"Suatu hari nanti kelak Nini akan paham bagaimana rasanya dihantui perasaan khawatir yang papah rasakan. Nggak ada satupun orang tua yang ingin melihat anaknya menderita, kalo ada itu adalah orang tua tiri atau orang gila. Dan selama papah masih hidup, papah akan berjuang sekuat tenaga, sehidup dan semati untuk membuat hidup Nini selalu bahagia jasmani, pun rohani. Setiap malam papah berdoa sama Tuhan agar selalu melindungi anak-anak papah, setiap malam papah selalu berkata papah nggak akan mati tenang jika anak-anak papah nggak bahagia. Papah mencintai Nini dan Bibin tak bersyarat, sampai kapanpun, Nini harus tau itu." Ramli menghembuskan napasnya sedih. Matanya berkaca-kaca karena untaian kata yang keluar dari mulutnya layaknya sebuah nyanyian cinta.




YOU BROKE ME FIRST {♡}Where stories live. Discover now