◇ ; salah kirim

685 153 192
                                    

A bit bertele-tele but this chapter menjelaskan betapa berharganya Jejen bagi her parents dan itu semakin membuat Jejen keep her things safely.

Dan this chapter holds 17+ conversation

Selamat datang untuk pendatang baru♡

Jangan sungkan untuk ikut marah-marah disini😂😂
Anggep aja book ini lapak khusus untuk kalian melepaskan penat dan mengumpat sebanyak mungkin

Siapa tau lega. Hehe

Makasih banget, kalian emang terkeren♡💗💗

39 votes for next chapter!😗

Selamat menikmati~



💐💫💌









Setelah ucapin salam 'sampai jumpa lagi' sama Eron di depan gerbang, Jenira segera masuk ke dalam rumah dan menemui TiereㅡNyonya Pradikusuma yang tengah menonton televisi di ruang keluarga. Gadis itu mendesah panjang seraya menjatuhkan tubuhnya di atas sofa seraya memejamkan mata, ia menjauhkan punggungnya sedikit untuk melepas tas yang masih menempel di tubuhnya sebelum kembali ke posisi semula dan selama itu beelangsung Tiere tersenyum memerhatikannya.

"Gimana sekolah hari ini?" Tanya Tiere, matanya tidak lepas dari putri bungsu tercantiknya. Lalu Jenira menoleh, ia terdiam sejenak, tahu-tahu ia beringsut untuk memeluk Tiere dari samping. "Ada sesuatu sama Eron, ya? Kamu abis darimana emang?"

Jenira menggeleng pelan di dada Tiere, pandangannya lurus ke arah televisi yang sedang memutar acara memasak. "Hari ini nggak belajar, mah. Terus tadi pas pulang Nini langsung pergi ke Kemang Utara untuk jenguk temen Nini."

"Temen kamu kenapa?"

Gadis itu bergeming, berpikir keras apakah ia harus menjawabnya karena ini adalah hal yang sensitif. Tetapi jika ia tidak menjawabnya secara jujur ia tahu ia akan menyesal karena entah mengapa dia berpikir ini adalah sebuah informasi yang penting, terlebih lagi Tiere adalah tipikal wanita yang terbuka terhadap banyak hal.

"Mamah tau Disya, kan?"

"Disya? Um..." Tiere memiringkan kepalanya ke satu sisi, berpikir. "Yang tinggi itu, kan?"

"Iya.. Dia hamil, mah. Tadi Nini jenguk ke sana sama Eron, dia nangis pas Nini datang, katanya semua orang jadi menghujat dia di sosial media dan dia pikir dia udah nggak pantas hidup lagi tapi Nini berusaha yakinin dia kalau hidup emang nggak selalu berjalan mulus dan dia pasti bisa ngelewatin ini semua. Nini kasian sama Disya, terus jadi sedih juga karena rencana kita buat masuk UI bareng sama si Jibran nggak akan terwujud."

Menyadari bahwa ini adalah topik yang sensitif, Tiere membawa tangannya mematikan televisi melalui remot yang ia genggam sedari tadi lalu menaruhnya di atas meja kopi dan memeluk putri kesayangannya dengan sepenuh hati.

"Pertama-tama, mamah mau terimakasih banget sama Tuhan karena mamah nggak menyerah untuk mengandung Nini.. Nini itu bayi terkuat yang pernah mamah kandung, itu sebabnya mamah mutusin untuk tidak hamil lagi karena mamah takut perut mamah nggak kuat menampung setelah mengandung Nini. Waktu pertama kali mamah nge-tes di testpack, itu aja mamah udah dikasih cobaan sama Tuhan dengan cara mamah nggak bisa jalan secara tiba-tiba lalu beberapa bulan kemudian mamah sempat harus pakai kursi roda karena perut mamah keras banget kaya ban tronton yang besar itu." Mereka tergelak bersama. Tiere menarik napasnya dengan senyuman mengembang. "Terus pas masuk delapan bulan, mamah dijailin dan diprank sama Nini, kirain mamah waktu itu Nini bakal lahir tapi ternyata Nini nggak keluar-keluar. Mamah sama Papah sampai capek nungguin kamu yang di dalam perut lagi mutusin untuk keluar saat itu juga atau tunggu nanti aja, eh nggak taunya kamu mutusin buat nggak mau keluar jadinya mamah sama papah pulang dengan perasaan kecewa. Ternyata setelah tujuhbelas tahun belakangan, bayi kuat itu memang beneran kuat dan hebat. Liatlah dia sekarang ini." Tiere tersenyum lembut penuh cinta, tangannya mengelus lembut dari pangkal kepala Jenira hingga berakhir di punggung gadis itu. "Dia cantik, dia baik, dia perhatian, dia peduli, dia hebat, dia lembut. Pokoknya nggak ada kata-kata yang bisa menggambarkan keistimewaan seorang Jenira Mauri Pradikusuma. Bagi mamah dan papah, kamu itu harta karun terbesar setelah Hanbin. Mamah beruntung sekali, Tuhan memberi banyak hak istimewa pada hidup mamah dan itu tak ternilai."

YOU BROKE ME FIRST {♡}Where stories live. Discover now