PART 22 - THE OTHER GIRL

51 13 24
                                    

Kata-kata Dylan yang barusan dibisikkan di telinga Dio, benar-benar berhasil mengusik batinnya. Apa maksud Dylan mengatakan agar jangan sampai kehilangan untuk yang kedua kali? Dio bermaksud menyusul Dylan untuk menuntut penjelasan lebih lanjut. Sialnya, pria itu terlalu sibuk dan tidak kunjung keluar dari gedung pertemuan.

Dio harus menunggu begitu lama di dalam mobilnya dengan perasaan gusar, tanpa menyadari hari sudah semakin sore, lalu merangkak malam. Sedari tadi, Dio terus merasa tidak tenang. Bolak-balik dia menatapi jam tangannya yang seakan bergerak lambat.

Ponselnya bergetar. Sebuah notifikasi pesan masuk muncul di bagian atas layar benda pipih itu. Sebuah pesan dari wanita spesialnya, Kelsie Amanda.

Bos, kau masih belum selesai?

Tidak sampai berapa detik, Dio langsung membalas pesan itu dengan menyuruh Kelsie untuk menunggunya di apartemen. Malam ini dia membutuhkan tenaga dan pikiran gadis itu untuk menganalisis laporan penjualan bulan lalu yang belum sempat dia kerjakan.

Akhirnya kesempatan yang ditunggu-tunggu datang. Dylan berpamitan dengan semua kolega penting itu lalu berjalan untuk masuk ke dalam mobilnya. Tepat pada saat itulah Dio menarik lengan kekar saudara tirinya itu dengan kasar lalu mendorong tubuh Dylan hingga menghantam badan mobil.

"Jelaskan padaku maksud ucapanmu tadi siang!" cecar Dio tanpa basa-basi. Kedua matanya menatap Dylan dengan tatapan nyalang. Sementara Matheo hanya berdiri menyaksikan di sisi pintu kemudi.

Dylan membalas tatapan garang Dio dengan tatapan yang sangat intimidatif. Dio bahkan belum pernah melihat Dylan sepercaya diri ini sebelumnya. Seakan-akan, Dylan sudah memiliki senjata untuk melumpuhkannya detik ini juga.

"Kenapa kau malah ke sini? Sudah kubilang untuk menjaga wanitamu baik-baik."

Dio megerutkan keningnya. "Maksudmu apa?"

Ponsel Dio tiba-tiba saja bergetar. Dia sebenarnya ingin mengabaikan, tapi Dylan yang tahu ponselnya terus-terusan bergetar, malah menyunggingkan senyuman miring.

"Kau akan tahu sebentar lagi."

Dio benar-benar dibuat bingung. Dia lalu melepaskan cengkraman tangannya dari lengan Dylan dan bergerak meraih ponselnya untuk mengangkat telepon. Firasatnya sudah tidak enak. Dylan menungguinya sambil menyelipkan kedua tangan ke dalam kantong, lalu memperbaiki posisi tubuhnya hingga dapat berdiri tegak.

"Bos, apa aku benar-benar wanita pertama yang datang ke apartemenmu?"

Dio melirik ke arah Dylan, tapi dia masih belum memiliki petunjuk. Dio hanya terkejut karena suara Kelsie saat ini terdengar seperti sedang menahan tangis.

"Tentu saja! Kenapa kau menanyakan—"

"Lalu siapa wanita yang ada di dalam apartemenmu ini, Bos? Dia mengaku tunanganmu. Seharusnya kau jujur padaku, Bos. Jadi aku tidak akan sehancur ini."

"AP-APA?! Ka-kau tunggu di situ. Aku ke sana sekarang."

Dylan tersenyum puas. Kedua matanya seakan turut tersenyum karena saking senangnya. Beberapa saat setelahnya, Dylan mengganti senyuman itu dengan tawa sampai kedua sudut matanya basah saat melihat Dio kalang-kabut dan berlari pergi meninggalkannya tanpa peduli lagi tujuan awal pria itu menemuinya.

Dylan sangat menikmati momen-momen itu. Momen di mana pria sombong itu tidak dapat lagi bertingkah seenaknya sendiri—dan merendahkannya seperti orang tolol.

Pada kenyataannya, Dio sekarang sudah berada di bawah kekuasaannya penuh.

***

"Di mana dia?" Dio merangsek masuk ke dalam apartemennya dan langsung mengabsen setiap ruangan untuk mencari keberadaan Kelsie.

"Aku di sini. Siapa lagi yang kau cari."

"Bukan kau. Wanita yang sebelumnya kusuruh kemari, dia kekasihku."

"Oh, wanita jelek itu? Sudah kuusir," jawab seorang gadis dengan paras cantik yang tidak manusiawi. Gadis hasil dari perkawinan silang antara pria Asia dengan wanita Yunani itu kemudian merengkuh pinggang Dio dari belakang dan memeluknya manja.

"Kau tidak merindukanku, babe?"

Dio langsung menghentikan langkahnya, melepas lingkaran tangan gadis itu, lalu memutar tubuhnya untuk berhadapan dengan gadis yang sudah lama sekali tidak pernah saling bertemu semenjak Dio beranjak dewasa.

Sebelumnya, gadis itu memilih untuk tinggal menetap di Yunani bersama ibunya, sedangkan ayahnya menjalankan bisnis perhotelan di Indonesia. Alberto dan Samuel— kedua ayah mereka bersahabat baik.

"Kenapa tiba-tiba pulang?" ketus Dio. Seakan-akan kepulangannya ke negara ayahnya adalah sebuah kesalahan besar.

"Tentu saja karena aku merindukanmu. Aku ini kan tunanganmu, kau lupa?"

"Gianna Amethyst, kumohon. Berhentilah."

Dio sedikit membentak gadis itu, tapi masih dalam batasan yang wajar, tidak terlalu keras.

"Kita sudah pernah membahas masalah ini sebelumnya."

"Aku tidak peduli! Aku sangat mencintaimu, Gerardioku yang tampan! Aku tidak ingin berpisah denganmu lagi." Gianna bergerak memeluk dada bidang milik Dio dengan erat, seakan tidak pernah mau dilepaskan. Tapi lagi-lagi Dio melepas paksa dan menjauhkan Gianna dari tubuhnya.

"Itu bukan cinta. Kau hanya terobsesi padaku. Jika kau benar-benar mencintaiku, kau tidak akan pernah membohongiku soal kondisi kesehatanmu."

Gianna terkesiap. Kakinya reflek melangkah mundur. "Se-sejak kapan... kau menyadarinya?"

"Aku tahu semuanya, Gianna. Aku tahu kau memalsukan diagnosis dokter soal penyakitmu untuk mendapatkan perhatianku, kan? Aku tidak sebodoh itu."

"Lalu kenapa kau diam saja?! Itu berarti kaulah yang sudah menipuku selama ini!"

"Sudahlah, aku tidak ingin berdebat. Mulai sekarang, berhenti mengusik kehidupanku dengan mengganggu wanita yang kucintai." Dio memperingatkan. "Aku membiarkanmu kali ini, tapi tidak untuk lain kali. Aku serius."

"Ah, ya. Satu hal lagi. Berhenti menyebutku tunanganmu, atau aku akan membuatmu menyesal."

Gianna menghentakkan kakinya dengan keras karena jengkel. Semua yang diinginkannya pasti bisa ada dalam genggamannya, tapi tidak untuk pria yang satu ini. Harga dirinya sudah jatuh ke tanah. Terinjak-injak sampai tidak berbentuk lagi.

"Kau bilang, tidak mungkin bisa jatuh cinta lagi. Tapi kenapa kau sekejam ini padaku, hanya karena wanita yang bahkan tidak selevel denganmu itu?!" protes Gianna ketika melihat Dio beranjak pergi untuk mengejar Kelsie.

"Apa karena dia mirip dengan wanita di masa lalumu? HUH?!" ujar Gianna melempar dugaannya sesaat kemudian.

Sebelumnya, Dio sama sekali tidak berkeinginan untuk merespon protesnya, tapi kali ini, kata-katanya barusan berhasil membuat langkah pemuda dingin itu tertahan di tempat.

Dio lalu menoleh. "Kau salah. Aku, hanya mengikuti kata hatiku."[]

***

Hello, I'm Gianna Amethyst

Oops! Questa immagine non segue le nostre linee guida sui contenuti. Per continuare la pubblicazione, provare a rimuoverlo o caricare un altro.

Hello, I'm Gianna Amethyst.
The One and Only Gerardio's Fiancee!

THAT CRAZY CLUMSY MESSY GIRLDove le storie prendono vita. Scoprilo ora