PART 6 - PASSIONATELY CURIOUS

84 24 42
                                    

Hati yang penasaran itu merepotkan! Sungguh!




Pikiran Dio mendadak kacau. Dirinya sulit sekali berkonsentrasi pada meeting kali ini. Kilasan-kilasan kenangan menyakitkan itu muncul lagi. Membuat perasaannya berkecamuk. Apalagi tadi tubuhnya bergerak sendiri tanpa diperintah, tanpa dapat dikendalikan bahkan oleh si pemilik raga itu sendiri.

Mengapa juga dia harus menganggap wanita gila itu sebagai sahabat masa kecil yang sangat dirindukannya? Mungkin Dio sendiripun sudah tertular virus gila dari wanita pembawa wabah bagi kehidupannya itu. Baru kali ini, Dio merasa dirinya benar-benar bodoh dan tidak berguna.

"Jadi, bagaimana menurutmu?"

Dio tersadar dari lamunan panjangnya, dan seketika itu juga dia merasa rohnya ditarik masuk ke dalam tubuhnya setelah tadi sempat menghilang entah kemana. Kedua mata Dio mengerjap beberapa kali saat semua pandangan mata kini tertuju padanya, menanti-nantikan kalimat yang akan keluar dari mulutnya.

Dio menyapukan pandangannya ke arah orang-orang yang hadir dalam meeting itu satu persatu. Seharusnya, Matheo paham betul jika tadi Dio sama sekali tidak turut mendengarkan diskusi yang berlangsung, dan juga, otaknya sedang tidak dapat diajak kompromi saat ini. Dio benar-benar merasa blank. Tidak ada ide atau pemikiran apapun yang terlintas dalam benaknya untuk disampaikan.

Dio merasa, karirnya sebagai seorang CEO jenius dan paling berpengaruh seantero Indonesia kali ini, akan benar-benar tamat.

***

Dio melempar jasnya ke atas sofa yang ada di ruang kerjanya dengan penuh amarah. "Sudah kubilang, seharusnya kau memecat wanita gila itu sejak awal! Persetan dengan manajer sialan itu! Di perusahaan ini, akulah Bosnya! Mulai besok, pastikan namanya tidak ada lagi di dalam daftar karyawan!" geram Dio karena perasaan kesal yang meledak-ledak.

"Ini perintah."

"Tapi Bos," sanggah Matheo tidak setuju, "dia sudah menyelamatkan kita dengan membuat pertemuan tadi berhasil dengan sukses! Bahkan Direktur mereka pun terkesan dengan pengetahuan dan ide-ide brilian yang dimilikinya. Kau tidak bisa membuatnya menghilang begitu saja. Saat ini, dia adalah aset yang seharusnya dijaga dan dilatih, karena suatu saat nanti, wanita itu pasti akan sangat berguna untuk perusahaan ini."

Dio menatap tajam Matheo dari balik meja kerjanya. "Wanita itu, ke depannya tidak lebih hanya akan menjadi pembawa masalah. Seharusnya kau memahami apa yang kukatakan sekarang," ujar Dio dengan nada yang sarat akan kebencian.

Kening Matheo berkerut ketika mendengar penuturan bosnya yang menurutnya sangat tidak beralasan. Dia menarik napas panjang sebelum kemudian mengutarakan pendapatnya dengan berani. Mempertaruhkan secara utuh jabatannya sebagai seorang asisten pribadi.

"Jika yang kau maksud adalah membawa masalah terhadap dirimu sendiri secara personal, dan bukan terhadap perusahaan, maka yang seharusnya kau lakukan adalah segera mencari solusi untuk masalah pribadimu itu. Tapi aku harap, kau dapat tetap bersikap profesional jika sudah menyangkut soal perusahaan."

Mulut Dio seakan-akan dipenuhi cairan lem yang super lengket karena dia tidak dapat membukanya sama sekali. Perkataan Matheo barusan, memang seribu persen tepat sasaran. Tidak ada yang salah dengan kemampuan intelektual wanita itu terhadap perusahaannya. Jujur, Dio sempat terkagum dengan kemampuan analisis pemasaran yang dilakukannya saat rapat tadi.

Kesalahan memang sepenuhnya ada pada dirinya.

Dio perlahan-lahan menyadari, bahwa ketidaksukaannya pada wanita gila, ceroboh, dan berantakan yang beberapa hari ini mengusik kehidupannya itu, adalah karena ketidakmampuannya menghadapi sosok sahabat masa kecilnya yang seakan tercermin dalam diri wanita itu. Raut wajah Dio kini menunjukkan bahwa saat ini dia sedang berpikir keras.

THAT CRAZY CLUMSY MESSY GIRLWhere stories live. Discover now