PART 16 - EXILES

61 17 42
                                    

"Aku tidak akan segan-segan menciummu di tempat ini. Di hadapan orang banyak."





Dio pikir, kata-katanya itu akan berhasil membuat nyali Kelsie ciut dan menyerah untuk tidak meminta lagi gelasnya dikembalikan, tapi ternyata perkiraannya meleset total. Wanita itu malah semakin berani dan semakin mengerahkan tenaganya dengan berjinjit untuk meraih gelas yang bahkan sudah berusaha diangkatnya setinggi mungkin. Kesabarannya terkikis habis. Dio ingin Kelsie tahu, bahwa ucapannya yang barusan, tidak main-main.

Dengan gerakan secepat kilat, Dio segera membalik keadaan dengan menggiring tubuh wanita itu hingga terpojok ke tepian tembok yang ada di belakang punggung Kelsie. Lalu mengurung tubuh wanita itu dalam kungkungan kedua lengannya. Kelsie terperanjat hebat. Dio dapat melihat kilat kepanikan dari kedua bola mata hazel milik wanita itu.

"Kau harus dihukum karena tidak menurut."

Kedua bola mata Kelsie melebar saat mendengar bosnya mengucapkan kalimat itu, lalu berubah jadi mendelik ketika Dio tiba-tiba saja menyambar bibirnya.

Rasanya bumi runtuh saat itu juga. Detik yang berjalan saat kedua bibir mereka menyatu terasa seperti selamanya. Sungguh tega bosnya itu mempermalukannya di depan orang banyak seperti ini.

"Sekarang, kau harus berterimakasih," ujar Dio usai melepaskan ciuman penyelamatannya.

Dio hanya ingin membungkam pergerakan wanita keras kepala itu agar tidak bandel menyentuh alkohol. Dia sama sekali tidak ada maksud lain ketika melakukan ciuman itu pada Kelsie. Meskipun tidak dapat dipungkiri, dia memang ingin melakukannya dengan Kelsie, tapi di saat yang tepat dan dengan cara jantan. Bukan di depan orang banyak dan menjadi tontonan seperti ini. Dio tidak punya pilihan, wanita itu sendiri yang memaksanya melakukan hal itu.

PLAKK!!

"Jangan salahkan aku, Kel. Kau yang memaksaku. Dan aku sekarang sedang tidak melakukan pembelaan diri. Semua demi kebaikanmu."

"Kau benar-benar brengsek, Bos!"

Dio dapat dengan jelas merasakan tatapan penuh kebencian yang ditujukan Kelsie padanya sebelum wanita itu berlari pergi sambil menangis. Dan Dio tidak dapat melakukan apa-apa selain pasrah. Yang jelas, Dio bisa lega karena wanita itu sekarang sudah lolos dari jebakan maut si iblis Dylan.

Dio hendak melangkah keluar sehabis meletakkan gelas minuman yang menjadi biang masalah itu ke atas meja yang ada di hadapan Dylan dalam satu kali hentakan keras. Membuat area sekitar gelas menjadi basah karena tumpahan air yang keluar dari dalam gelas itu. Sampai detik ini, Dylan masih berusaha menahan emosinya yang sudah tersulut sedari tadi. Dia tidak ingin kehilangan wibawanya di depan semua pegawainya.

"Berhenti. Kau sudah membuat acaraku berantakan dan sekarang kau mau pergi begitu saja?"

Situasi mulai berubah jadi mencekam. Matheo yang menangkap adanya sinyal-sinyal perdebatan yang menjurus ke arah perkelahian, langsung menyuruh semua karyawan yang masih diam termangu di tempat untuk segera meninggalkan ruangan. Begitu juga dengan Matheo yang sampai berlarian ke luar ruangan untuk mencari bantuan sekuriti, sebagai tindakan pencegahan dari hal-hal yang tidak diinginkan.

"Kenapa? Kau ingin aku meminta maaf pada seorang penjahat sepertimu? Kau pikir aku tidak tahu niat busukmu mencampuri minuman Kelsie dengan alkohol? Kau sengaja membuat wanita itu mabuk, huh? Agar kau bisa berbuat sesuka hatimu padanya, begitu?" jawab Dio dengan pembawaan tenang, tanpa terprovokasi.

"WHAT THE F**K!"

Dylan mengumpat kasar sembari mengabur ke arah Dio untuk mencengkeram kerah kemejanya. Dia ingin sekali mencekik pria sombong itu sekarang juga hingga tewas. Kesabarannya untuk pria dingin itu sudah lama habis. Seperti sebuah sumur kering kerontang yang hanya ditumbuhi ilalang yang sama keringnya.

THAT CRAZY CLUMSY MESSY GIRLWhere stories live. Discover now