①⑥ ɴʏᴀᴍᴜᴋ

1.5K 234 5
                                    

"Udah siap?"

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

"Udah siap?"

"Udah. Eh bentar, aku lupa kalau jaketku masih ada di dalam kamar."

"Ambil dulu gih, biar nanti ga kedinginan."

Saat ini pukul enam pagi, dan seperti biasanya Jungkook akan menjemput Jimin agar pergi ke sekolah bersama. Oh ya, sebelumnya mereka masuk sekolah sedikit siang hari ini dikarenakan ada acara memperingati hari ulang tahun sekolah seperti mengadakan berbagai macam lomba, menampilkan bakat masing-masing, dan juga penampilan dari setiap ekstrakulikuler.

Lalu bagaimana dengan Jungkook yang datang sepagi ini untuk menjemput sang kekasih?

Ayolah, kalian jangan terlalu naif untuk tidak mengetahuinya. Jelas saja untuk melancarkan aksi modus Jungkook bersama dengan kekasih tercintanya. Apa lagi memangnya?

"Jungkook, ini bunda titip vitaminnya Jimin ya?"

Jungkook yang sedari tadi bermain ponsel langsung mengalihkan pandangannya pada sang sosok calon mertua. Dahinya mengernyit, tidak paham kenapa bunda Jimin memberikannya sebuah vitamin. "Ji sakit apa emangnya?"

Bunda Jimin mendengus sebal seraya memijit pangkal hidungnya. "Dua hari lalu dia pulang sore karena sibuk ngurusin eskulnya, eh waktu pulang malah tumbang. Kecapean katanya."

Kok Ji gak pernah bilang ya?

"Iya bun, nanti Jungkook pastiin supaya Ji minum vitaminnya dan gak banyak kegiatan."

"Hehe makasih ya? Pastiin juga dia makan biar perutnya gak kosong. Bunda masuk ke dalam dulu ya, Nak?"

"Siap, Bunda."

Tak berselang lama kemudian Jimin datang dengan menggunakan jaket abu-abu miliknya. Raut wajahnya terlihat bersinar saat melihat Jungkook sedang sibuk menyimpan sesuatu di dalam ranselnya. "Ayo, sayang."

"Hm."

Loh, Jungkook kenapa?

"Kook, you okay?"

"I'm not okay, aku butuh penjelasan kamu di sekolah nanti."

• • •

Tidak ada yang bisa menandingi kegemasan seorang Jimin. Entah bagaimana caranya, tapi Jimin memang sudah terlahir dengan kadar imut yang natural tanpa dibuat-buat. Sekadar informasi, bahwa sepasang kekasih ini sedang duduk berduaan di kantin yang masih sepi pengunjung. Mereka menikmati waktu bersama belum acara dimulai. Lagipula para panitia acara juga sedang berkumpul.

Sebelumnya Jungkook sudah mengintrogasi Jimin mengenai tumbangnya pemuda itu beberapa hari lalu tanpa mengabarinya. Ya seperti biasa, Jimin tentu akan mengatakan bahwa ia tidak ingin apabila Jungkook bersedih karenanya dan berakhir khawatir.

Setelah mendapatkan permintaan maaf Jimin beserta tingkah imut yang sengaja dilakukannya, akhirnya Jungkook memaafkan kekasihnya dengan syarat tidak akan mengulanginya lagi dan selalu mengabarinya mengenai kondisi kesehatan Jimin.

"Aku ga tahu kalau Bu Dewi jualan mochi seenak ini."

Bu Dewi, ibu kantin sekolah mereka.

"Makannya yang bener dong, Ji. Belepotan gitu kaya anak kecil." Dengan telaten Jungkook mengusap bibir bawah Jimin yang terkena noda coklat dari mochi yang ia beli tadi. Jimin terkekeh, pipinya terlihat lebih bulat dari biasanya karena menampung dua buah mochi di dalam mulutnya.

"Kamu mau?"

Jungkook menggeleng, "Enggak, buat kamu aja." Ia menolak tawaran Jimin yang tentu saja mendapatkan pekikan senang dari sang empu karena akhirnya ia dapat menikmati mochinya seorang diri. Jungkook tersenyum manis seraya menopang dagunya dengan sebelah tangan dan memperhatikan setiap tingkah laku Jimin.

"Kamu kapan ga gemesin sih, sayang? Manis banget rasanya."

"Sampai aku berubah jadi pahit."

"Ada aja jawabannya ya, pacarku ini. Ngomong-ngomong kamu mau ikut perlombaan nanti ga?"

"Ga deh, aku minta yang lain aja soalnya disuruh jangan terlalu kecapean juga kata Bunda."

"Ah iya, bener juga. Lagian aku juga ga akan kasih ijin kamu buat ikut."

Jimin cemberut, tangannya yang memegang sebuah mochi terakhir miliknya justru ditarik paksa oleh Jungkook. Ia seolah dipermainkan agar tidak dapat memakan mochi itu secepatnya. Bibirnya mencebik sebal, Jimin merengek. "Jangan jahil ah, ini aku mau makan kok tangannya malah ditarik sih?"

"Sengaja, biar kamu kesel."

"Jungkook ih!"

"Jimin ih!"

"Diem ga?"

"Diem ga?"

Wah, kampret betul Jungkook ini. Bisa-bisanya dengan sengaja pemuda itu mengikuti cara bicaranya. Dengan kesal Jimin melebarkan bola mata sipitnya mencoba menakuti kekasihnya tersebut, yang mana justru mendapatkan sebuah tawa puas dari Jungkook karena sudah membuatnya kesal.

"Mau dipelototi juga kamu itu ga akan keliatan seram di mata aku, Ji. Yang ada malah bikin aku gemas mau cubit si gembil kamu itu."

Ah, tidak lagi.

Sudah cukup pipinya membengkak dan memerah karena dijadikan bahan pelampiasan Jungkook karena merasa gemas terhadapnya. Jimin segera melahap mochi di tangannya yang sudah tidak dipegang oleh Jungkook dan menangkup kedua pipinya dengan was-was.

"Iya, karena yang ada malah kamu yang keliatan seram, Kook. Di mata aku, kamu itu mirip sama pedofil liar yang suka cari anak kecil. Ih, jauh-jauh sana!"

Jungkook memicingkan matanya merasa tak terima sebelum akhirnya sebuah ide jahil terlintas di otak cerdasnya tersebut. Ia menyeringai tipis sebelum akhirnya semakin lebar saat melihat respon sang kekasih yang menatapnya horor.

"K-kamu mau ngapain?"

"Apa lagi? Aku mau makan si gembil, emang salah?"

"Eh, Jungkook! Diem ga?"

"Come here sweetie, let me eat you my lil mochi. Rawr~"

Ya begitulah jadinya.

Jimin harus merelakan dirinya dan menahan malu saat Taehyung datang dan bertanya mengenai apa yang terjadi dengan pipi kanannya yang memerah. "Gatau, digigit nyamuk kali."

Taehyung hanya ber'oh' ria lalu menepuk bahu Jungkook sebelum dia pergi meninggalkan keduanya karena ingin menghampiri si ketua PMR, Hoseok, yang notabenenya merupakan kecengan barunya tersebut.

"Hai nyamuk, lain kali gigitnya jangan di sini ya? Bisa berabe kalau keciduk anak OSIS."

Itu kata Taehyung pada Jungkook.

-to be continued-

Madeleine Love [END]Where stories live. Discover now