② ᴍᴏᴏᴅʏ

3.7K 424 7
                                    

Jimin terdiam di depan kelas seraya menendang kerikil di sekitarnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jimin terdiam di depan kelas seraya menendang kerikil di sekitarnya. Ia bosan, sangat amat bosan. Sebenarnya ia harus bersyukur karena hari ini guru sedang mengadakan rapat, sehingga sesi kegiatan belajar mengajar juga tidak dilaksanakan. Jimin bebas, ia bisa pergi dan melakukan apapun yang ia mau.

Namun, masalahnya adalah Jungkook.

Tidak, Jungkook bukan masalah untuk Jimin. Hanya saja ia ingin jam kosong seperti ini diisi dengan kegiatan menyenangkan dengan kekasihnya.

Jimin menghela napasnya kala melihat di ujung sana, tepatnya di depan kelas dua belas sosial satu. Dapat ia lihat bahwa teman sekelasnya, Taehyung, tengah berdiri di ambang pintu kelas seraya berpegangan tangan dengan Yoongi kakak kelasnya itu.

Taehyung dan Yoongi sudah berpacaran sejak kemarin sore, semalam pemuda itu yang mengatakannya via chat.

Bikin iri aja, aku juga kan mau kaya gitu.

"Huff," helaan napas Jimin yang terdengar untuk kesekian kalinya.

"Sendirian aja, Ji? Jungkook mana?"

Itu Seungwoon, teman seangkatan dan sejurusannya yang beda satu kelas. Jimin kelas sebelas sosial tiga, dan pemuda yang bertanya padanya tadi merupakan murid kelas sebelas sosial dua. Mereka kenal karena mengikuti ekstrakurikuler yang sama yaitu tari.

"Biasa, lagi latihan di perpus," jawab Jimin seadanya. Ia lagi tidak mood sekarang, rasanya benar-benar membosankan.

Seungwoon tersenyum saat menyadari sesuatu. Lantas ia duduk di samping Jimin seraya merapikan rambutnya yang terlihat agak berantakan karena sapuan angin.

"Aku baru inget kalau pacarmu ikut olimpiade sains. Kamu hebat ya, bisa dapetin cowok sepintar Jungkook?"

Jimin tersenyum, merasa bangga pada dirinya sendiri karena dapat menggandeng Jungkook sebagai kekasihnya. Jelas, pemuda sefamous Jungkook saja bisa ia miliki, tentu akan membawa kebanggaan tersendiri baginya.

Walau pada kenyataannya, Jungkook-lah yang mengejar Jimin--di akhir.

"Woon, hari ini kita kumpul di aula kan?"

Seungwoon mengangguk menanggapi pertanyaan Jimin. "Iya, kan hari ini kita eskul."

"Anak kelas sepuluh suruh kumpul semua, jangan sampe ada yang bolos lagi kaya minggu kemarin. Hari ini aku dapet info kalau alumni sekolah kita bakalan dateng buat ajarin kita dance nanti."

"Eh serius, Ji?"

"Iya, maka dari itu aku minta partisipasinya dari semua anggota. Gak enak dong kalau alumni dateng tapi kita gak sambut dengan baik?"

"Kamu bener, Ji. Udahlah, pergantian kepemimpinan nanti kamu aja yang jadi ketuanya. Kamu bener-bener tanggung jawab sama bidang kamu. Harusnya kamu masuk eskul osis aja dulu itu."

Baik Jimin maupun Seungwoon, keduanya tertawa saat memikirkan hal itu. Lagipula Jimin memang bertanggung jawab atas apa yang ia lakukan, akan tetapi ia tidak menaruh minat sedikitpun pada bidang osis atau semacamnya. Ia lebih suka menari, oleh karena itulah Jimin memilih untuk bergabung dengan ekstrakulikuler tari.

"Gak deh, aku gak mau banyak disuruh sama guru. Nanti aku gak bisa bucin sama Jungkook dong."

"Dasar, budak cinta."

• • •

Tubuhnya pegal, dan lepek oleh keringat. Ia perlu mengistirahatkan tubuh dan pikirannya. Jimin merasa bahwa hari ini moodnya sedang buruk sekali, mirip dengan para gadis remaja dimasa pra menstruasi mereka. Bawaannya ingin marah-marah terus tanpa alasan yang jelas. Bedanya, Jimin ingin marah dengan alasan yang pasti.

Eskul berjalan dengan lancar, semua anggotanya benar-benar ikut berpartisipasi dalam kegiatan pengajaran yang dilakukan oleh para alumni. Jadi, hal itu tentu bukan jadi masalah bagi Jimin.

Jadi apakah hal yang membuat mood Jimin kian memburuk?

Jawabannya adalah Jungkook.

Seharian ini Jungkook tidak mengabarinya sama sekali, bahkan lewat chat saja tidak. Terakhir Jimin lihat last seen di whatsapp pemuda itu adalah pagi tadi, tepatnya saat Jungkook mengucapkan selamat pagi untuknya.

Jungkook ini kemana? Tidak tahu ya kalau Jimin rindu?

Tapi masalahnya Jimin bukan tipikal orang yang suka spam chat kepada siapapun bahkan kekasihnya sekalipun. Tak tahu, tapi ia tidak suka saja. Kalau ada hal penting, ia lebih baik langsung menelpon tujuannya tersebut. Akan tetapi sejak di sekolah tadi ia menelpon Jungkook, ponsel pemuda itu tak menimbulkan pertanda akan menjawab panggilannya.

Jungkook offline seharian!

Dan Jimin uring-uringan seharian!

"Ji, mandi dulu habis itu makan ke ruang tengah. Ada pacarmu tuh, lagi main catur sama ayah di sana. Buruan mandi, bunda udah masakin makanan kesukaan kamu."

Jimin tak membalas karena bundanya sudah lebih dulu keluar dari kamarnya. Ia sedang malas mandi karena mereka tubuhnya pegal untuk bergerak, tapi mengingat bahwa sang bunda berkata bahwa pacarnya ada di rumah, sontak saja Jimin bangun dari posisinya dan bergegas menuju kamar mandi.

"Eh bentar, pacar Jiji ya? Siapa sih?"

"ASTAGA JUNGKOOK!"

Lain halnya dengan Jimin yang tengah berteriak sampai terdengar ke ruang tengah tempat dimana Jungkook berada. Jungkook justru menggelengkan kepalanya kala mendengar suara Jimin ternyata sekencang itu saat berteriak.

"Pacar kamu tuh, Kook."

"Anak ayah tuh. Nah kan, skak!"

Ayah Jimin mengerang frustasi saat mengetahui raja caturnya dibabat habis oleh pion kecil milik Jungkook. Bisa-bisanya ia tak menyadari hal itu, padahal semasa muda dulu ialah yang paling unggul dalam bermain catur. Bahkan pernah memenangkan lomba permainan catur saat di bangku SMA.

"Duh gak bisa nih, ayo ronde kedua!"

Jungkook menarik ujung bibirnya seraya menatap ke ayah Jimin dengan tatapan menantangnya. "Okay, lihat siapa yang bakalan menang lagi."

"Ayo sayangnya bunda kita makan dulu, Jimin tinggalin aja soalnya dia lagi mandi. Ayah, Jungkook kalian bawa nasi sama lauknya aja di dapur."

"Siap, bun!"

-to be continue-

Madeleine Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang