① ʙᴜᴅᴀᴋ ᴄɪɴᴛᴀ

6.5K 538 28
                                    

It's time to begin the third lesson

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

It's time to begin the third lesson.

Pelajaran ketiga, itu tandanya beberapa saat lagi guru mata pelajaran ekonomi akan tiba di kelas dan mengajar sebagaimana mestinya.

Jimin bosan, dan ia juga kesal.

Kalau boleh jujur, Jimin merupakan tipikal orang yang kurang menyukai mata pelajaran yang berhubungan dengan hitungan ataupun akuntansi seperti ini.

Ia cukup pintar, hanya saja entah kenapa otaknya mendadak tumpul saat dihadapkan dengan pelajaran sejenis itu. Tidak setumpul itu, hanya saja ia jengah jika harus menguras otaknya untuk menghitung setiap pertanyaan yang diberikan. Terkecuali dengan geografi, ia menyukai pelajaran mengenai kebumian yang satu itu.

"Ji, pacarmu tuh."

Telinganya menangkap sebuah bisikan pelan dari arah belakang yang tak lain adalah Taehyung, teman sekelasnya. Alisnya mengernyit, tidak tahu maksud dari apa yang diucapkan oleh Taehyung karena pemuda itu berbisik terlampau pelan.

"Kamu ini ngomong apa sih, Tae?" Jimin berbalik untuk menatap Taehyung dan meminta pernyataan lebih jelas darinya.

Taehyung, pemuda itu diam dan mengangkat jari telunjuknya dan menunjuk ke arah pintu kelas. Tidak, bukan itu maksudnya, akan tetapi yang dimaksud Taehyung adalah lapangan upacara yang dimana di sana ada sekumpulan siswa anak sains yang tengah sibuk berolahraga.

Ah ya, hari ini kan anak ipa satu jadwalnya mata pelajaran olahraga.

"Terus?"

"Ya gak terus terus juga sih. Aku kan cuma mau nunjukin kamu kalau di sana ada pacarmu tuh, lagi asik ngobrol sama Yuna."

Jimin menghela napasnya sesaat, sebelum memilih untuk kembali pada posisi semula menghadap ke arah papan tulis. "Biarin, lagian dia kan cuma ngobrol sama teman sekelasnya. Jadi wajar."

Mendengar jawaban itu, Taehyung hanya ber'oh' ria sebagai balasan. Ia mengangkat kedua bahunya acuh, lalu membuka buku catatan dan buku paketnya saat seorang wanita paruh baya datang dengan sapaan kepada murid kelasnya.

"Baik, sekarang ibu kasih kalian waktu lima belas menit untuk memahami materi ibu kemarin. Setelah itu kita ulangan harian."

"Yaaah, ibu.."

• • •

Seperti biasa, disaat jam pulang sekolah Jimin selalu menunggu sang kekasih di depan gerbang sekolah untuk pulang bersama. Omong-omong, seharian ini ia tidak bertemu atau berinteraksi dengan kekasihnya itu karena sang empu sibuk melakukan sesi latihan olimpiade sains yang diadakan oleh pihak sekolah.

Beruntung, karena memiliki otak yang cerdas jadinya sang kekasih dapat berkesempatan untuk mewakili pihak sekolah dalam perlombaan ini. Agar tidak mengecewakan dan mendapatkan hasil yang baik, tentu saja harus berlatih semaksimal mungkin kan? Oleh karena itu, Jimin biarkan sesi bucinnya terhenti sementara waktu walaupun kenyataannya ia juga rindu untuk berduaan dengan kekasihnya itu.

Dasar tipikal budak cinta.

Jimin tak menyangkal, karena itu benar adanya.

"Udah lama nunggunya ya? Maaf, Ji."

Seorang pemuda membawa sebuah sepeda motor terhenti tepat di hadapannya. Pemuda itu masih mengenakan setelan baju olahraga yang ia lihat tadi pagi. Tak berapa lama kemudian, pemuda itu membuka helm penutup kepalanya.

Terlihat peluh di sekitar pelipis pemuda ity, yang entah kenapa justru menambah kesan seksi bagi Jimin. Jimin terdiam dan mengutuk pemikirannya tersebut.

U-ugh, aku mikir apa sih?

"Gak juga, oh ya kok kamu masih pake baju itu sih?"

Jungkook, nama pemuda itu. Ia tersenyum sampai menampilkan dua gigi depannya yang nampak seperti gigi kelinci sambil mengusap keringatnya dengan bahu. "Habis olahraga tadi dipanggil sama bu Dewi katanya suruh kumpul di perpustakaan, jadinya aku gak sempat ganti baju deh."

"Kan ada waktu istirahat, kenapa gak kamu pake waktunya coba? Lihat tuh, baju kamu banyak keringat, pasti bau apek."

"Males, Ji. Lagian bau badan aku wangi kok, buktinya kamu suka ndusel di ketek aku."

Jimin melebarkan bola matanya, tak tanggung-tanggung, pemuda berperawakan kecil itu langsung memukul bahu Jungkook dengan telapak tangannya yang tentu saja tak menimbulkan rasa sakit sedikitpun bagi Jungkook. "Nyebelin, aku gak gitu ya!"

"Dih, sok denial. Awas aja kalau minta cuddle lagi sama aku. Gak akan aku respon."

"Oh gitu ya? Ya udah, aku minta cuddle sama kak Namjoon aja."

Mata Jungkook yang memang sudah besar dan bulat justru semakin besar lagi kala mendengar ucapan kekasihnya itu. Jelas ia terkejut, bagaimana mungkin Jimin meminta cuddle dengan Namjoon kakak kelasnya yang notabenenya adalah pesaingnya-dalam memperebutkan Jimin-sejak kelas sepuluh lalu.

"Jangan ngadi-ngadi ya kamu, ayo pulang."

Jimin terkekeh pelan saat merasakan tone suara Jungkook menurun satu oktaf sehingga terdengar begitu dalam.

Kekasihnya ini cemburu rupanya.

"Iya, tapi nanti mampir dulu ke abang Ridwan ya? Aku mau beli mie ayam, laper soalnya."

Jungkook tersenyum simpul dan menganggukkan kepalanya pelan, pertanda bahwa ia menyetujui keinginan Jimin. Lagipula ia tak ada bedanya juga dengan Jimin, pemuda jangkung itu sama bucinnya. Bahkan jika dilihat dari dekat, kalian semua akan terkejut bahwa kadar kebucinan seorang Jungkook jauh lebih besar daripada Jimin.

Jelas akan terkejut, karena selama ini hanya Jimin yang terlihat begitu menempel dengan Jungkook. Bahkan seangkatan sekolahnya saja sudah tahu perihal Jimin si bucin Jungkook. Jadi, saat mengetahui bahwa Jungkook juga demikian maka orang-orang di sekitarnya akan terus berbicara bahwa mereka tidak percaya hal itu terjadi.

"Ji, peluk aku yang erat ya? Aku mau ngebut soalnya." Jungkook berkata demikian sembari mengenakan helmnya kembali. Tak lupa juga memberikan satu helm untuk Jimin yang langsung saja dipakai oleh sang empu.

"Apaan ngebut-ngebut? Gak boleh!"

"Kan aku mau modus sama kamu, Ji."

Hanya Jungkook seorang yang ingin modus tapi dikatakan secara terang-terangan. Untung saja Jimin berada di belakang, sehingga semu merah muda di pipinya tak akan nampak di hadapan Jungkook.

"Gak usah modus sampe ngebut segala, keselamatan lebih penting. Nanti aku peluk kamu erat-erat kok."

Terdengar sebuah kekehan halus dari Jungkook, pemuda itu tersenyum di balik helmnya. "Okay, kalau gitu aku pelan-pelan aja biar Ji bisa peluk aku lama-lama."

Sudah dibilang kan, kalau Jungkook itu bucin?

-to be continue-

Madeleine Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang