①⓪ ꜱᴜᴘᴇʀɴᴏᴠᴀ

1.9K 283 18
                                    

Jungkook bersyukur dalam hati karena semua tugas sekolahnya sudah ia kerjakan jauh-jauh hari, sehingga pada akhir pekan seperti saat ini ia bisa bersantai dan pergi ke rumah sang pujaan hati

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Jungkook bersyukur dalam hati karena semua tugas sekolahnya sudah ia kerjakan jauh-jauh hari, sehingga pada akhir pekan seperti saat ini ia bisa bersantai dan pergi ke rumah sang pujaan hati.

Jimin pun demikian. Sebenarnya Jimin selalu mengatakan bahwa ia malas mengerjakan tugasnya, akan tetapi atas paksaan Jungkook akhirnya mereka mengerjakan tugas bersama sampai memastikan bahwa semuanya selesai.

"Aku gak mau ya, anak-anak kita kelak jadi bodoh dan pemalas kaya popanya!"

Begitu katanya.

Jimin harus berterima kasih kepada Jungkook, karena adanya pemuda itu, ia jadi terbawa kepada kebiasaan yang baik. Seperti mengerjakan tugas tepat waktu misalnya.

Hal itu tentu tak luput dari pengawasan sang bunda Park. Beliau sangat menyetujui hubungan puteranya dan juga Jungkook karena pemuda itu membawa pengaruh positif bagi Jimin. Walaupun masih kelas sebelas, bunda percaya bahwa Jungkook merupakan orang yang bertanggung jawab dan mampu menjaga putera kecilnya.

"Ji, habis ini antar aku ke toko buku ya? Aku mau cari novel fantasi di sana."

"Ay ay captain!"

Kedua pasangan tersebut sedang berjalan-jalan di sebuah mall setelah menghabiskan waktu bermain dengan zona permainan dan juga karaoke di lantai atas. Saat ini Jimin meminta Jungkook menemaninya untuk mencari sebuah peralatan menggambar dan juga makanan untuk Miko.

Entah kenapa, akhir-akhir ini Jimin jadi suka menggambar karena melihat Taehyung yang menekuni eskul seni di sekolahnya. Jimin kan jadi penasaran dan akhirnya ia juga turut menyukai kegiatan tersebut.

"Kamu pilih kebutuhan kamu sendiri aja gak apa-apa? Aku mau cari makanan buat Miko biar cepet beres."

Jimin menoleh ke arah Jungkook dan menganggukkan kepalanya secara singkat. Tak banyak bicara, Jungkook langsung melesat pergi mencari kebutuhan pakan untuk Miko, anak kesayangannya.

"Loh, kamu di sini juga Ji?"

Jimin terkesiap.

Di hadapannya ada Taehyung dan juga seorang pemuda lain yang tak ia kenali sedang berdiri seraya membawa beberapa peralatan lukis seperti kanvas, kuas, dan juga cat air.

"Ah iya, aku juga mau beli peralatan gambar nih. Kamu sendiri kok ga bareng sama kak Yoongi? Tumben."

Taehyung tersenyum simpul lalu menggandeng tangan pemuda di sampingnya dengan lembut. "Aku udah gak sama dia, Ji. Putus."

Loh, baru jadian udah putus aja? Putusnya kapan?

"Katanya karena udah kelas dua belas, mau fokus ujian katanya."

Jimin ber'oh' ria sebagai jawaban karena ia tak tahu harus berkata apa. Taehyung juga cepat sekali menangkap gelagatnya dan langsung menjelaskan perihal putusnya hubungan dia dan si kakak kelas tersebut.

"Oh ya, Ji, ini Hoseok, kecengan aku sekarang."

Astaga, Jimin makin dibuat pusing oleh kelakuan teman sekelasnya ini. Bagaimana mungkin pemuda itu baru saja mengalami kandas hubungan dengan mantan kekasihnya, dan sekarang sudah gandeng yang baru lagi?

Dengan begitu akhirnya Jimin tahu, bahwa Taehyung merupakan seorang playboy.

Untung saja waktu kelas sepuluh dulu, ia tak sampai terjerumus akan rayuan maut si pemilik senyum kotak tersebut. Sempat ada rasa suka sih, tapi itu pun cuma sementara sebelum akhirnya ia bertemu dengan si pintar dari anak kelas ipa satu. Jungkook namanya.

Sudah tahu kan?

• • •

"Banyak juga yang dateng ya?"

"Kenapa, Ji?"

"Ah enggak, aku kira toko buku bakalan sepi pengunjung. Tahunya banyak juga yang dateng ke sini."

Jungkook terkekeh pelan sembari menjawil hidung mungil Jimin. "Ini kan bukan perpustakaan, Ji. Jelas aja rame. Lagian penggemar literasi kaya aku juga lumayan banyak loh."

"Ish main pegang-pegang aja! Hidung aku mahal tahu!"

"Iya deh iya."

Jimin memisahkan diri dari Jungkook dan berjalan di sepanjang rak buku, melihat-lihat deretan buku yang disusun dan dipajang rapih. Semuanya terlihat menarik, selain itu covernya juga lucu. Pintar sekali menarik minat konsumen yang lebih suka membeli produk dengan melihat covernya terlebih dahulu dibandingkan isinya.

Namun, sesaat Jimin terfokus pada salah satu buku karya Dee Lestari yang berjudul Supernova. Ia tersenyum, lalu membawa buku tersebut ke hadapan Jungkook yang saat ini tengah mengenakan kacamatanya sembari membaca sinopsis dari novel yang dibacanya.

"Cerita ini bagus tapi terlalu klise. Dikit-dikit jatuh cinta, emangnya jatuh cinta segampang itu kali ya?" Jungkook bergumam pelan lalu meletakkan bukunya kembali.

Pandangannya teralihkan saat Jimin menyentuh bahunya. "Ada apa, Ji?"

Jimin diam dan hanya menunjukkan sebuah novel di tangannya.

"Supernova? Emangnya kenapa, Ji? Kamu mau beli novel itu? Ambil aja, nanti sekalian aku yang bayar."

"Bukan itu, Jungkook."

"Terus?"

"Baca kutipannya deh. Kita banget gak sih?"

Jungkook membetulkan posisi kacamatanya yang terasa turun ke bawah dan membaca kutipan novel yang ditujukan oleh Jimin untuknya.

Ah benar.

Kutipan ini menang benar untuk mereka berdua.

"Ji, angkut aja novelnya. Nanti kita baca sama-sama ya?"

.

.

.

Sekejap bersamamu menjadi tujuan peraduanku, sekali mengenalimu menjadi tujuan dalam hidupku. - Supernova, Dee Lestari

-to be continued-

Madeleine Love [END]Where stories live. Discover now