①② ʟᴏᴠᴇʏ ᴅᴏᴠᴇʏ

1.9K 280 11
                                    

Jungkook terdiam seraya menatap lembut kekasihnya yang saat ini tengah berceloteh mengenai pertemuannya dengan Taehyung dan mengatakan bahwa temannya itu telah memiliki kecengan baru

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Jungkook terdiam seraya menatap lembut kekasihnya yang saat ini tengah berceloteh mengenai pertemuannya dengan Taehyung dan mengatakan bahwa temannya itu telah memiliki kecengan baru. Kemarin Jungkook baru saja tiba setelah hampir dua minggu lamanya menghabiskan waktu liburan di kota kelahiran.

Omong-omong mereka sedang berada di sebuah taman belakang rumah milik Jimin. Tepatnya disebuah Gazebo seraya menikmati semilir angin yang berhembus. Mereka masih menikmati waktu libur sebelum lusa kembali masuk sekolah dan menjadi siswa kelas dua belas.

"Sumpah ya, aku gak habis pikir sama dia."

Sama, Ji. Aku mending mikirin kamu daripada orang lain.

Jimin yang menyadari bahwa Jungkook sedari tadi terdiam tanpa merespon ucapannya akhirnya berhenti bicara. Ia merajuk sampai bibirnya sedikit maju ke depan membentuk sebuah pout yang imut. "Kamu dengerin aku ngomong gak sih?"

"Iya."

"Terus kenapa diam aja ih!"

"Kamu cantik hari ini, sampai rasanya mau aku karungin buat aku sendiri. Gak mau bagi-bagi."

Mulai lagi.

Jungkook dan gombalannya memang klise, namun sayangnya jantung Jimin selalu saja merespon hal itu. Jimin bahkan berusaha menahan sudut bibirnya yang berkedut karena ingin tersenyum. "Gak usah gombal ya, garing tahu gak!"

"Oh ya?" Jungkook menopang dagunya dengan tangan kanannya seraya menatap lekat bola mata Jimin.

Jangan gini dong, gak kuat buat kesehatan jantungku :(

"Iya, lagian apaan bagi-bagi. Kamu kira aku ini sembako?"

"Enggak, kan aku gak bilang kalau kamu sembako. Soalnya kamu itu sabako."

Jimin mengernyitkan keningnya, tidak mengerti apa maksud dari perkataan Jungkook. Hal itu tentu saja tak luput dari penglihatan Jungkook, pemuda itu menjawil hidung mungil milik kekasihnya seraya terkekeh pelan.

"Sabako itu artinya satu bahan pokok."

"Terus hubungannya sama aku apa?" Jimin masih tidak mengerti.

Jungkook tersenyum manis, bahkan saking manisnya, Jimin sampai dibuat menggelar di tempat. Ah sebenarnya tidak juga, ini hanya perumpamaan saja. Tapi tidak sepenuhnya salah kok, buktinya Jimin menggigit bibir bawahnya guna menahan jerit karena melihat visual tampan kekasihnya tersebut.

"Kamu kan cuma ada satu, hal utama biasanya disebut pokok, intinya kamu bahan pokok aku untuk selalu mencintaimu."

Jimin tertawa keras karena mendengar penuturan menggelikan Jungkook. Sepertinya saat ini pemuda itu telah kerasukan dilan karena membaca novelnya. Buktinya ia terus saja melayangkan gombalan-gombalan aneh kepadanya.

"Gombalanku aneh ya, Ji? Padahal aku mau jadi Dilan buat Jiji."

Jungkook menatap sendu Jimin sampai membuat sang empu merentangkan jemarinya guna mengelus permukaan rahang tegas milik Jungkook. "Bukan begitu, sayang."

"Terus? Buktinya aja kamu ketawa tuh."

Jungkook cemberut. Ah lucunya.

Dengan lembut Jimin menautkan jemarinya pada jemari tangan kekasihnya. "Aku gak mau kamu jadi Dilan buat aku karena aku maunya kamu jadi Jungkook buat Jimin dan Jimin untuk Jungkook. Gak perlu jadi orang lain buat menangin hati aku karena kamu udah lebih dulu jadi pemenangnya."

Harusnya Jungkook mengakui bahwa skill gombalan maut Dilan jauh di bawah Jimin. Karena tiap kata yang diucapkan oleh kekasih mungilnya itu selalu saja terasa manis dan menyenangkan. Sampai-sampai Jungkook ingin memilikinya untuk seorang diri.

"Yaudah, lain kali kita buat alur cerita sendiri ya, Ji? Bukan Dilan Milea lagi, tapi Jungkook Jimin. Gimana?"

"Ay ay captain!"

Lovey dovey tiada henti bagi sepasang kekasih tersebut, namun seperti tidak ada rasa bosan sampai mereka berdua selalu saja terlihat bersama dan bermesraan. Jungkook menarik pinggang ramping milik Jimin dan membawa kekasihnya kedalam pelukannya. Memeluknya dengan erat namun tetap lembut seraya mengecupi pucuk kepala Jimin berkali-kali sebagai tanda sayang.

"Gak pernah bosan aku buat bilang kalau aku cinta sama kamu, Ji. My beloved sweetheart, my love, my baby."

• • •

"Ji, pacarmu mana?"

Bunda Jimin datang seraya menenteng kantung belanjaannya yang berisikan sayur, dan kebutuhan masak lainnya. Jimin yang tengah meminum air putih langsung menghabiskan minumannya dalam sekejap dan menyimpannya di atas meja dapur.

"Sini bun, Jiji bantu." Dengan sigap Jimin membawa kantung belanja tadi dan menaruhnya di atas meja.

"Woah, bunda beli martabak manis. Asyik nih!"

"Iya, bunda sengaja beli soalnya tadi kamu bilang pacarmu mau mampir ke rumah. Sekarang dia ada dimana?"

"Ada bun di taman belakang."

Jemarinya mencolek pinggiran martabak dan menyicipinya. Matanya menyipit senang kala merasakan manis di sepanjang lidahnya dikarenakan martabak manis toping keju yang dibawakan oleh sang bunda.

"Eh nak Jungkook, sini makan martabaknya. Bunda habis beliin ini buat kalian, jadi makan aja di ruang tengah sambil nonton."

Benar saja.

Sang kekasih rupanya menyusulnya ke dalam rumah karena merasa bahwa Jimin tak kunjung datang menemuinya. Jungkook dengan cepat mengambil sepotong martabak yang ditawarkan oleh sang calon mertua dan memakannya dengan santai.

Ya, memang tidak tahu malu karena sang bunda sudah menganggap Jungkook sebagai putranya sendiri, begitupun dengan Jungkook. "Bun, makasih ya? Martabaknya enak."

"Enaklah, kan gratis."

"Apa sih Ji, nyaut aja kamu. Aku sentil nanti ya!"

Bunda Jimin tersenyum sembari menganggukkan kepalanya. Tangannya dengan lembut mengusap bahu kanan Jungkook. "Sama-sama, yaudah kalian makannya di dalam aja. Soalnya bunda mau masak dulu."

"Perlu Ji bantu gak, Bun?"

"Kamu nih ya, kalau kamu di dapur nanti pacarmu nangkring sendirian gitu? Kalau dia digondol kucing garong gimana? Sana nonton aja, bawa juga makanannya."

"Okedeh bubun sayang!" Jimin mengacungkan jempol tangannya dan mengecup kilat pipi kanan sang bunda. Setelahnya ia menarik lengan kiri Jungkook karena sebelah tangan kanannya memegang sebuah box martabak tadi.

"Denger tuh, Ji. Awas loh kalau akunya digondol kucing, biar tahu rasa."

"Dih, lagian kucing garong ga ada apa-apanya dibandingkan aku si Kitty Gang."

Jungkook tersedak dan mata bulatnya membesar seketika. Memberikan sebuah reaksi terkejut atas apa yang diucapkan oleh sang kekasih mungilnya beberapa saat lalu.

"Okay kitten, come to daddy~"

"Heh, mulutnya!"

Plak!

Dengan begitu Jungkook menyesali keputusannya untuk menggoda Jimin.

-to be continued-

Madeleine Love [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang