Uh, harapanku memang tidak seperti kenyataan. Taehyung hyung masih saja berdiam diri.

Aku kembali menghela nafas panjang dan memilih untuk diam karena tidak ada tanggapan apapun dari Taehyung hyung jika aku mengajaknya berbicara.

"Kau tahu, Jung ?" aku sedikit tersentak ketika mendengar suara berat Taehyung hyung menyebut namaku 'Jung'.

Aku pun menolehkan kepalaku ke arah Taehyung hyung.
"Terkadang aku lelah menjadi diriku sendiri"

Aku mengernyitkan dahi, masih terus menatapnya yang bahkan tidak mengalihkan pandangannya sama sekali.

"Kau tahu.. paparazi, berita di mana-mana, dan jadwal yang padat. Itu membuatku cukup depresi. Aku sangat lelah dengan semua itu" ujar Taehyung hyung sembari menarik rambutnya cukup kasar.

"Hyung, kau tidak boleh seperti ini" aku mencoba menenangkan Taehyung hyung karena ia benar-benar terlihat frustasi.

"Kau tidak mengerti Jungkookie, ini benar-benar membuatku muak !" Taehyung hyung sedikit meninggikan suaranya, membuatku bergidik akibat terkejut.

"Aku mengerti hyung tapi, apakah hyung tahu ?" kini Taehyung hyung menoleh kepadaku.

"Beberapa orang berjuang seumur hidup mereka untuk mendapatkan apa yang hyung miliki, untuk bisa menjadi diri hyung yang seperti ini" ucapku seraya menatap wajah Taehyung hyung yang sangat aku dambakan selama ini.

"Tapi mereka tidak mengerti tentang 'kehidupanku' yang sebenarnya"

"Lalu, apakah hyung mengerti tentang kehidupan mereka ? Apakah hyung memikirkan beban orang-orang di luar sana yang mungkin melebihi beban hyung saat ini ?" Taehyung hyung terdiam ketika mendengar ucapanku.

"Telepon dia hyung" lanjutku seraya tersenyum miris.

Semoga Taehyung hyung tidak mengerti arti senyumanku ini.

"Siapa ?"

"Irene noona"

"Kau mengetahuinya ?" Taehyung hyung mengernyitkan dahinya dan aku mengangguk kecil untuk menjawabnya.

"Maafkan aku karena telah mendengar pembicaraan hyung bersama noona saat di toilet tadi. Tapi sungguh aku hanya mendengar akhir dari pembicaraan kalian"

"Sudah seharusnya hyung mempercayai kekasih hyung kan ?" lanjutku kemudian tersenyum kecil.

Sejujurnya sangat menyakitkan untuk memaksakan tertawa di saat seperti ini atau bahkan hanya tersenyum saja rasanya sungguh sulit.

"Aneh" ucap Taehyung hyung yang membuatku mengernyitkan dahi.

"Kenapa ?"

"Ya, kau sedikit aneh. Bukankah ia seharusnya menjadi musuhmu saat ini ? Maksudku kau calon tunanganku yang dijodohkan oleh eomma dan ia merupakan kekasihku. Kenapa kau menyuruhku untuk menelfonnya dan berlaku baik padanya ?"

Aku kembali tersenyum ke arah Taehyung hyung.

Tuhan, bisakah aku menghentikan kebohonganku saat ini juga ? Rasanya teramat menyakitkan untuk tersenyum di saat hati berkata lain.

"Bukankah kita tidak boleh berpikiran buruk pada orang lain ?" aku menaikkan satu alisku.

"Telepon noona sekarang, hyung harus mempercayainya. Maafkan noona, hyung"

Sekali lagi, aku melakukan ini semua untukmu hyung. Aku tidak ingin melihatmu kacau seperti sekarang. Aku sangat mencintaimu, Kim Taehyung.

"Baiklah" setelah terdiam sembari menatapku cukup lama, akhirnya Taehyung hyung mengangguk dan mengeluarkan ponsel dari saku celananya.

Me AmaWhere stories live. Discover now