03. Young Forever

995 113 0
                                    

"Emang akal bapak juga dipake buat mikir?" Rahmat sontak langsung menatap Nara.

"Kalau hanya ada enam siswa yang lulus dimata pelajaran bapak, itu berarti bapak yang gagal dalam mengajar murid-muridnya! Kenapa bapak malah nyalahin kami? Dan lagi jumlah siswa dikelas ini ada 36 siswa, kalau hanya ada dua siswa yang tidak lulus, bapak boleh menyalahkan mereka tapi ini? Ada 30 siswa yang bahkan tidak lulus mata pelajaran bapak. Tidakkah bapak berfikir?"

"Dan tadi apa bapak bilang? Kami bodoh? Kami tidak berguna? Bukankah disini bapak yang tidak berguna?" Lanjutnya.

"Udah kalo masuk kelas ga pernah jelasin apa-apa, suka marah-marah, sekarang maki-maki murid? Guru macam itu?" Kamal bersandar dikursinya sambil bersedekap dada.

"Biasalah, cuman pengen gajinya aja padahal mah ngajarnya juga engga. Itulah yang disebut dengan orang yang cuman mau enaknya aja," Bayu menambahkan.

"Jangan kurang ngajar ya kalian! Saya ini guru disini, kalian ini selalu saja tidak sopan jika berbicara dengan saya!" Bentak Rahmat.

"Ohh bapak guru? Saya malahan baru tau," Juna ngejawab terus ketawa kenceng diikutin Bayu yang juga ketawa, sengaja biar dia makin gondok.

"Kalian lihat itu teman kalian, mereka adalah salah satu contoh siswa yang tidak sopan terhadap guru! Kalian jangan sampai seperti mereka," Rahmat menunjuk-nunjuk geng semprul, "Tidak sopan sama sekali! memangnya orang tua kalian tidak pernah mengajari?!"

"Orang tua kita ngajarin kok, tapi kata ayah saya kalo orangnya modelan suka semena-mena, selalu merasa diri sendiri paling bener, dan selalu berbuat curang, ngapain juga harus dialusin?" Agam menjawab dengan nada yang kelewat datar.

"Eh satu lagi Gam, kelewat," Nara menepuk bahu Agam, "Sama orang yang cabul," Geng semprul ngakak kenceng sementara di depan sana Rahmat sudah emosi.

"Dasar siswa tak tahu diri! Berani ya kalian!" Rahmat berteriak.

Brak!

"Kalo kita berani emang kenapa?!" Nara berdiri memukul mejanya dengan keras membuat seluruh temannya terkejut bahkan Kamal dan Langit hampir saja terjungkal.

"Elo kali tuh yang gatau diri! Ngaku guru tapi kelakuan bukan kayak guru! Gue diem aja selama ini bukan gue takut sama lo ya, gue selama ini nahan-nahan semuanya, mulai sikap lo yang selalu seenak jidat kalo ngajar dan lagi mata keranjang lo itu yang selalu liar natap cewek-cewek disekolah ini!" Rahmat terkejut mendengar nada bicara Nara yang sudah berbeda.

"Harusnya lo tuh nyadar diri, udah tua bangka masih aja cabul!" Lagi dan lagi Rahmat terkejut.

"Jangan sembarangan kamu kalau bicara!"

Nara tersenyum miring, "Oh yah? Perlukah gue sebut anak-anak sini yang pernah diperlakukan kurang ngajar sama lo? Lo fikir gue bego? Lo ngancem anak-anak yang udah lo perlakuin seenaknya supaya mereka tutup mulut dan lo sengaja ngelakuin itu anak-anak yang polos supaya mereka takut dan nurutin kemauan lo yakan?" Rahmat terdiam, "Cara main lo, begitu sampah!"

Rahmat terdiam didepan sana, anak kelas tidak begitu terkejut saat Nara mengatakan hal itu. Karena memang sebelumnya mereka pun sudah pernah membicarakan ini semua dan mencari jalan keluarnya, bagaimana menghentikan kelakuan bejat guru tersebut.

"Eh malu ya? Aibnya kebongkar?" Kamal ngakak dibangkunya bareng Bayu.

"Memangnya kalian fikir, kalian itu siapa?! Berani-beraninya berbicara hal yang buruk terhadap saya!" Sepertinya Rahmat masih berusaha mengelak.

"Yaelah, kalo udah buruk mah buruk aja jangan so suci gitu kali," Juna nyaut namun matanya menatap tangannya yang sibuk mencoret bukunya asal.

"Sekarang gue gaakan diem lagi, gue bakalan aduin semuanya. Dan gue juga muak liat lo, gausah lo masuk-masuk ke kelas gue lagi dan gausah so mau ngajar segala disini!" Nara beranjak berjalan keluar kelas diikuti geng semprul yang lain.

My Brother✔ | BTS Local FicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang