32. Drama

469 64 3
                                    

Tok! Tok! Tok!

Nara mengeliat diatas kasurnya kala terganggu dengan suara ketokan pada pintu kamarnya. Nara melirik jam dinakasnya, masih pukul 9 pagi. Hari ini hari libur jadi, Nara memutuskan untuk tidur sepuasnya hari ini.

Tok! Tok! Tok!

Nara mengabaikan ketukan pintu kamarnya dan menenggelamkan kepalanya dibawah bantal. Namun, bukannya berhenti ketukan pintu tersebut justru malah semakin kencang.

Nara menyibak selimutnya dengan kesal dan turun dari atas kasur, "Iya iya! sabar!"

Nara membuka pintu kamarnya dan langsung saja disambut oleh omelan beruntun, "Buset lo jam segini masih tidur?! Emang dasar ya dari dulu sampe sekarang kebonya gak ilang-ilang lu!"

Nara menguap, "Apaan dah anjir! lo dateng-dateng bikin rusuh! masih pagi udah meresahkan aja lo."

"Heh pagi bapak gue kayang! ini udah siang woi, gak liat noh matahari dah ngejogrog!"

Nara mendesah malas, "Yaudah ish berisik! lagian ngapain lo pagi-pagi dirumah gue gini?"

"Sono buruan mandi gue tunggu dibawah."

"Mau kemana?"

"Gak usah banyak tanya, udah sana!" Gibran mendorong Nara kembali masuk ke dalam kamarnya. Sementara Nara hanya mampu mencibikan bibirnya.

"15 menit ya gak pake lama!"

"Berisik!"

==!==

"Ya, gue mah gak masalah Ro mau deketin adek gue juga. Tapi, jangan sampe lo cuman mau mainin dia. Gue abisin lo nanti."

Hari ini Angga dan Varo sedang bertemu. Sebetulnya Varo lah yang mengajak Angga bertemu karena memang diantara saudara Nara yang lain Varo hanya dekat dengan Angga. Karena Angga pun sudah bersahabat sejak lama dengan Gibran.

Varo mengakui kalau dirinya memang menyukai Nara. Namun, ia masih terlalu ragu untuk maju. Selain belum bisa memastikan bagaimana perasaan Nara padanya Varo pun harus bisa menghadapi saudara Nara yang lain terlebih dahulu.

Maka dari itu Varo meminta Angga bertemu untuk meminta saran padanya.

"Gue sebenernya mau deketin Nara tapi, gak enak kalo semisalnya gue gak bilang dulu ke elo sama ke abang-abang lo."

Angga tersenyum takjub, "Gue akuin lo berbeda dari cowok yang lainnya, Ro."

"Cowok yang lainnya? Maksudnya?" Tanyanya tak mengerti.

"Ya, lo selangkah lebih maju dari cowok-cowok yang mau deketin adek gue. Jujur aja dari dulu sampe sekarang banyak yang suka sama adek gue, bahkan gak jarang ada yang deketin adek gue diem-diem karena emang takut ketauan gue atau kak Fajar sama kak Aji."

"Dulu dari masih SD pun adek gue udah banyak yang suka, gue sering nemu surat surat yang selalu diselipin ditas nya hampir setiap hari. Tapi, adek gue gak tau karena emang sebelum dia baca gue udah ambil duluan surat-surat itu."

Tatapan Angga menerawang ke depan, "Pas SMP juga sama. Tapi, kalo waktu SMP itu pasti ada aja yang ngajak dia pulang bareng atau ya nganter balik gitu. Dan setiap kali ada adek gue dianter balik sama cowok pasti bang Radit udah stand bye didepan gerbang. Bang Radit selalu nanyain ke setiap cowok yang nganterin adek gue dan ya lo tau lah gimana bang Radit. Tatapannya juga selalu mengintimidasi banget kayak yang dia lakuin pas di Rumah Sakit ke elo."

My Brother✔ | BTS Local FicWhere stories live. Discover now