45. Merasa Hampa

4.2K 287 13
                                    

Hola...

Saya sedang ada di fase lumayan semangat nulis😂jadi jangan pernah bosen nungguin Angkasa - Pelita ya❤❤❤

Kalau ada typo koreksi juga ya, saya gak ralat ulang soalnya.

Ini chapter saya gak tau Mentok ending sampe berapa yang pasti selalu semangat nungguinnya ya😘

Enjoyyyyyy

Happy Reading

***

"Ngapa lo manyun sendiri di situ? " tanya pelita menghampiri helen yang sedang duduk di kursi panjang.

Tadi saat pelita lewat ke belakang sekolah, ia tak sengaja menatap helen yang termenung duduk sendirian. Maka dari itu pelita memutuskan untuk menghampiri gadis itu saja.

"Entah perasaaan aku atau emang bener, tapi aku ngerasa kalau angkasa itu semakin menjauh ke aku. " ungkap helen menatap pelita.

"Perasaan tiap hari juga lo nempelin dia. " balas pelita acuh sembari melipat tangannya di dada dengan punggung yang ia sandarkan ke kursi.

"Tapi kali ini beda ta, aku ngerasa angkasa selalu risih kalau deket aku. " lagi-lagi helen menundukan kepalanya merasa sedih.

"Ck, lo gimana sih. Dari dulu bukannya angkasa selalu risih sama lo? Kenapa sekarang jadiin itu masalah? " tanya pelita yang kali ini menopangkan kakinya.

"Enggak gitu, sekarang angkasa gak mau aku main ke rumah lagi. " jelas helen.

"Yaiyalah, orang lo kayak rentenir. Datangin rumah hampir setiap jam. " balas pelita yang malah semakin membuat helen bertambah sedih.

"Angkasa gak mau lagi di temenin istirahat di kantin. " ucap helen.

Pelita menarik nafas sejenak, "Gini ya, lo harus ngerti lah! Angkasa itu cowok, pastinya gak mau di kekang. Dia butuh kebebasan len, dia bukan boneka yang bisa lo bawa sana sini biar tetep ada di samping lo. Jangan terlalu pakuin diri lo sama angkasa lah, hidup lo pasti bukan tentang angkasa doang lo pasti punya aktivitas lain selain ngurusin angkasa kan. Pacaran sehat lah, jangan kayak anak kecil lo. "

Bukannya membantu, pelita malah menampakan kenyataan pada helen. Maksud gadis itu baik, ia tidak ingin helen terlalu terpaku pada angkasa.

Di sisi lain juga angkasa pasti sangat risih sekali jika harus helen tempeli setiap jam. Pelita saja lengah melihat gadis itu setiap hari, apalagi angkasa yang selalu bersamanya.

Yang helen lakukan terlalu di luar batas, ia terlalu ingin masuk ke dalam sebuah privasi yang angkasa ciptakan. Tak seharusnya gadis itu telalu memakasakan kehendaknya.

"Udah, lo gak perlu sedih. " ucap pelita.

"Tapi aku ngerasa ada yang hilang. " balas helen mengembuskan nafasnya.

"Lebay amat sih lo. " ucap pelita sembari menggelengkan kepalanya.

Pelita tak mengerti apa yang ada di pikiran helen, gadis itu telalu posesif mungkin. Ah, di datu sisi helen adalah sahabatnya tapi di sisi lain juga angkasa adalah saudaranya, entah mana yang harus pelita dukung dalam hal ini.

"Eh iya, lo ngerasa gak sih kalau salun sama angkasa itu kayak ada apa gitu. " ucap pelita tiba-tiba.

Helen mengangkat kepalanya dan menatap pelita, "Iya, dulu kan salun selalu angkasa siksa. Tapi udah enggak semenjak salun jadi babu nya angkasa, kalau kata angkasa sih gitu. "

Oh jadi begitu yang helen pikirkan tentang salun, namun dari sudut pandang dirinya antara angkasa dan salun memang ada sesuatu. Walau pelita hilang ingatan, tapi ia bisa merasakan apa yang angkasa rasakan.

Only SiblingsWhere stories live. Discover now