21. Demam

7.1K 364 3
                                    

Hola.. 💕💕

Apa kabar semuanya😊Gewla sekarang saya hampir up sehari dua kali😩penat sih😂

Tetap semangat❤buat nungguin Angkasa - Pelita oke😘koreksi kalau ada typo.

Enjoyyyyy

Happy Reading!!

***

Setelah sampai di rumah, angkasa dengan cepat membawa gadis itu ke dalam kamarnya. Tadi ia melantur sepanjang perjalanan menuju rumah, angkasa mengerti jika pelita tak ingin di bawa ke rumah sakit ataupun puskesmas.

Salun mengikuti dari belakang, ia menaruh tas angkasa dan pelita di sofa kamar gadis itu, lalu menghampiri angkasa yang berada di sisi tempat tidur pelita.

"Pelita kenapa? " tanya netta yang baru saja memasuki kamar.

Angkasa menoleh, "Demam ma. " balas angkasa.

Pandangan netta beralih pada salun, gadis dengan satu kuncir kuda itu berdiri di sisi angkasa membuat mama nya mengangkat sebelah alisnya heran. Apa setelah helen gadis ini? Atau hanya teman anaknya.

"Siapa ini? " tanya netta menatap salun.

"Temen pelita tan. "

"Temen angkasa ma. "

Tiga kata satu kalimat itu mereka ucapkan secara bersamaan membuat netta mengangkat sebelah alisnya lagi. Mungkin karena pelita dan angkasa satu kelas, jadi mereka memiliki teman yang sama.

"Oh gitu. Yaudah cepetan kamu bawa air anget. " perintah netta pada angkasa yang langsung di beri anggukan oleh pemuda itu.

Sedangkan salun masih berdiri di sebelah ranjang pelita, ia merasa kikuk juga jika ada mama nya angkasa. Belum ada perbincangan, tak ada yang ingin membuka suara baik salun maupun netta membuat keadaan semakin hening.

Angkasa masuk dengan satu baskom berisi air hangat dan waslap di tangan kanannya, lalu susu hangat di tangan kirinya.

"Ini ma. " pemuda itu menyerahkan  satu baskom air hangat berisi waslap atau handuk kecil itu pada netta.

"Lo duduk aja sana di sofa itu. " titah angkasa pada salun yang sedari tadi  berdiri.

Salun mengangguk dan duduk di sana, ia menatap ibu dan anak yang menampakan raut cemas.

Dapat di simpulkan jika mama dari angkasa itu sepertinya agak kurang ramah dengan orang baru. Ya, salun menganggapnya wajar. Sifat setiap orang memang tak sama semua.

Berbeda dengan angkasa yang kasar, tapi salun juga kini bisa melihat sisi lain dari pemuda pemaksa tersebut. Ini mungkin sifat lain dari dirinya, peduli.

Setelah selesai mengompres pelita netta pergi dari kamar meninggalkan angkasa dan salun serta pelita yang sedang berbaring di ranjangnya dengan mata yang masih setia terpejam.

"Biarin pelita sendiri. " angkasa beranjak dari tempat tidur gadis itu dan berjalan menuju pintu.

"Terus gue? " tanya salun menunjuk dirinya sendiri.

Only SiblingsWhere stories live. Discover now