Sekali lagi Viona menarik nafas panjang, tanpa sadar air matanya kembali membasahi kedua pipi putihnya, hatinya masih saja terasa nyeri ketika membahas apapun tentang Zevan. Viona benci sangat benci dirinya yang selalu terlihat lemah jika sudah berurusan dengan Zevan. Viona membuka undangan tersebut dan menemukan secarik kertas di dalamnya.

Sebelum semuanya benar-benar berakhir
Setidaknya satu ucapan selamat tinggal harus di ucapkan bukan?

Viona tersenyum membaca tulisan tersebut, Viona tau siapa yang menulisnya itu adalah tulisan tangan Zevan.

"Benar Zev, setidaknya aku harus memberi satu ucapan selamat tinggal untuk mematahkan semua harapan yang ada," ucap Viona sembari tersenyum tulus dalam tangisnya.

*****

Jakarta, 01 Maret 2025.

Viona menarik nafasnya dalam, menghirup aroma kota Jakarta yang sudah lama ditinggalkannya, satu senyuman lolos dari bibir tipis Viona. Tak bisa dipungkiri Viona merindukan kampung halamannya ini. Dia hampir mengahabiskan setengah dari umurnya disini, tentu banyak sekali kenangan yang telah dia ukir di kota ini.

"Kamu dimana Yol, aku baru saja landing?" ucap Viona berbicara dalam telvon.

"Kenapa cepat banget? Aku masih di jalan, Jakarta macet banget,"

"Aku tunggu di cafe dekat bandara, aku lapar ingin cari makanan." ucap Viona.

"Baiklah 15 menit lagi aku sampai."

Viona tidak menjawab ucapan Yola dia mematikan panggilannya, Viona tau 15 menit yang dimaksud sahabatnya itu bisa sampai 1 jam lebih maka dari itu Viona memilih untuk menunggu di cafe.

Viona mendudukan diri di kursi paling pojok dekat jendela, Viona selalu suka duduk di dekat jendela karena dia bisa melihat ramainya lalu lalang kendaraan dan itu membuat hatinya merasa senang.

Viona menyesap chamomile tea yang tadi di pesannya, Viona memasang earphone mendengar lagu favoritnya sembari mengusir bosan karena harus menunggu. Tanpa sadar Viona menutup matanya meresapi makna lagu yang di dengarnya.

It's just too late to turn arround
I try to forgive you
But i struggle cause i don't know how
We built it up so high and now i'm falling
It's a long way down

Suara Harry One Direction mengalun ditelinga Viona, Viona begitu merasapi lagu Long Way Down yang kini sedang menggema ditelinganya.

Tanpa terasa satu bulir air lolos dari mata Viona, hatinya kembali terasa sangat nyeri mengingat fakta jika memang hubungannya dan Zevan sudah benar-benar berakhir. Tak akan ada lagi harapan, semua cerita antara Zevan dan Viona sudah sampai pada bab terakhirnya. Dan sayangnya itu berakhir bukan dengan sesuatu yang bisa dibilang indah.

Viona tersentak merasakan ada tangan yang kini sedang mengusap air matanya, mata Viona membola sempurna ketika menyadari tangan siapa yang kini sedang menghapus jejak-jejak air mata dipipinya.

"Kamu masih cengeng seperti dulu Viona,"

Suara bariton yang begitu Viona kenali seolah seperti bunyi gong yang menghipnotis Viona sampai tak tau harus berkata ataupun bereaksi seperti apa.

"Aku harap air mata itu masih untuk menangsiku Viona," ucap sang pria yang masih dibalas hening oleh Viona.

"Kamu gak perlu bicara Viona, sekarang kamu cukup diam dan dengar perkataan aku," ucap sang pria menjeda kalimatnya.

"Lima tahun kamu pergi Viona, lima tahun aku nunggu kepulangan kamu. Aku tau tidak ada yang menyuruhku menunggu kamu tapi bagiku kamu adalah sesuatu yang layak ditunggu. Aku gak tau gimana caranya bisa ketemu kamu lagi, karena semesta seolah berkonspirasi menyembunyikan kamu dari aku. Aku tau Viona sebanyak apapun kata maaf yang aku ucapkan gak akan pernah bisa menyembuhkan luka yang pernah aku buat dihati kamu, tapi setidaknya maaf aku bisa menunjukan seberapa menyesalnya aku karena melukai kamu," ucap Zevan dengan suara yang mulai terdengar bergetar.

Viona masih setia dengan diamnya, dia masih terlalu terkejut dengan kehadiran Zevan yang tiba-tiba.

"Viona aksara Violeta dengan segala rasa bersalah yang aku punya, dengan segala penyesalan yang ada. Aku Nabil Bintang Zevandra meminta kamu untuk menjadi bagian dari hidupku untuk saat ini dan selamanya," ucap Zevan sambil menyodorkan sebuah cincin pada Viona.

"Zevan maksud kamu apa? Bukannya kamu akan nikah sama Seline satu minggu lagi?" tanya Viona yang kesadarannya sudah kembali.

"Aku gak mungkin bisa menikahi wanita lain saat detak jantungku masih menggemakan satu nama," ucap Zevan sambil menarik tangan Viona lalu di letakan di dadanya.

"Kamu dengar Vi? Dia hanya berdetak sekencang ini saat bersama kamu," lanjut Zevan.

"Lalu undangan itu?" tanya Viona yang masih kebingungan.

"Itu bagian dari rencana Gema supaya bisa bawa kamu pulang," terang Zevan.

"Jadi kamu sama Seline," ucap Viona sembari menutup mulutnya karena tidak percaya dengan apa yang sedang terjadi.

"Aku gak ada apa-apa sama Seline, kami hanya berteman. Setelah kamu pergi, aku gak bisa mencintai siapapun lagi selain kamu," ucap Zevan tulus.

Viona masih terdiam di tempatnya. Dia masih tidak percaya jika Zevan menunggunya selama ini.

"Biar aku ulang sekali lagi ya, Viona Aksara Violeta apakah kamu bersedia mendampingi saya untuk suka dan duka, apakah kamu bersedia menjadi orang pertama yang akan saya tatap saat saya terbangun dari tidur, apakah kamu bersedia menghabiskan sisa umur yang kamu punya untuk terus bersama saya, apakah kamu bersedia menjadi ibu untuk anak-anak saya nantinya, apakah kamu bersedia menua dan mati bersama saya,and Viona will you marry me ?" ucap Zevan sambil menatap penuh cinta kepada Viona.

"Yess I will," jawab Viona tanpa berfikir panjang.

Ya, Viona kembali menyerah pada takdir, karena sekuat apapun Viona melupakan Zevan nyatanya hatinya tak pernah bisa berbohong jika sampai saat ini dia masih mencintai Zevan. Viona bahkan tidak peduli jika nanti pada akhirnya dia akan terluka kembali, karena baginya kebahagiaannya ada pada Zevan. Viona siap untuk menua dan menghabiskam sisa hidupnya bersama Zevan, sungguh Viona siap.

Pada akhirnya semesta punya caranya tersendiri untuk mempersatukan seseorang, semua adalah kendali takdir. Tentang Viona yang pernah terluka sebab rasanya, itu merupakan cara takdir mendewasakannya. Takdir membawa seseorang pergi dan takdir membawa seseorang kembali. Tidak semua kisah berjalan dengan bahagia, terkadang air mata adalah bagian terbaik untuk mendewasakan. Tuhan tak pernah menjanjikan kebahagiaan di setiap harinya, tapi Tuhan selalu menjanjikan pelangi selepas hujannya. Kuncinya hanya satu kita hanya perlu percaya, lalu semua akan berakhir dengan sebagai mana mestinya.


With Love

-CanaLily-

CongratulationsWhere stories live. Discover now