Part 17 - Emosi Remaja

2.5K 226 4
                                    

=======
Karya ini hanya diterbitkan pada Aplikasi Wattpad dan Storialco. Jika kalian membaca cerita ini pada aplikasi selain tersebut di atas. Maka kalian membaca karya bajakan.
========


Pura-pura bodoh dan tak mengerti apa yang terjadi, lebih baik dibanding mengakui tapi tak dihargai.
*****

"Luna ke toilet dulu ya, Kak Cel." Ucap Alluna seraya bangkit dari duduknya. Axelle mengangguk lalu kembali melanjutkan obrolannya dengan Davino dan Ananta.

"Mau ditemenin nggak, Lun?" Tanya Ananta dengan wajah manis yang diperlihatkannya sedari tadi. Pria keturunan Arab ini begitu gencar menggoda Alluna sejak awal perjumpaan mereka tadi. Begitu terang-terangan bahkan tak perduli dengan gertakan Axelle, kakak Alluna.

"Nggak usah, Kak Anta. Luna bisa sendiri." Tolak Alluna halus.

"Bareng aku aja kalau begitu." Tiba-tiba Davino berdiri. Membuat semua menoleh ke arahnya, bahkan kedua mata Alluna terbelalak spontan karena terkejut. "Aku juga mau ke toilet. Jadi kita bareng saja." Ucap Axelle lagi, sebelum Alluna melayangkan protes dari mulutnya.

"Oh, oke." Sahut Alluna pelan lalu mulai berjalan keluar dari area kafe. Davino berjalan disisinya.

Saat dirasa posisi mereka cukup jauh dan Axelle juga dan yang lainnya tak dapat melihat mereka, Davino mulai menatap Alluna lekat. Namun, perempuan itu tak menggubrisnya. Pandangannya tetap fokus ke depan dengan langkah yang sedikit terburu-buru.

"Kamu kenapa?" Tanya Davino. Melihat Alluna terus saja diam dengan wajah tak bersahabat dengannya.

"Hah?" Alluna menoleh. Memandang Davino dengan ekspresi bingung.

"Kamu kenapa mendiamkan aku?" Davino mengulang pertanyaannya.

"Maaf, Kak Davi. Luna mau pipis." Jawab Alluna polos. Atau ya, pura-pura polos, karena dirinya malas menanggapi Davino yang mulai terlihat emosi.

"Luna, kamu tahu bukan itu maksud aku." Cecar Davino.

"Tapi Luna mau pipis, Kak. Nanti aja bicaranya, ya." Kilah Alluna. Setengah berlari memasuki toilet wanita.

Davino yang melihat tingkah Alluna hanya mampu menghela nafas kasar karena kenyataannya Alluna memang menghindar darinya.

Kenapa dengan Alluna? Apa karena kejadian kemarin? Saat dirinya hanya memperkenalkan Alluna sebagai teman dan bukan kekasih, dihadapan teman-temannya?

Ya, bisa jadi seperti itu. Jika tadi saat gadis itu mengatakan dirinya tak mempunyai kekasih kepada Ananta ternyata sudah membuat hatinya terasa tak nyaman. Apalagi perasaan Alluna sebagai seorang gadis saat dirinya mengenalkan Alluna hanya sebagai teman dihadapannya teman-temannya kemarin.

Di dalam bilik toilet, jantung Alluna berdegup kencang, baru kali ini dirinya tidak mengacuhkan keberadaan Davino. Entah mengapa sedari kemarin amarah begitu melingkupi hatinya dan emosinya naik turun. Perutnya pun terasa sedikit kembung, ternyata saat Alluna melihat bagian kewanitaannya, dia dapat haid.

Huff, pantas saja mood-nya tidak bagus. Ternyata dia sedang PMS, batin Alluna. Dan lebih sialnya lagi, dia tak membawa pembalut saat ini.

Keluar dari area toilet wanita, gadis itu masih melihat duplikat David Mariano Luca versi muda itu bersandar pada dinding lorong. Kedua tangannya bersidekap di depan dada dan tatapannya langsung menuju pada Alluna.

Aahh, kenapa pria ini selalu terlihat sempurna sih? Batin Alluna kesal.

"Sudah pipisnya?" Tanya Davino saat Alluna sudah berada di dekatnya.

D and A  (TAMAT)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora