Part 8 - Api Cemburu

3.5K 339 4
                                    

===========
Karya ini hanya di publish di Wattpad dan Storialco. Jika kalian membaca karya milik saya, Adellelia di platform selain Wattpad dan Storial, berarti kalian membaca karya bajakan.
===========

I've been drinking
I get filthy
when that liquor get into me
I've been thinking
Why can't I keep my fingers off you, baby?
I want you, na na
~ Drunk in Love - Beyonce ~
****

Davino membuka video yang Mysha kirimkan kepadanya. Kedua matanya terbelalak. Di dalam video yang sedang berputar itu terlihat bagaimana wajah cantik Alluna merona. Bagaimana interaksi yang gadis itu lakukan dengan pria ingusan yang katanya menaruh hati pada Alluna terjadi seperti adegan film-film roman picisan yang selalu Davino benci. Terlihat begitu klise dengan alur cerita yang begitu mudah ditebak. Namun kali ini, Davino tidak ingin menebak apa yang dilihatnya. Sesuatu dalam hatinya terasa ingin meledak.

Walau pagi tadi hatinya sempat kebat kebit saat adik kurang ajarnya mengatakan bahwa Audy ingusan itu belum menyerah untuk mendapatkan Alluna. Tapi sifat egonya mengatakan bahwa hal tersebut bukan masalah. Toh, dirinya dan Alluna memang tak punya hubungan apa-apa. Alluna hanyalah teman Mysha, adiknya, tidak lebih.

Bukankah memang begitu? Tapi kenapa saat ini, hatinya tak tenang? Alluna Lewis, gadis itu hanya boleh memujanya. Hanya Davino Luca seorang.

Tanpa pikir panjang Davino bersiap. Lengkap memakai jaket kulit dan sepatu kulit Doc. Martin hitam yang senada dengan warna jaket kulitnya, pria itu mengendarai motor Ducati miliknya cepat. Menembus jalanan kota Jakarta menuju bioskop dimana Alluna berada.

***

"Mau kemana?" Tanya Audy kala Alluna berdiri dari tempat duduk. Padahal film yang mereka saksikan masih belum selesai.

"Gue pipis dulu ya, Dy!" Bisik Alluna. "Kebelet."

"Mau gue antar?" Tawar Audy. Alluna menggeleng.

"Nggak usah. Gue bisa sendiri." Tolaknya lalu segera melangkah keluar dari ruangan bioskop.

Untungnya Toilet wanita sepi, Alluna segera memasuki salah satu bilik mengunci pintu lalu menuntaskan panggilan alam yang begitu menuntut intinya sedari tadi. Alluna tak sadar, bahwa tepat setelah dirinya memasuki toilet, seorang pria mengikutinya lalu menunggu di dalam sana, setelah mengunci pintu utamanya.

"Sudah selesai buang airnya?" Sebuah suara mengagetkan Alluna sedetik setelah dirinya keluar dari bilik toilet. Berjalan menuju wastafel dengan cermin besar dihadapannya.

Gadis itu menghentinkan langkahnya, lalu segera memalingkan wajahnya ke asal arah suara tersebut. Dan begitu terkejutnya Alluna saat mengetahui pemilik dari suara itu. Davino Luca.

Ya Tuhan, sedang apa pria itu disini? Eh, tunggu ... di dalam toilet wanita? Tidak. Tidak. Alluna pasti sedang berhalusinasi. Pikirnya.

"Ka .. kak Davi?" Alluna terbata.

"Hallo, Luna." Sapa Davi. Sebuah seringai menakutkan terbit dibibir tipis Davino. Pria itu berjalan mendekat ke arahnya.

Alluna meneguk salivanya susah payah. Dirinya ingin sekali melangkahkan kakinya kebelakang, namun sepertinya tubuhnya terhipnotis. Mendadak kaku menerima aura Davino yang begitu mendominasi.

"Kak Davi, kok bisa disini?" Tanyanya bingung. "Ini kan toilet perempu--"

"Kamu bukannya tadi mau cuci tangan, Luna?" Tanya Davino. Memotong ucapan Alluna dengan begitu santai. Seperti tanpa ada yang salah pada situasi mereka saat ini.

"I .. iya, Kak." Alluna mengangguk kikuk. Dipaksakannya kedua kakinya untuk kembali melangkah ke arah wastafel yang tadinya mau dituju.

Kran air dinyalakan. Alluna membasahi kedua tangannya. Tatapannya tak lepas dari tatapan elang Davino yang seakan ingin menerkam dirinya. Mereka bertatapan melalui cermin besar yang ada di hadapan mereka. Hingga akhirnya, tubuh besar Davino berada tepat dibelakang tubuhnya.

D and A  (TAMAT)Where stories live. Discover now