Part 11 - Gantung

3.1K 298 6
                                    

===========
Karya ini hanya di publish di Wattpad dan Storialco. Jika kalian membaca karya milik saya, Adellelia di platform selain Wattpad dan Storial, berarti kalian membaca karya bajakan.
===========

Day to night to morning,
keep with me in the moment
I'd let you had I known it,
why don't you say so?
Didn't even notice,
no punches left to roll with
You got to keep me focused,
you want it, say so
~ Doja Cat - Say So ~
****

"Kenapa harus jadian?" Davino balik bertanya. Mendengar hal itu wajah Alluna tentu saja merengut. Tubuhnya yang bersandar pada tubuh kekar yang membuatnya nyaman itu spontan diangkat.

"Kenapa harus jadian?" Alluna membeo. "Memangnya Kak Davi nggak mau jadian sama Alluna?" Tanyanya bingung. "Lalu, maksudnya Kak Davi mengklaim Luna milik Kakak itu apa?" Serunya.

Melihat Alluna yang mulai kesal dan bersungut, Davino menghela nafas panjang. Pria itu pun segera bangkit dari duduk santainya. Duduknya ikut tegak berhadapan dengan Alluna yang terlihat merajuk.

"Memangnya kalau aku mau kamu hanya milik aku, kita harus jadian begitu?" Davino kembali bertanya.

Mendengar jawaban Davino yang terdengar tak serius dengannya. Alluna mendengus kesal. Ditatapnya Davino sembari menahan amarahnya. "Itu balik lagi ke diri Kak Davi, gimana? Luna sih nggak maksa Kak Davi untuk jadian sama Luna." Jawabnya. Namun begitu suaranya terdengar begitu menuntut.

"Tapi, kalau kita nggak jadian berarti status Luna masih single, ya? Single, berarti bukan milik siapa-siapa." Ucapnya lagi, seperti mengancam Davino dengan status single yang dikumandangkannya.

"Kamu milik aku, Luna." Balas Davino dengan penuh percaya diri. "Aku tahu kamu hanya tertarik kepadaku. Aku selalu menjadi yang pertama untukmu. Cinta pertamamu, ciuman pertamamu. Semua yang ada pada dirimu adalah milikku. Sampai kapan pun." Lanjutnya lagi. Masih dengan penuh rasa percaya diri yang terlihat jelas.

Alluna tersenyum tipis. Menatap Davino mencemooh. Kepalanya lalu menggeleng pelan.

"Iya, Kak Davi memang benar. Kakak memang cinta pertama Luna. Pria pertama yang mengambil ciuman pertama Luna, dan terus mengambil ciumannya hingga hari ini." Sahutya, sembari menyindir.

"Tapi, Kak Davi harus ingat. Perempuan itu butuh kepastian. Tanpa ikatan berarti memberi kesempatan kepada diri kami untuk mencari yang lebih baik lagi. Jadi, nanti Kak Davi jangan marah kalau ada pria lain yang mendekati Luna." Ucapnya. Terlihat rahang Davino mulai mengetat mendengar ucapan yang terlontar dari mulut gadis manis yang ada dihadapannya saat ini.

"Hati manusia itu dapat berubah, Kak Davi. Lagipula, jangan terlalu percaya diri Luna akan terus menjadi milik Kak Davi. Menjadi yang pertama belum tentu menjadi yang terakhir, bukan begitu?" Balas Luna begitu menohok. Membuat Davino kehilangan kata-katanya.

Percakapan mereka pun terhenti karena seorang pelayan membawakan minuman yang mereka pesan. Alluna pun kembali membetulkan posisi duduknya. Bersandar pada bantal-bantal empuk sembari menatap lautan yang terhampar dihadapannya dalam diam.

Pikirannya kusut. Ternyata duduk bersisian bersama pria yang disukainya sambil menatap matahari terbenam tak seindah yang dibayangkan. Nyatanya Davino tetap membuat dunianya berputar. Naik turun dengan ketidakpastian.

Kalau begini hubungan mereka sama saja berjalan di tempat. Malah dirinya akan semakin tersiksa karena dengan seenak jidat Davino mengklaim dirinya sebagai miliknya. Tapi, pria itu malah tidak ingin diklaim sebagai milik Luna. Ugh, Alluna kesal dibuatnya.

D and A  (TAMAT)Where stories live. Discover now