Part 15 - Sabar Seluas Samudera

2.4K 207 1
                                    

=======
Karya ini hanya diterbitkan pada Aplikasi Wattpad dan Storialco. Jika kalian membaca cerita ini pada aplikasi selain tersebut di atas. Maka kalian membaca karya bajakan.
========

 
Suasana di dalam mobil itu hening. Hujan rintik-rintik mulai mengiringi perjalanan dua manusia yang sedang terdiam di dalam mobil berlambang Trisula, dari negara Italia itu. Dua manusia di dalamnya, sibuk dengan perasaan mereka masing-masing.

Yang pria berkali-kali menghela nafas. Frustasi dengan sikap sang gadis disampingnya yang sedari tadi terdiam, bahkan tak mau menatapnya. Alluna, gadis itu terus saja membuang tatapannya ke samping. Menatap rintik hujan dari jendela yang berada di sisi yang berlawan dari arah dimana Davino berada.

"Luna." Davino kembali bersuara. Melirik Alluna hati-hati.

"Hmm." Jawab Alluna. Tetap tidak mau menatap Davino.

"Kamu yakin baik-baik saja? Kenapa dari tadi diam saja dan nggak mau melihat aku?" Tanyanya.

Alluna menarik nafas dalam sebelum akhirnya menghembuskannya kasar. Sungguh, dirinya lelah. Sedari tadi Davino berkali-kali menanyakan hal itu. Dan Alluna malas membahasnya.

Tentu saja dirinya tidak baik-baik saja saat ini. Sakit. Hatinya sakit. Namun begitu, tentu saja dirinya tak akan mengungkapkannya pada Davino. Alluna sendiri yang sudah menyetujui permintaan Davino untuk merahasiakan hubungan mereka.

Alluna menyanggupinya. Dan saat ini, dirinya sedang menata hatinya. Mempersiapkan jiwa dan raganya untuk membiasakan dirinya menjadi kekasih yang tak diakui. Mulai saat ini dirinya harus terbiasa dengan hal menyakitkan itu jika mau tetap menjadi kekasih Davino.

Tiga bulan, Alluna. Tiga bulan. Sabar.

"Luna nggak apa kok, Kak!" Sahut Alluna sembari menatap Davino sekilas. Memperlihatkan senyum tipis yang dipaksakan

"Lalu kenapa sedari tadi diam saja? Kenapa dari tadi nggak mau melihatku saat kita sedang berbicara, Luna?" Tanya Davino lagi.

"Luna cape, Kak." Lirih Alluna pelan. "Luna mau tidur. Nanti malam mau belajar lagi untuk Ujian Nasional minggu depan." Dirinya beralasan.

"Benar begitu?" Davino tetap penasaran. Alluna mengangguk. Kembali menampilkan senyum palsunya.

"Syukurlah." Davino menghela nafasnya lega. "Aku pikir kamu marah." Ditatapnya Alluna lekat sebelum akhirnya kembali fokus menatap jalanan. Mengemudikan mobilnya.

"Marah kenapa?" Gadis itu berbasa-basi.

"Mungkin ... karena aku tadi mengatakan kamu bukan kekasih aku." Jawab Davino, ragu-ragu.

Iya. Memang betul karena itu! Keluh Alluna dalam hati

Namun, tentu saja perkataan yang keluar dari dalam mulutnya berbeda. "Kenapa Luna harus marah?" Alluna kembali bertanya basa basi. Berusaha tegar walau kedua matanya sudah terasa begitu panas.

Davino menatap Alluna cepat. Sebelum akhirnya menepikan mobilnya di bahu jalan. Rintik hujan semakin deras, membuat hawa mobil yang mereka naiki semakin terasa dingin. Davino mengaktifkan rem tangan, lalu menyalakan lampu tanda darurat saat mobil sudah menepi dibahu jalan.

"Kenapa berhenti, Kak?" Alluna bingung namun tetap bersuara dengan suara datarnya. Entah kenapa wajahnya pun tanpa ekspresi.

Kesal. Alluna masih kesal.

"Luna, kita harus bicara." Davino melepas seatbelts yang dikenakannya. Di miringkan tubuhnya ke arah Alluna.

"Bicara apa? Kita sudah bicara dari tadi, Kak Davi!" Desah Alluna.
 
"Kamu marah sama aku. Aku tahu itu. Jangan bohong, Luna!" Ujar Davino. Dirinya mulai frustasi.

D and A  (TAMAT)Where stories live. Discover now