26

3.3K 710 340
                                    

Hwall dan Hyunjin memutuskan untuk tidak pergi dari rumah sakit setelah bertemu dengan seseorang yang bernama Taemin.

"Kalian gak pulang?" Pertanyaan Taemin membuat Hwall dan Hyunjin menatapnya dengan curiga.

"Engga. Kita gak punya rumah disini, jadi mau nginep di rumah sakit."

Jawaban Hwall membuat Taemin didepannya tertawa, "Kalian temennya Yangyang juga?"

Kini giliran Hyunjin yang mengangguk, "Iya. Kita temen kampusnya."

"Wah keren ya. Kalian sampe bela-belain nginep disini demi ngejagain temen kalian"

Hwall tersenyum miring, "Ya saya takut aja kalau temen saya di apa-apain. Makanya kita jagain"

"Di apa-apain gimana?"

Hwall dan Hyunjin saling melempar tatapan. Sejenak Hyunjin tersenyum miring dan mengangguk ke arah Hwall. Tanda jika Hwall yang harus menjawab pertanyaan itu.

"Ya takutnya ada yang mau ngebunuh mereka"

Sukses. Ucapan santai Hwall membuat Taemin mematung didepannya, tatapannya berubah tajam, tawanya menghilang. Taemin menatap Hwall dengan tatapan tajamnya.

"Kenapa pak? Kok diem?"

Taemin menggeleng pelan, "Emang ada yang mau bunuh temen kalian?"

Hyunjin terkekeh, "Ya siapa tau kan ya? Atau mungkin bapak sendiri yang mau ngebunuh?"

Taemin kembali terdiam. Ia beranjak dari tempat duduknya. Langkahnya ia bawa mendekat kearah Hwall dan Hyunjin yang tiba-tiba terdiam.

"Kalian berurusan dengan orang yang salah" ucapan dingin itu membuat Hwall dan Hyunjin merinding. Tapi sebisa mungkin, mereka menutupi rasa takutnya.

"Lah? Kan saya cuma berasumsi pak. Kok bapak marah?" Tanya Hyunjin santai.

"Kalau marah itu tandanya bener. Ya kan pak?" Kini Hwall tersenyum remeh. "Kita udah tau pak. Jadi bapak jangan pura pura-- arghh!!"

Hyunjin terkejut. Orang didepannya kini menusuk temannya. Taemin memandang Hwall dengan kilatan marah yang kentara di matanya.

"Sudah saya bilang bukan? Kalian berdua berurusan dengan orang yang salah."

Hyunjin yang melihat itu lantas menendang tubuh Taemin hingga terpental kebelakang. Lupakan soal sopan santun, karena nyatanya kini Hwall dan dirinya sendiri sedang dalam bahaya.

Taemin yang terpental bukannya merintih kesakitan, ia malah tertawa keras. "Kamu berani ya sama saya?"

Hyunjin mendecih, "Ya berani lah. Sama-sama makan nasi kan? Kalau bapak makan pohon nah baru saya gak berani"

Celotehan Hyunjin itu rupanya membangkitkan amarah Taemin. Dengan cepat, Taemin beranjak dari duduknya, dan berniat untuk kembali memukuli Hyunjin.

Tapi sayang, Taemin kalah cepat. Hyunjin kembali menendang tubuhnya.

Hyunjin mantan atlet taekwondo omong-omong.

"Maaf ya pak, saya gak bermaksud buat gak sopan. Tapi kedatangan bapak disini yang buat saya dan teman saya was-was."

Taemin menatap Hyunjin dalam diam. Taemin tidak mau terlihat lemah, maka dari itu Ia kembali beranjak. Mengeluarkan pisau yang sedari tadi ia bawa dan mengarahkannya kepada Hyunjin.

Ruangan rumah sakit itu berubah menjadi kolam darah. Jam menunjukan pukul 1 pagi, dan pasti tidak ada dokter yang akan masuk ke ruangan ini.

Hyunjin masih bertahan di tempatnya, ia bisa melihat Hwall yang memaksakan diri untuk berdiri dan melawan Taemin.

Nafas nya terengah, Hyunjin mendadak merasakan pening yang luar biasa saat merasa jika pisau itu kembali menusuk perutnya.

Sama dengan Hwall yang masih kesakitan ditempatnya saat tubuhnya ditendang ke belakang.

"Jadi? Masih berani sama saya kalian?"

Ucapan dingin itu terasa menusuk telinga Hyunjin. Ia menatap orang didepannya ini dengan tatapan remeh. "Masih lah!"

Dan ucapan itu kembali membuat Taemin terpancing emosi. Ia mengangkat tinggi-tinggi pisau yang sedang dipakainya, berniat untuk kembali menusukan pisau itu ke tubuh Hyunjin.

Tapi sayang, ia terlambat.

Karena nyatanya, bukan Hyunjin yang meregang nyawa. Tapi Taemin.

Seseorang menusuk leher Taemin dari belakang. Hyunjin tentu terkejut, matanya menyipit untuk mengetahui siapa yang telah membunuh Taemin.

Tapi sepertinya Hyunjin tidak bisa melihat apa-apa karena kegelapan lebih dulu menyapanya.






































"CHENLE!!!!! KITA KE CHINA SEKARANG CEPETAN!"

Chenle terlonjak dari kasurnya, mengucek sedikit matanya hanya untuk mengetahui pukul berapa sekarang.

Jam 3 pagi.

"Ngapain sih ge? Ini masih jam 3 pagi."

"Cepet atau gue tinggal?"

Dan Chenle lebih memilih berlari menuju kamar mandi, dan bersiap dengan cepat. Gege nya itu tidak suka dengan orang yang lama omong-omong.

Hampir 15 menit menunggu, Renjun akhirnya bisa melihat Chenle yang sudah rapi dengan membawa kopernya.

"Udah siap kan? Yaudah ayo berangkat"

Chenle mengangguk, dan memilih untuk mengikuti Renjun yang berjalan terlebih dahulu menuju pintu apartemen.

"Ayo cepetan"

Cklek

Renjun sukses mematung saat melihat seseorang yang berdiri didepannya, di depan pintu apartemennya.

"Gege kok die---"

Chenle membelakakan matanya terkejut. Orang itu?

"Hai Renjun, Hai Chenle. Kok buru-buru? Padahal gue mau ngobrol banyak sama kalian."

Renjun didepannya mendecih, "Minggir! Gue gak mau ngomong sama lo" sarkasnya

Orang didepannya itu tertawa, "Masa gitu sama tamu? Eh iya lo mau kemana?"

"Bukan urusan lo"

"Kok gitu? Kita kan temen. Masa gak mau ngasih tau sama temen"

Kini Chenle yang mendecih, "Temen darimana yang ngebunuh temennya sendiri"

Orang didepannya kini tertawa keras. Matanya menatap Renjun dan Chenle dengan tatapan remeh.

Tringgg

Orang itu menghentikan tawanya saat merasa jika ponselnya bergetar, satu panggilan masuk.

"Ya? Siapa?"

"Gausah pura-pura bego lo! Lo fikir gue takut sama lo hah? Orang yang lo banggain udah mati! Salah siapa mau ngelukain temen gue. Cupu lo"

Chenle bisa melihat orang itu menggertakan giginya karena kesal.

"Maksud lo apa?"

"Gue udah punya bukti! Tunggu aja tanggal mainnya ok?"

Renjun tersenyum dalam diam. Dia tidak bodoh untuk tidak tau siapa orang yang mengancam orang yang kini mematung didepannya.



























Ingatkan? Seseorang yang paling berani di grup Taeyong selain Taeyong sendiri.

Iya.

Itu suara temannya.











































Liu Yangyang

Welcome To Your Hell || NCT Ot21Where stories live. Discover now