20

3.5K 760 186
                                    

"Kalian mau tau? Temen-temen kalian di sana udah gak utuh. Cuma Taeil, Ten, Winwin, yang mama inget masih bertahan. Sisanya? Udah gaada"

Renjun menatap nanar ponsel nya yang menampilkan pesan dari sang mama. Memang, semenjak Yangyang menelfon kemarin, Renjun dan Chenle memilih untuk datang ke kampus, bukan apa-apa. Mereka berfikir jika kasus ini ada sangkut pautnya dengan teman-temannya yang lain.

Dan benar, setelah mengintrogasi Hwall, Renjun mendapatkan jawabannya. Tentang siapa sebenarnya teman-temannya. Meskipun tidak semua.

Renjun masih berfikir tentang dua nama yang masih menghantuinya. Bahkan ia mengabaikan Chenle yang sedari tadi membolak-balik buku identitas mahasiswa. Setelah berbincang sebentar dengan Hwall, mereka memutuskan untuk pergi ke perpustakaan, mencari buku identitas.

"Gege! Gue dapet" suara Chenle membuyarkan lamunan Renjun. Dengan cepat ia memasukan ponsel nya kedalam saku celananya, dan berjalan ke arah adiknya yang sedang duduk di samping rak buku yang sudah berserakan.

"Dapet apa?"

Chenle menunjuk dua buah foto saat dirasa Renjun sudah duduk disampingnya. "Ini kan foto Yuta hyung." gumamnya pelan.

Renjun menyipitkan matanya, dengan pelan ia mengambil buku itu, "Iya, ini foto Yuta hyung."

"Tapi yang sebelahnya mirip juga sama Yuta hyung"

Renjun mengalihkan tatapannya pada foto disebelahnya. Membaca perlahan tulisan yang berada di bawah foto itu.

"Nakamoto Yuto?"

"Loh? Itu kan yang tadi dibilangin sama Hwall"

Renjun mengangguk. Tangannya merogoh ponsel dari saku celananya, Renjun berniat untuk mengirimi foto itu kepada ibunya.

"Gege? Ngirim ke mama?"

Renjun mengangguk pelan. "Mau kaya gimana pun, mama selalu tau. Jadi gaada salah nya kan kita minta bantuan mama?"

Tring

Satu notifikasi pesan dari sang mama membuat Chenle tiba-tiba merebut ponsel Renjun dengan cepat.

"Gue penasaran" gumamnya

Renjun mendengus, ikut membaca pesan dari sang mama. Sesaat setelah membaca pesan itu,  Renjun termenung ditempatnya, begitupun Chenle, ia menatap tidak percaya dengan apa yang mamanya kirimkan.

"Ge? Kita harus pergi dari sini"






































"Ini Renjun kemana sih! Telfon gue gak diangkat" rutuk Yangyang sebal.

Yangyang memilih untuk duduk sebentar, menyandarkan punggungnya di sebuah pagar berkarat. Untuk sesaat Yangyang termenung, memikirkan bagaimana bisa ia keluar dari tempat ini.

Bukan. Yangyang memang sudah tidak ada di dalam kawasan hutan, hanya saja, karena terlalu panik dan berlari tak tentu arah, Yangyang justru kembali tersesat.

Yangyang menghela nafasnya pelan. Ia sedikit banyak merindukan teman-temannya. Pikirannya kembali mengingat hal yang membuat matanya memanas.

Jantung dengan nama-nama temannya.

Lagi. Yangyang menghela nafasnya pelan. Bermacam fikiran negatif tiba-tiba menghantui fikirannya.

"Yangyang? Ada pintu disebelah kanan kamu. Yakin gamau masuk?"

Yangyang tersentak dari duduknya. Telinganya menangkap suara aneh yang entah dari mana datangnya.

"Siapa?"

"Liu Yangyang, ayo masuk. Aku akan mengantarmu kepada Xiaojun"

"SIAPA DISANA!"

"HAHAHAHAHAHAHAHAHAHAHA"

Cukup. Yangyang pening, suara itu seperti kaset rusak yang terus berputar di telinga. Yangyang menutup telinganya erat, suara tawa itu masih terdengar jelas.

Hingga sebuah tangan dari belakang merayap, mencekram pergelangan kaki Yangyang dengan kuat.

"ARGH!!" Teriaknya. Dengan cepat Yangyang beranjak dari duduknya, menarik kaki kanannya, dan berlari menjauh dari tempat itu.

Kring kring

Ponselnya berbunyi, menampilkan sebuah nama.

Huang Renjun

Tapi sayang, Yangyang tidak sempat membawa ponsel itu pergi saat dirinya kembali berlari.




























"Taeil hyung"

Taeil menoleh dan mendapati Ten dibelakangnya. "Apa?"

"Lo gak ngerasa kesepian gitu? Temen-temen kita udah pada gaada"

Taeil tersenyum tipis, "Engga tuh. Malah gue seneng"

"Terus? Siapa lagi?"

Taeil berhenti. Ia menatap Ten dengan tatapan tajamnya. "Winwin"

"Winwin?"

Taeil mengangguk, "Lo inget gak? Siapa yang buat pita suara gue rusak?"

"Winwin"

"Siapa yang bikin gue batuk darah?"

"Winwin"

"Dan siapa yang bikin gue gagal ikut kompetisi vokal?"

"Winwin"

Taeil mengangguk, "udah jelas kan?"

Ten dibelakangnya terdiam. Langkahnya kemudian mendekat kearah Taeil yang masih terdiam ditempatnya.

"Kalau gitu, kita kerjasama"

"Kerjasama buat?"

Ten mengalihkan pandangannya kearah Winwin yang melamun disamping pohon. "Buat bunuh Winwin".

Taeil tertawa mendengar celetukan Ten. "Ngapain ketawa?"

"Kita udah sering kerjasama dari awal kalau lo lupa Ten"

Welcome To Your Hell || NCT Ot21Where stories live. Discover now