22

3.4K 739 242
                                    

Taeil dan Ten menyeringai puas. Kini dihadapannya seseorang tergantung disalah satu pohon. Dengan tubuh yang bersimbah darah.

"Kerjaan gue akhirnya selesai" gumam Ten pelan. Matanya masih menatap mayat yang tergantung didepannya dengan tatapan puas.

"Kata siapa tugas lo selesai?"

Pandangan Ten teralih pada Taeil yang berada disampingnya. "Kata gue barusan"

Mendengar itu Taeil menatap Ten dengan tatapan datar. "Lo belum selesai"

"Maksud lo apa sih?"

Taeil menyeringai. "See? Gue kan belum mati"

Mendengar ucapan Taeil, tawa Ten meledak. "Oh lo mau gue bunuh juga?"

"Kaya lo bisa bunuh gue aja"

Ten mendecih, "Ya bisa lah! Gue udah bunuh yang lain juga kalau lo lupa"

Kali ini Taeil yang tertawa, "Kita dari awal udah ngerencanain ini bareng-bareng. Gue yang ngasih rencana, lo yang bunuh. Tapi gue juga mau dong nyoba ngebunuh lo untuk terakhir kali nya Ten"

Ditempatnya Ten terdiam. Matanya memandang was was Taeil yang juga menatapnya dengan tatapan tajam.

"Gausah macem-macem lo!"

Taeil menyeringai, "Lo inget gak Ten? Sebelum lo masuk grup kita, lo pernah jadi bahan bullyan anak-anak kampus? Terus lo ketemu Taeyong dan dia nolongin lo. Inget?"

Ten mengangguk.

"Lo tau? Setelah lo gabung grup Taeyong. Semuanya jadi beda. Dan lo juga pasti tau kan siapa yang dorong Yuta dari rooftop?"

Ten mengernyit, "Yuta? Bukannya lo yang bunuh Yuta sama Taeyong?"

"Gue gak bodoh. Orang yang selama ini ngajakin kita ke hutan itu Nakamoto Yuto kembarannya Yuta. Dan gue juga tau, dia ngajak semua orang kesini karena dia udah punya rencana buat bales dendam atas kematian Yuta."

Ten sukses mematung ditempatnya. "Jadi selama ini lo tau? Selama ini lo tau dia bukan Yuta, terus lo tau kalau dia punya rencana buat bales dendam ke kita semua? LO TAU?!"

Taeil tertawa, "Iya, gue tau. Kenapa? Kaget? Biasa aja kali Ten. Ternyata Yuto itu sama bodohnya kaya Yuta."

"Gue gak nyangka! Lo yang selama ini diem dan gak banyak omong. Ternyata ini kelakuan lo?"

Taeil mendecih, "Lo gak nyangka? Gue yang nabrak Jaehyun waktu itu kalau lo lupa Ten."

"Terus? Selama ini lo akting pura pura bego buat apa?"

Taeil menyeringai, langkahnya mendekat ke arah Ten. "Lo tau? Semua orang yang dibawa Taeyong masuk ke grupnya itu punya dendam satu sama lain. Dan gue salah satunya"

"Dendam?"

"Lo gak usah pura-pura gak tau Ten. Gue juga tau lo punya dendam sama Taeyong kan? Dan lo tau? Anak kampus yang ngebully lo itu disuruh sama Taeyong."

"Hah? Terus kenapa dia nolongin gue"

Taeil melangkahkan kaki nya di depan Ten. "Muka dua."

Ten sebenarnya masih tak mengerti dengan apa yang dibicarakan oleh Taeil. Tapi ia tidak peduli, karena yang lebih penting kini adalah, bagaimana Ia kabur dari Taeil sekarang juga!

Tapi dalam hati. Ten menyetujui ucapan Taeil. Ia memang menaruh dendam pada Taeyong.

"TAEYONG! GUE GAK MAU IKUT! LO PAHAM GAK SIH?"

Taeyong mendecih, "Lo apa apaan sih! Disini gue ketuanya. Dan gue berhak ngatur lo. Sekarang lo ikut gue sama yang lain buat bunuh anak kampus sebelah."

"Gue gak bisa! Ibu gue sakit, dan gaada yang ngurus! Gue mau pulang"

Mendengar itu, Taeyong memukuli Ten dengan bringas. "GUE GAK PEDULI! DENGER YA TEN. GUE MAU LO KESANA SEKARANG JUGA BUAT NGEBUNUH ANAK KAMPUS SEBELAH YANG UDAH BIKIN GUE HAMPIR SEKARAT TADI!"

Ten menatap Taeyong dengan tatapan tajam. "GUE KAN UDAH BILANG GABISA! MASIH ADA MARK SAMA JUNGWOO! KENAPA LO NYURUH GUE?"

Taeyong menghela nafasnya kasar. "Ucapan gue mutlak Ten. Lo harus kesana! Urusan ibu lo yang sakit gue gak peduli. Mau ibu lo mati atau pingsan gue gak peduli. Gue tunggu lo jam 4 sore di depan gerbang. Kalo lo gak dateng, nyawa lo yang gue ambil"

Dan Ten menyesal telah mengiyakan ajakan Taeyong. Karena setelah terlibat perkelahian dengan kampus sebelah, Ten tidak pernah lagi bertemu dengan ibunya.

Ibunya meninggal.

"Lo bener. Gue punya dendam sama Taeyong" gumam Ten pelan.

Srek srek

Baik Ten dan juga Taeil tersentak saat mendengar suara yang sangat dekat dengan tempat mereka kini. Ten menyusuri pandangannya disekitar rumput yang telah panjang, bahkan telah menutupi hampir setengah batang pohon.

"Siapa disana?" Ucapnya dengan lantang. Hening, tak ada yang menjawab pertanyaan Ten. Bahkan Taeil yang berada di belakangnya pun terdiam.

Sampai akhirnya ide gila muncul dibenak Taeil.

"ARGHHH"

Taeil menyeringai puas. "Lo bodoh apa gimana Ten? Jelas-jelas itu suara sepatu gue yang sengaja gue gesekin ke batu. Tapi bagus deh, jadinya gue gak susah susah buat bunuh lo. Toh, lo juga udah mati"

Taeil kembali menyimpan pisaunya, matanya berbinar senang saat melihat Ten yang terkapar dengan tubuh yang penuh darah. Dan yang membuat Taeil lebih senang lagi adalah saat matanya tak sengaja menatap mayat Winwin yang tergantung di pohon dekat mayat Ten.

Taeil lalu merogoh saku celana kanannya. Mengeluarkan sebuah kertas dan melihatnya pelan.

Sebuah peta menuju jalan keluar.

"Oke, gue tinggal jalan lurus abis itu nyampe" ucapnya pelan.

Dengan itu Taeil melangkah pergi meninggalkan kedua temannya yang sudah terkapar.

Taeil hanya tidak tau, jika suara aneh itu bukan hanya dari sepatunya yang digesekkan ke batu.

Ada seseorang yang juga bersembunyi disana, orang itu menghela nafas lega. Karena Taeil tidak mengetahui keberadaannya.

Dengan pelan, orang itu keluar dari persembunyiannya. Matanya menatap nanar Ten dan juga Winwin yang mengenaskan.

"Untung gak ketauan" gumamnya pelan.

Orang itu memegang telinga kanannya saat merasa mendengar suara di sebrang sana.

"Gimana? Ketauan?"

"Hampir. Tapi engga ketauan kok. Tugas gue apa lagi?"

Ada sedikit jeda. Sebelum seseorang di sebrang sana kembali melanjutkan ucapannya.



















































"Selamatin Yangyang sama Xiaojun"




































Makin gajelas ya;(

Welcome To Your Hell || NCT Ot21Where stories live. Discover now