Membaik

1.5K 174 1
                                    

Mohon dukungannya, agar saya tambah semangat untuk melanjutkan cerita ini, vote-vote dari kalianlah yang membuat saya semangat,
vote seikhlasnya saja ya, yang sudah terimakasih.

💧💧💧

Kesehatan mental Arum bisa dikatakan membaik, Arum tidak pernah lagi bertingkah aneh, ia sudah bisa mengendalikan dirinya sendiri. Obat-obatan yang Dokter berikan selalu Arum minum, obat-obatan itu mampu mengatasi permasalahan yang sering Arum rasakan, yaitu cemas, Arum sering merasakan cemas dan gelisah yang berlebihan, oleh karena itu ia diberikan obat penenang agar Arum tidak melakukan hal yang aneh-aneh.

Arum sudah tidak bertemu dengan Danish lagi, karena urusan mereka sudah selesai, Arum sudah kembali normal, sekarang Arum akan menjalani program rehabilitasi narkoba, yaitu masa pemulihan. Satu minggu sekali Arum akan menemui  seorang Dokter yang akan membantunya.

Arum sedang sibuk di dapur memasak makanan untuk makan siang mereka, Arum lah orang yang sering menggunakan dapur Putri, Putri dan Yasmin yang menyediakan bahan-bahannya, Arum tugas memasaknya.

"Siang-siang sudah rapi mau ke mana?" tanya Putri

"Biasa" jawab Yasmin

Putri dan Yasmin sudah duduk di kursi, mereka menunggu lauk yang Arum masak, hanya nasi saja yang mengisi meja makan.

"Rum, bantu aku ke mall"

"Mau beli apa?"

"Baju, besok kan hari pertama kerja jadi aku mau pakai baju yang baru"

"Sip deh, nanti aku ikut" jawab Arum sambil menaruh ikan yang ia goreng.

Setelah semua lauk masak, Arum meletakkan lauk-lauk yang ia masak tadi di atas meja, sehingga memenuhi meja yang kosong tadi.

"Ya Tuhan, sedapnya bau nya"

"Ini sambel terasi kesukaan kamu"

"Alolo...thanks Arum, sambal ini membuat selera makan ku banyak" Yasmin langsung mencuci tangannya, ia sudah tidak sabar ingin memakannya.

🥀🥀🥀

Seperti keinginan Putri di meja makan tadi, kini mereka berdua sudah berada di mall, Putri membeli baju dan juga celana untuk ia pakai saat bekerja nanti. Putri sudah mendapatkan pekerjaan di salah satu kantor yang ada di kota itu, ia bersyukur, apa yang selama ini ia cari akhirnya dapat juga. Tidak ada sesuatu yang Arum beli, ia cuma sekedar membantu Putri saja.

"Bagus gak?"

"Bagus sih, tapi warnanya kalem"

"Kalau yang ini?"

"Nah bagus yang ini"

"Baiklah aku mau yang ini" ucap Putri, sambil memegang beberapa baju yang sudah ia pilih. Putri memang berasal dari kelurga yang berkecukupan, kedua orang tuanya sama-sama bekerja di dinas, dari segi ekonomi Putri dan Arum jauh berbeda, namun Putri berteman dengan Arum tidak melihat dari segi ekonomi yang Arum miliki, Putri ikhlas berteman dengan Arum, Putri pun bukanlah orang yang sombong atau pelit, Putri orang yang baik, dan Ramah, ia cocok berteman dengan siapapun jika ia merasa nyaman.

"Kamu mau gak?"

"Gak, baju di lemari aja sudah hampir penuh"

"Kalau begitu aku traktir beli novel"

"Eh beneran?"

"Iya"

"Yes...kalau itu aku tidak bisa nolak. Makasih ya"

"Sama-sama"

Arum menatap baju-baju di sekiranya, sebenarnya ia ingin membelinya namun, karena tanggal tua dan belum gajian membuatnya harus menahan nafsunya untuk membeli baju.

Setelah selesai membeli baju, kini mereka berdua memasuki toko buku yang ada di mall itu. Banyak sekali novel-novel yang membuat Arum melotot karena semuanya best seller.

"Yang mana Rum?"

"Semuanya"

"Haha...bangkrut aku Rum, bisa-bisa dari sini kita dorong mobil gara-gara gak bisa beli bensin"

"Yang ini aja deh"

"Yang itu?"

"Iya"

"Dah kita ke kasir" ucap Putri

Setelah selesai membeli novel, mereka berdua kembali berjalan-jalan menyusuri mall hanya sekedar cuci mata, karena keinginan sudah di beli.

"Jarang kita bisa kita jalan-jalan seperti ini ya"

"Iya, padahal banyak saja waktunya, tapi karena malas membuat kita berkurung di rumah"

"Betul alasnya satu, malas! Setelah ini ke mana lagi?"

"Kita singgah di depan teman ya, aku mau beli es dawet"

"Pas harinya panas seperti ini. Oke"

"Arum?"

Sejenak Arum menatap pria itu sambil melangkah, namun setelah ia sadar, Arum melangkah lebih cepat sambil menarik tangan Putri.

"Rum...tunggu"

Arum berhenti tanpa berpaling.

"Apa?"

"Kamu cantik"

"Cuma itu? Buang waktuku saja. Ayo Put" ucap Arum kembali melangkah.

"Itu Faisal kan?"

"Iya, masih ingat kamu Put, aku aja sudah lupa"

"Lupa namanya tapi masih ingat kenangannya ya kan? Hayoo ngaku"

"Gak lah, aku sudah move on bahkan seminggu setelah kita putus"

"Kenapa dulu dia khianati kamu ya, padahal aku lihat kamu itu sempurna"

"Dia nya aja yang gak bisa lihat cewek yang lebih cantik, dia hanya suka dari parasnya saja"

"Tapi kamu kan cantik"

"Tapi kalah saing dengan Si Della. Dah jangan bahas itu, dia hanya masa lalu"

"Masa lalu biarlah masa lalu, jangan kau ungkit jangan ingatkan aku"

"Lah nyanyi dia"

Jangan bilang Arum tidak pernah pacaran, ia juga pernah terjebak dalam dunia itu, sayangnya saat ia mulai percayakan Cinta orang itu mengkhianati Arum, syukurnya tidak lama waktu Arum terbuang sia-sia bersama pria itu dan akhirnya mereka putus saat hubungan mereka menjalani delapan bulan.

ARUM (END)Kde žijí příběhy. Začni objevovat