Hamil?

2.6K 209 4
                                    

Arum termenung duduk di depan pantry, tatapannya kosong, masalah yang ada belum juga selesai, sampai sekarang polisi belum tau keberadaan Reza, Arum takut, takut jika sewaktu-waktu Reza menemuinya, ia tidak ingin lagi melihat wajah pria yang sudah menghancurkannya.

"Rum"

"Astaghfirullah"

"Ha...melamun ya? Mikirin apa hayoo...jangan-jangan mikirin Pak Dosen"

"Is...gak lah Kak Fi"

"Kakak perhatikan kamu sering diam, kamu seperti tidak bersemangat lagi. Ada masalah Rum?"

Arum menggelengkan kepalanya
"Gak ada Kak"

"Kamu sakit? Kakak perhatikan kamu kurusan"

Ya semakin hari badan Arum tambah kurus, jarang makan salah satu penyebabnya, namun ada sebab lain yang membuat badannya kurus.

"Arum gak sakit Kak. Nih Kak Fia gak ada kerjaan?"

"Lihat Kafe kita, tumben malam ini sepi, tapi kalau sepi kita bisa beristirahat, setidaknya tidak bekerja terus"

"Iya ya Kak, tumben"

Arum menatap orang-orang yang ada di Kafe itu. Keadaan kafe tidak seramai malam-malam dulu, sehingga Arum bisa duduk santai.

"Hoeeekkk...hoeekkk"

"Arum kamu kenapa?"

Arum berlari menuju toilet, ia merasa seperti mau muntah kepalanya juga pusing.

"Hoeekkk...Astaghfirullah...ya Allah" Arum memejamkan matanya, lalu ia membasuh mulutnya.

"Jangan sampai itu terjadi pada Hamba ya Allah" Air mata Arum kembali membasahi pipinya, ia takut, takut jika hal yang tidak di inginkan itu terjadi.

Saat rasa ingin muntah itu hilang, Arum kembali ke luar. Baru pukul Delapan malam, masih Dua jam waktu untuk pulang, sebenarnya Arum ingin pulang dan istirahat karena ia rasa kepalanya pusing.

"Arum, kamu tidak apa-apa?"

"Tidak Kak, Arum...hanya kurang enak badan aja"

"Kan sudah Kakak duga, soalnya wajah kamu pucat, kamu pulang aja ya"

"Eh gak, Arum masih kuat"

"Jangan di paksakan. Kakak izinkan ke bos dulu, kamu duduk disini" ucap Fia melangkah pergi meninggalkan Arum.

Arum duduk di kursi panjang, ia tertunduk lesu, ia tidak pernah merasakan hal itu sebelumnya.

"Rum, bos membolehkan"

Arum mengangkat kepalanya lalu menatap Fia.
"Beneran Kak?"

"Iya, sekarang kamu pulang lah istirahat"

"Makasih ya Kak Fi. Arum mau pulang dulu. Arum duluan Kak"

"Iya, hati-hati ya Rum, bisa pulang sendiri?"

"In Syaa Allah bisa Kak"

"Baiklah, hati-hati"

"Iya Kak"

Arum melangkah ke ruangan belakang, ia ingin mengambil tasnya, dan pulang ke rumah.

🥀🥀🥀

Arum memarkirkan motornya di halaman rumahnya, lampu rumah masih menyala, artinya orang rumah belum tidur.

Arum membuka pintu, ia melihat Ibu dan Kakaknya sedang duduk di kursi sambil nonton TV.

"Assalamualaikum"

"Wa'alaikumussalam"

"Rum? Tumben pulang cepat?" tanya Nayla

"Arum...gak enak badan Kak, makanya pulang duluan"

"Kan sakit, kamu itu terlalu capek, duduk sini"

"Minum obat ya" ucap sang Ibu

"Sudah Bu" ucap Arum berbohong

"Kalau begitu ke kamar istirahat. Ibu bikinkan teh hangat"

"Iya Bu" Arum melangkah menuju kamarnya yang berhadapan dengan ruang tamu.

Arum menghempaskan tubuhnya di atas kasur, kepalanya  berdenyut-denyut. Arum memejamkan matanya, sambil memijit keningnya.

"Nih minum teh hangat dulu"

"Makasih Bu"

"Sudah makan?"

"Sudah"

"Sekarang istirahat lalu tidur, kamu itu kecapean karena sibuk kerja"

"Iya Bu"

"Kalau ada apa-apa panggil Ibu"

"Iya Bu" jawab Arum tersenyum manis pada Jihan. Terlihat raut wajah khawatir Jihan pada Arum, ya, ia khawatir dengan keadaan Arum, tidak biasanya Arum sakit, karena wanita itu daya tahan tubuhnya cukup kuat.

Sepeninggal Jihan, Arum duduk di sisi kasur sambil meminum teh buatan ibunya. Jika ibunya tau apa yang sebenarnya terjadi mungkin Arum tidak diperlakukan sebaik itu.

"Ya Allah...bolehkah hamba mengeluh, mengeluh karena takdir ini begitu kejam bagiku. Jika benar itu terjadi, begitu berat ujian hidup ini ya Allah...aku tidak sanggup, aku tidak kuat lagi, ya Allah bantu hamba Mu yang lemah ini" Arum terisak pelan di kamarnya, tidak ada yang tahu serapuh apa hatinya saat ini, tidak ada yang tahu akhir-akhir ini ia sering menangis, ia rasa bebannya begitu besar.

ARUM (END)Where stories live. Discover now