Aku dan Kehidupanku 3

2.1K 218 0
                                    

Pagi-pagi aku sudah berangkat menuju kampus, aku mengambil kelas pagi, sehingga sore harinya aku bisa bekerja. Aku bukanlah terlahir dari keluarga yang kaya, aku berasal dari keluarga yang sederhana, Ibu hanya bekerja di warung makan di tempat keluarga, sedangkan Kakak ku yang bernama Nayla bekerja di salah satu perusahaan swasta. Ayah? Ayah sudah lama pergi, pergi untuk selama-lamanya, semenjak aku masih sekolah dasar kelas 4 sepuluh tahun lebih sudah tanpa sosok Ayah, tanpa kasih sayang Ayah, ibulah yang selama ini menggantikan peran Ayah mencari nafkah, Ibulah yang berjuang demi kami anak-anaknya, sungguh berat perjuangan Ibu untuk kami, tapi Ibu sosok wanita yang kuat, dia tidak pernah mengeluh, Ibu sangat sabar dan ikhlas dengan takdir yang Allah berikan.

Lima belas menit di perjalanan, akhirnya aku sampai di kampus. Tidak banyak orang yang datang, karena ini masih sangat pagi, aku sudah terbiasa datang lebih pagi, kebiasaan ini berawal dari pondok, karena aku pernah di ajarkan untuk disiplin, sampai sekarang aku amalkan kedisiplinan itu.

"Arum"

"Hai, tumben pagi?"

"Malam tadi aku tidak bergadang, makanya bisa bangun pagi"

"Sudah habis stok drama korea baru?"

"Betul, nanti habis kelas rencananya mau nyari drama korea yang bagus"

"Sekali-kali kamu nonton drama Malaysia, tidak kalah rame dari drama korea, ada pelajaran yang bisa di ambil juga dari drama yang mereka punya, bagus, sangat bagus, drama mereka juga mendidik, dan ada baper nya juga"

"Arum"

"Iya?"

"Jadi pinjam novel?"

"Sudah selesai bacanya?"

"Sudah, nah pinjamlah"

"Makasih, nanti setelah selesai baca aku balikkan"

"Oke"

"Gak modal banget sih kamu"

"Buat apa beli novel selama aku masih bisa pinjam? Kan sayang uang, selesai baca cuma jadi pajangan aja"

"Hem...bener juga sih"

Aku dan Putri terus melangkah menuju kelas kami yang tidak jauh dari parkiran motor. Putri salah satu orang yang dekat denganku, dia satu kelas denganku, dialah orang yang paling dekat denganku, kami sudah cukup lama kenal, sejak pertama kali kami masuk SMK, dari kelas 10 sampai kuliah semester dua kami satu kelas.

Sesampainya di kelas, aku langsung duduk di kursi ku, lalu menaruh tas ku di atas meja, kemudian mulai membaca. Membaca salah satu hobi ku, apalagi novel yang bertema tentang pernikahan, kadang aku bisa senyum-senyum sendirian membacanya.

Tiba-tiba mataku tertuju pada dua orang di depanku, teman sekelas ku yang pagi-pagi sudah pacaran.

"WOI"

Mereka berdua menoleh kearahku.

"Eh bukan kalian, tapi Putri" ucapku, padahal aku sengaja ingin mengganggu mereka.

Pemandangan yang aku benci ketika melihat orang asik pacaran, bukan karena aku jomblo, bukan karena aku iri, tidak, aku tidak seperti itu, buat apa aku iri dengan orang yang berbuat dosa, ups...'Dosa' bukankah islam melarang pacaran karena sama halnya dengan perbuatan zina, mendekati saja sudah dilarang, memang tidak semua pacaran menyebabkan zina, akan tetapi kebanyakan zina berawal dari pacaran. Pacaran bukan salah satu pengen mengenal lebih biar gak salah pilih bukan! Itu bukan solusinya. Tidak suka pacaran bukan berarti aku suci, bukan berarti aku tidak pernah memiliki pengalaman itu, aku pernah terjebak di zona itu pernah! Tapi syukurnya Allah tidak membiarkan ku terus berlarut berada di zona itu, Allah tegur aku dengan lembut, Allah sandarkan aku, bahwa yang aku lakukan itu sebenarnya salah alias dosa! Dan sampai sekarang, aku masih bertahan dengan status jomblo ku, dekat dengan lelaki tidak, tidak ada yang sedang dekat denganku, aku mempunyai prinsip no pacaran until akad, aku tidak ingin pacaran sebelum akad tapi aku ingin pacaran setelah akad, bagaimana pun caranya aku yakin aku pasti bisa mewujudkannya.

🥀🥀🥀

17:00

Aku melangkah memasuki kafe yang cukup ramai itu. Aroma kopi sudah tercium, aroma yang setiap hari aku cium, dan aku suka aroma ini. Aku menuju ruang belakang untuk mengganti bajuku sebelum bekerja. Kafe ini adalah tempatku bekerja, setelah lulus SMK aku langsung bekerja disini, tapi aku mengambil shift malam, pagi waktu aku kuliah, sore menjelang malam aku gunakan untuk bekerja. Lumayan, agar aku tidak lagi meminta uang pada Ibu, bayar kuliah pun pakai uang sendiri, setidaknya aku mengurangi beban Ibu.

Setelah mengganti baju, aku kembali menuju luar, aku bertugas sebagai seorang pelayan, mencatat pesanan dan mengutarakan pesanan, bagiku pekerjaannya tidak lelah karena aku sudah terbiasa.

"Rum"

"Sudah mau pulang nih?"

"Iya. Duluan ya" ucap Wanda

"Iya, hati-hati" jawabku

"Mbak" orang yang baru saja datang memanggilku, aku langsung menghampirinya sambil membawa buku menu.

"Ini Mas" ucapku sambil menyodorkan menu. Tanganku sudah siap dengan pulpen dan juga kertas.

"Chicken Fingers dua, pisang goreng toping coklat oreo, mocha, dan cappucino"

"Ada lagi?"

"Sudah itu saja"

"Tunggu ya Mas"

Aku melangkah menuju pantry, menyerahkan daftar pesanan pelanggan.

"Nih"

"Sudah lama datang?"

"Baru saja. Cepat bikinkan ya"

"Oke"

Aku melangkah menuju meja yang sudah tidak ada pelanggan, membereskan bekas pelanggan adalah salah satu tugasku juga, melap meja agara meja tidak sampai kotor jika ada pelanggan yang baru datang.

"Mbak" Aku menoleh kearah sumber suara.

Aku menghampirinya.

"I-iya Pak?"

"Vanilla"

"Itu saja?"

"Iya"

"Baiklah, tunggu ya Pak" aku beranjak pergi meninggalkannya

"Tunggu!" ucapnya, aku kembali membalikkan badan.

"Iya?"

"Kamu anak fakultas Manajemen kan?" tanyanya.

Aku tersenyum menatapnya.

"Iya Pak, akhirnya Bapak mengenali saya. Saya pesankan minuman Bapak dulu" ucapku kembali melangkah menuju pantry.

Jangan lupa votenya

ARUM (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang