23. Alvin Babak Belur

158 31 10
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

Papa benar-benar pulang ternyata. Aku sampai menangis saking rindunya. Karena aku anak perempuan satu-satunya dan anak bongsor, sedari kecil aku paling lengket dengan Papa.

Malam itu, aku menginap di rumah. Memberitahu Tania, kalau aku tak akan pulang ke kos.

Aku belum bisa menanyakan wangi parfum yang tercium dari jaket Alvin. Malam itu, Papa bercerita banyak hal. Alvin juga ikut bergabung, hingga kami bertiga tertidur di ruang keluarga.

Aku yang bangun paling akhir, esok harinya. Papa sedang memakan sarapannya di meja makan. Sedangkan Alvin sudah pergi kuliah.

Masih jam delapan pagi dan aku baru ingat ada kelas nanti jam sepuluh. Aku bergegas bangun, lalu mandi dan sarapan. Setelahnya aku bergegas kembali ke kos, untuk mengambil buku catatan ku sebelum kelas di mulai.

Ada beberapa hal yang terlihat aneh pagi ini. Fakhri yang tiba-tiba bersikap baik dan aku sampai mengira cowok itu cocok disematkan gelar boyfriend-able.

Dan tentu saja karna sikap baiknya padaku, teman sekelasku menganggap kami memliki hubungan. Ah, mereka gampang sekali salah paham.

Kelasku telah selesai tepat jam dua belas siang. Aku kembali ke kos untuk istirahat sebentar, karna nanti sore ada acara jalan-jalan keluarga untuk menyambut kedatangan Papa.

Salah satu hal aneh lainnya adalah, kedatangan Alvin dan Tania berdua di kosan. Aku perlu beberapa detik mencerna kejadian yang terpampang di depanku.

Namun, waktu tak memberiku kesempatan. Tak lama setelah Alvin dan Tania datang, Rafi selaku pacar Tania berjalan mendekat dari gerbang kosan dan terlihat marah.

Cowok itu datang dan langsung melayangkan tinjunya ke wajah Alvin.

"Apaan lo jalan sama cewek gue?!"

Alvin tidak menjawab. Dia balas melayangkan tinju dan adegan action pun terjadi. Aku dan Tania sedikit kewalahan melerai mereka berdua. Karna yang ada di kosan hanya aku dan Tania.

Untungnya saja anak kosan tidak ada, karna kalau mereka ada, bisa dipastikan kehebohan akan terjadi. Tau sendiri bukan, kebiasaan cewek yang teriak-teriak tidak jelas?

Setelah beberapa saat, Alvin dan Rafi akhirnya bisa kami pisahkan. Memar di wajah Alvin tentu saja lebih banyak dari memar yang Rafi dapat. Yang jelas di sini, Alvin kalah telak.

Rafi saja sudah bisa berdiri sendiri tanpa sempoyongan dan jalan mendekati Alvin. Aku sudah siap menahan Rafi jika saja cowok itu masih berniat melayangkan tinju pada Alvin.

Namun, yang Rafi lakukan hanya berjongkok di depan Alvin yang terkapar di pelukan ku. Ia menatap Alvin dengan tajam. Dan aku bisa merasakan bagaimana aura cowok itu yang mengintimidasi. Aku tidak tahu apa masalah di antara mereka bertiga. Namun, tetap saja hal ini membuat perasaanku tak enak.

"Yang please, ayo kita pergi." Tania berusaha menjauhkan Rafi dari Alvin. Gadis itu terisak dengan wajah memerah.

"Kamu belain dia? Kamu lebih milih dia daripada aku?"

"Kak dengerin aku dulu, please."

"Apa lagi? Hm."

"Aku mau jelasin semuanya, tapi gak disini."

Akhirnya, Rafi menurut. Dan Tania pergi membawa Rafi menjauh.

Aku membopong Alvin ke dalam kos. Merebahkan cowok itu di sofa ruang tamu. Dan mengambil kotak p3k. Serta handuk yang sudah aku ikat sedemikian rupa dan ada beberapa batu es di dalamnya untuk mengompres memar di wajah Alvin.

"Princess." Ia memanggil ku lirih. "Maaf ya. I'm so sorry."

"Kalau tau bakal gini, mending kamu balik ke Aussie aja."

Dia menggeleng cepat dan meringis saat memarnya membentur sofa. "Gak mau. Aku suka di sini. Ketemu Princess. Bisa makan kebab yang enak, bakso tusuk, sandwich, bakso di deket kampus. Terus--

"Ketemu Tania." Aku menyambung. Ekspresi Alvin berubah cepat dan ia mulai memelas.

"Maaf princess."

"Minta maaf terus kayak lagi lebaran."

Alvin meringis. "Aku juga gak tau kenapa bisa suka." Ia lalu cemberut.

Aku jadi tidak tega memarahinya kalau sudah begini. "Rasa suka emang gak bisa diterka. Ya, terserah kamu mau suka sama siapa. Tapi, jangan suka sama pacar orang juga dong."

"Katanya tadi terserah mau suka sama siapa. Jangan nyalahin aku dong."

Aku dengan sengaja menekan kapas basah karna alkohol ke lukanya. Ia menjerit keras. "Iya iya maap Princess."

"Kamu harus selesain masalah ini sama pacarnya Tania. Aku gak mau liat kamu babak belur lagi kayak gini."

Ia menganguk lemah mengiyakan.

***

Selamat kalian udah baca spoiler buat cerita aku selanjutnya👏😲
*spoiler kok bilang-bilang? 😌

[HS] Kembali Temu di Bawah Hujan (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang