Prolog

1.6K 95 21
                                    

Happy reading❤
Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

Tut tut tut...

Hujan menghantam keras atap halte tempat aku berlindung sekarang. Gigil merasuk, membuat gigi bergemeletuk seiring tiupan angin merayapi kulit. Aku menggeram kesal, menyumpahi operator yang membalas panggilan ku dan kembali menggeser tombol hijau melakukan sambungan untuk yang kesekian kalinya.

"Angkat elah!" gumamku sambil menggosok-gosok telapak tangan pada lengan.

Sesekali aku memerhatikan beberapa orang yang juga sedang berdetuh di halte yang sama denganku. Ada sepasang suami istri dengan anak mereka yang berada di pelukan sang ibu berdetuh sebab mereka hanya menggunakan sepeda motor. Lima gadis-gadis remaja yang sibuk dengan handphone mereka masing-masing lalu saling terkikik geli seraya menunjuk-nunjuk pada layar handphone nya, aku pikir mereka mungkin sedang stalking akun bisa mereka, biasa fangirl.

Lalu ada seorang pemuda yang berdiri tidak jauh dariku, menggenggam payung hitam dengan jaket denim yang bagian lengan kirinya sudah basah dan telinga tersumpal dengan earphone. Dari samping pemuda itu cukup tampan, aku malah sudah memberinya nilai delapan. Ya, hanya delapan sebab nilai tertinggi bagiku hanya untuk Min Yoongi. Oke sip, jangan terlalu di perpanjang.

Ia memilik postur tubuh tinggi yang lumayan, berkulit putih dengan hidung mancung dan bibir merah alami, jangan lupakan bulu mata yang panjang dengan mata yang menatap lurus tirai hujan. Ia tak menghindar sedikitpun dari bias hujan yang mengenai wajahnya. Mungkin, kalau aku termasuk dalam jajaran perempuan agresif, bisa jadi sekarang aku sedang mengobrol dengannya. Ya, kalau saja. Tapi, aku lebih suka diam daripada mencoba mengajaknya berkenalan lebih dulu. Itu bukan style ku.

Baiklah, kembali aku mengulang panggilan telepon dan bergumam sendiri di tengah guntur dan kilat yang saling bersahutan. Jujur aku takut, kalau saja cahaya kilat itu berbelok dan menemukan signal ponselku lalu menyambarnya secepat mungkin dan meninggalkan aku yang terkapar terbakar di lantai halte yang dingin ini. Aku bergidik ngeri dibuatnya.

Cepat-cepat setelah orang di sebrang sana akhirnya mengangkat panggilan telpon ku. Aku berbicara setengah teriak dan membentak, menyuruhnya segera menjemputku di halte depan toko buku sekarang juga.

Aku mendesah lega, lalu berdiri dan melangkah dua kali sejajar dengan pemuda yang tadinya sempat aku kagumi itu. Aku tidak terlalu menghiraukan tapi, aku rasa pemuda itu sedang memerhatikan ku. Perasaan ku saja, mungkin.

Memeluk erat plastik berisi buku-buku untuk menunjang tes demi tes masuk perguruan tinggi dan juga beberapa novel favorit ku. Aku meneliti setiap kendaraan yang lewat, dan menunggu dengan pasti dia yang akan menjemputku.

Kalau di ingat-ingat sudah dua tahun lebih sejak kejadian itu. Cuacanya persis sama, di depan teras toko buku dan aku sedang menunggu jemputan dan mulai berkenalan dengannya. Saat itu belum ada halte tepat di depan toko buku tempat aku berlindung sekarang, beberapa tempat cepat berubah setelah dua tahun lamanya aku pergi.

Aku mendesah. Menatap tirai hujan dan tersenyum samar mengingat manisnya pertemuan kami dulu. Ah, sudahlah itu sudah lewat. Semuanya sudah beda.

Pias hujan perlahan membasahi pipi ku. Aku mengusapnya pelan kemudian melambai dan siap-siap menyemprot sumpah serapah padanya yang terlambat menjemputku.

Ia tersenyum dengan cengiran lebar berjalan ke arahku dengan payung putih. "Sorry princess." Segera ia menggandeng ku, membuka pintu mobil dan menunggu ku masuk.

Ia selalu bisa membuat amarah ku luruh setelah mendapati segelas coklat hangat di dalam mobilnya. Dia itu benar-benar.

"Kalau kamu kayak gini lagi, aku bakalan puasa ngomong sama kamu seminggu. Awas aja!" Ia tergelak menanggapi ancaman ku. Tawa itu, aku malah ikut terkekeh kecil seraya mencubit gemas lengannya. Dasar!

"Udah, ayo jalan!"

Mobil melaju, menembus tirai hujan lebat. Ku intip sekejap pemuda tadi yang ternyata masih berdiri di sana. Dari sini aku bisa melihat wajahnya lebih jelas. Bibir merah itu bergerak, entah apa yang ia gumamkan. Namun, sekejap pula aku merasa sesak. Saat aku perhatikan lebih teliti gerak bibir pemuda itu.

"Sa... Sa..."

Bagaimana pemuda itu tahu namaku?

***

Welcome😄
Gimana? Udah bisa bikin kalian stay di sini belum?

Hehe, aku harap sih udah ya😊

Fyi, Kembali Temu di Bawah Hujan bakal update dua minggu sekali, aku harap updatenya bakalan lancar dan ga ngadet🙏

Oke, see you di next chapter ya❤

[HS] Kembali Temu di Bawah Hujan (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang