8. Hal Yang Membuat Bulu Kuduk Berdiri

231 43 10
                                    

Jangan lupa vote dan komen ya😊

***

Aku hanya menundukkan kepala dan mengikutinya dari belakang. Kami berjalan ke sisi belakang villa dekat dapur panitia konsumsi yang terlihat lengang. Lampu temaram yang menyala sama sekali tak membantu disini, sebab gelap sekali. Apa karna aura yang Dito keluarkan jadi suasana di sekitar kami berubah suram ya?

Ah, agaknya begitu. Sepertinya hukuman menanti diriku. Dito mungkin tidak mengenal istilah hukuman antar teman yang saling mengenal dan itu terdengar buruk. Entah kenapa di satu sisi aku merasa Dito adalah seorang yang disiplin dan tidak suka melihat adanya pelanggaran. Seperti tadi siang, saat game sedang berlangsung dan ada yang melanggar peraturan ia tak kenal ampun untuk memberi hukuman.

Dia tiba-tiba berhenti dan langsung berbalik menghadap ke arah ku, aku yang terkejut refleks mundur dan tertahan dinding villa. Lalu tanpa di duga ke dua tangannya menyangga tubuhnya yang semakin mendekat ke arah ku. Seketika instingku untuk berteriak terpacu, namun sebelum membuka mulut ia segera membekapnya lebih dulu.

Seketika suara berkelontangan dari arah dapur terdengar, disusul pekik tertahan. Aku rasa panci dan wajan tersenggol sesuatu hingga menimbulkan suara seperti itu.

Dito berdecak pelan. Ia kemudian menjauhkan tubuhnya dari tubuhku lalu melepaskan bekapan tangannya dari mulutku. Lalu, sebelum berbalik pergi untuk mengecek dapur ia mencondongkan badannya dan berbisik di telinga ku. "Urusan kita belum selesai ya."

Setelahnya aku baru bisa bernapas lega. Dan pergi secepatnya dari sana.

***

Aku berpapasan dengan Kak Fira lagi di depan villa. Ia tak berkata apa-apa hanya membuat gestur supaya aku bergegas masuk.

Aku melangkah cepat menuju tangga. Namun, saat lewat di depan ruang istirahat panitia, aku tergerak untuk mengintip dari celah pintu yang terbuka. Di sana Kak Nadine masih terbaring, agaknya belum sadar. Ada seorang panitia cowok yang duduk di sisinya. Dari posturnya aku bisa menebak kalau itu Dito.

Tapi, tadi kan Dito ke dapur panitia konsumsi sebelum aku masuk ke villa, bagaimana bisa cowok itu sudah berada di ruang istirahat panitia?

Aku berdiri cukup lama untuk memperhatikan orang itu. Rasa-rasanya Dito tak memakai hoodie berwarna merah terang tadi. Tapi, karna lampu temaram di belakang villa aku gagal mengingat baju yang Dito pakai.

Kalau orang itu bukan Dito, lalu siapa?

"Sstt, ssstt, Sa!"

"Sasa sini!"

Aku menoleh ke arah tangga dan mendapati Kristi dan Wulan menyuruh ku untuk segera naik. Aku menurut dan meninggalkan rasa penasaranku di ruang istirahat panitia.

"Lo diapain sama Kak Dito Sa?" Kristi bertanya yang terdengar khawatir.

"Gak diapa-apain." Kemudian aku mendengar ia mendesah lega. "Kalian gak dihukum sama Kak Fira kan?"

"Ga, abis lo kabur dibawa Kak Dito kita langsung disuruh naik."

"Oiya, alat lo gimana Lan?"

"Gue lempar ke semak-semak deket kita nguping tadi. Semoga aja besok pagi masih ada. Oh iya btw, katanya Kak Nadine abis liat sesuatu di belakang villa makanya dia pingsan."

"Ah boong. Ga ada yang begituan kok." Aku mencoba keukeuh, sebab aku baru saja dari belakang villa bersama Dito.

"Beneran Sa. Tadi gue juga cium bau bunga melati pas kita lagi nguping. Cuma karna lo lagi fokus dengerin, gue gak bilang apa-apa." Kali ini Kristi membuat aku tak bisa berkata-kata.

Aku berbalik dan menghadap mereka berdua. Posisi kami sudah berada di kamar. Hanya kami bertiga, dua teman kami yang lain agaknya sedang berada di kamar sebelah.

"Gue tadi dibawa Dito ke belakang villa deket dapur konsumsi. Gue gak cium bau bunga melati dari situ dan gak ada yang aneh." Aku agak sangsi dengan kalimat terakhir yang aku ucap. Sebab suara berkelontangan dari arah dapur konsumsi membuat berbagai asumsi buruk di kepala ku.

Wulan memegang tangan ku erat. Dia agaknya memeriksa denyut nadi ku yang terasa berdenyut cepat. Ia langsung menggenggam tangan ku dan menyuruh ku untuk menatap lurus matanya.

"Jangan panik Sa. Jangan mikir yang enggak-enggak. Kita belum tau itu beneran atau cuma kebetulan. Tarik napas keluarin, rileks."

Aku mencoba mengikuti instruksi Wulan. Dan setelah beberapa menit, detak jantung ku sudah tak bertalu-talu seperti tadi.

Namun, tiba-tiba saja engsel pintu kamar kami bergerak-gerak seperti ada yang berusaha membukanya dari luar. Seingatku tadi, aku yang terakhir menutup pintu dan sama sekali tidak menguncinya. Jadi, untuk siapa pun yang diluar sana, sungguh bulu kuduk ku sudah berdiri sempurna.

***

[HS] Kembali Temu di Bawah Hujan (✔)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang