Part 37

7K 697 29
                                    

Irene tak menyangka setelah hilang sementara waktu kini Seokjin datang kerumahnya. Lelaki itu tampak baik-baik saja seperti terakhir mereka bertemu.

"Jin, kemana saja kau selama ini?" Wajahnya begitu khawatir, selama ini ia juga turut mencari keberadaan keponakannya ini.

"Menenangkan diriku sebentar, eomma." Sejak awal hubungan Seokjin dan Irene memang seperti ibu dan anak, begitupun Jungkook yang memanggil mendiang ibu Seokjin dengan panggilan 'mama'. Tak ada jarak bagi mereka, kecuali saat-saat Seokjin pergi ke Jepang beberapa tahun belakangan ini.

"Apa.. Aku boleh melihat Seo Eun?"

Irene tak percaya mendengar pertanyaan Seokjin, baru kali ini Seokjin menanyakan anaknya. Selama ini ia selalu menghindar jika disangkutpautkan dengan gadis kecil itu.

"Apa boleh?" Pertanyaan Seokjin membuyarkan lamunan Irene. Segera ia mengajak Seokjin ke kamar berpintu merah muda di lantai atas, diam-diam membukanya dan masuk ke dalam sana.

Seokjin mendudukkan dirinya perlahan di ranjang itu, membuka pelan selimut itu hingga terlihat wajah anak perempuan yang sedang terlelap itu. Tangannya bergerak tanpa dikehendakinya, mengusap lembut rambut pendek itu dan tiba-tiba saja badan kecil itu bergerak. Seokjin kira anak itu akan menangis karena tidurnya terganggu, namun ia salah karena Seo Eun tersenyum kearahnya.

"Terima kasih Tuhan, akhirnya daddy muncul juga dimimpi Seo Eun." Gadis kecil itu duduk perlahan, menatap Seokjin dengan binar penuh rindu dan memeluknya erat.

"Daddy, Seo Eun rindu. Daddy sudah lama tidak mampir di mimpi Seo Eun."

Badannya terpaku ketika dipeluk begitu erat, entah mengapa tangannya kaku bahkan hanya untuk sekedar membalas pelukan anaknya.

"Daddy berbeda, biasanya di dalam mimpi daddy selalu memeluk dan mencium Seo Eun. Tapi mimpi kali ini daddy seperti daddy yang sebenarnya, tidak menyukai Seo Eun." Wajah si kecil menghadapnya, tetap tersenyum walau Seokjin tahu ia kecewa.

"Daddy menangis?" Dengan panik Seo Eun menepuk punggung ayahnya, mencoba menenangkan tangisan sang ayah.

"Cup cup cup.. Jangan menangis lagi."

Sia-sia, karena Seokjin makin terluka melihatnya. Ia merasa tak berguna dan menjadi orang yang jahat selama ini.

"Baru kali ini daddy menangis di mimpiku."

"Ini bukan mimpi, sayang." Seokjin tertawa kecil melihat raut terkejut sang anak, masih tak percaya akan hal yang ada didepannya.

"Awww!" Seo Eun merasa sakit ketika ia mencubit pipinya sendiri, ini bukan mimpi, ini nyata. Ia benar-benar bertemu ayahnya.

Namun hati Seokjin teriris ketika melihat wajah murung Seo Eun, gadis kecil itu beringsut menjauh darinya.
"Kenapa menjauh dari daddy? Tadi katanya rindu."

"Maafkan Seo Eun."

"Kenapa minta maaf? Seo Eun tidak salah apa-apa."

"Maafkan Seo Eun karena sudah merindukan daddy." Mendengar itu sontak saja Seokjin mendekapnya erat, mencium dahi anaknya penuh kasih.

"Daddy yang seharusnya minta maaf, maafkan daddy karena selama ini pergi terus darimu. Daddy rindu, rindu sekali. Maaf, maaf baru sekarang datang menemuimu." Tangis anak kecil itu terdengar begitu kencang, Irene yang berdiri di depan pintu ikut menangis dalam diam menyaksikan keduanya.

"Jangan menangis."

"Daddy.. Daddy hiks.. Seo Eun rindu sekali.."

"Daddy juga rindu sekali. Daddy sayang sekali padamu, maafkan daddy ya karena datang terlambat." Tangannya menghapus dengan lembut air mata di wajah anaknya, menatap wajahnya dekat.

Your Last (Taekook/Vkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang