Part 24

7.2K 862 25
                                    

"Apa, Tae.. Jin hyung?" Jungkook kira Taehyung yang kembali lagi kerumahnya, ternyata dugaannya salah. Seokjin berada tepat didepannya, berpenampilan rapi dengan buket bunga ditangannya.

"Untukmu.." Seokjin menyodorkan buket bunga itu kearahnya.

"Oh, t-terima kasih."

"Hm, apa kau dan Somi punya waktu?"

Jungkook tak tahu harus menjawab apa, ia masih tidak mengerti arah pertanyaan Seokjin.

"Aku.. Ingin mengajak kalian makan malam diluar."

Jujur saja ajakan Seokjin mengejutkan Jungkook, karena ini sangat mendadak.

"Maaf, tapi Somi sudah tidur. Kalau makan malam di rumahku saja mau? Aku bisa memasakkanmu sesuatu."

Mendengar sahutan Jungkook membuat Seokjin tersenyum senang, ini lebih baik dari rencana sebelumnya.

Seokjin memperhatikan bagaimana pemuda manis itu berkutat di dapur, dari belakang saja Jungkook terlihat menawan.

"Mau aku bantu?"

Jungkook bergidik ketika tiba-tiba saja Seokjin memeluknya dari belakang, menempatkan dagunya di bahu Jungkook.

Canggung. Jungkook jadi blank karenanya, ingin bergerak tapi setiap pergerakannya membuat Seokjin makin erat memeluknya.

"H-hyung.."

"Hm.." sahut Seokjin.

"Bisa tunggu disana saja? Aku akan menyelesaikannya dengan cepat."

Seokjin mengangguk seraya melepaskan pelukannya, beranjak untuk duduk di tempatnya semula.

"Tidak perlu memasak yang repot-repot. Apapun masakanmu aku selalu suka, kok."

Wajah Jungkook memanas mendengarnya, sudah lama sejak terakhir mereka berdua seperti ini. Rasanya aneh sekali, jantungnya berdebar-debar ketika sadar sorot mata Seokjin tak sedikitpun lepas darinya.

"Kook.." Jungkook yang tengah melepas apron memandang Seokjin, ingin Seokjin melanjutkan kata-katanya.

"Maafkan aku."

Jungkook memberikannya tatapan bingung.

"Untuk?"

"Kejadian waktu itu. Aku benar-benar menyesalinya, andai saja waktu itu aku tidak mabuk mungkin kita sudah menikah dari lama."

Mengingat hal itu membuat senyum sendu hadir di bibir Jungkook. Meskipun telah berlalu lama tetap saja terasa sakit jika mengingatnya, —orang yang kau cinta mengkhianatimu.

Melihat perubahaan mimik Jungkook, Seokjin melanjutkan ucapannya.

"Aku bersumpah, aku benar-benar mengira bahwa itu kau. Dalam bayanganku saat itu kau yang sedang berada di sana."

Tangan Jungkook mengepal, air mata menumpuk di pelupuk matanya. Ia bukannya manusia malang yang terjebak dalam kisah masa lalu, tapi ia tetaplah manusia biasa yang akan kecewa jika diperlakukan seperti itu.

"Hyung.."

"Ya?" Seokjin was-was menanti ucapan Jungkook, ia tak sanggup melihat wajah sedihnya.

"Saat itu aku masih sangat muda, aku masihlah seorang yang naif. Aku menangisimu dan kecewa karena keteledoranmu. Tapi setelah aku dewasa, aku mulai banyak belajar tentang banyak hal. Salah satunya, tentang kebiasaan orang disaat mabuk."

Jungkook menghapus air matanya kasar, ia tersenyum memandang Seokjin.
"Biasanya orang yang sedang mabuk berat akan susah untuk ereksi dan berhubungan badan, mereka akan meracau, muntah atau kemungkinan terbesar terlelap tidur. Jika mereka melakukannya mungkin itu sudah dirancang sedemikian rupa sebelum mereka mabuk, maksudku kedengaran janggal jika orang mabuk tiba-tiba punya kekuatan untuk bercinta."

"Jungkook, apa kau tak percaya padaku? Ingatlah saat-saat kita bersama dulu. Kau masih cinta aku, kan?" Seokjin mengusap lembut wajahnya, ia takut kehilangan Jungkook untuk kedua kalinya.

Jungkook memegang tangan Seokjin yang sedang menyentuh wajahnya, ia tatap wajah tampan itu dengan tatapan pilu.
"Aku percaya padamu, sangat. Aku juga mencintaimu, cinta sekali."

Seokjin lega mendengarnya. Ini yang ingin ia dengarkan sedari tadi.

"Tapi itu dulu. Dulu sekali, sebelum kau merusak kepercayaanku dan menghancurkan cintaku." Sambung Jungkook sambil melepaskan tangan Seokjin dari wajahnya.

"Jungkook.."

"Aku memaafkanmu, dari dulu kau sudah menerima maafku."

Buru-buru Seokjin menggeleng, tak menyetujui perkataan Jungkook.
"Belum, Jungkook. Kau belum memaafkanku, jika kau sudah memaafkanku kau tak mungkin seperti ini."

"Jin hyung, memaafkan bukan berarti melupakan. Aku memaafkan kesalahanmu, tapi aku tak akan pernah melupakannya."

Seokjin dibuat kalah telak oleh kata-kata Jungkook.
"Dengarkan aku, aku memang bersalah padamu. Tapi kumohon, beri aku satu kesempatan untuk memperbaiki semuanya. Jungkook, kau mau kan?" Dari sakunya ia mengeluarkan sebuah kotak beludru berwarna merah, membukanya di hadapan Jungkook.

"Jungkook, berikan aku kesempatan sekali lagi. Aku janji tak akan menyia-nyiakan cintamu, menikahlah denganku."

Tangan Jungkook terulur menyentuh cincin indah bertatahkan berlian itu, ia menatap takjub keindahan yang disuguhkan itu. Seokjin yang melihat Jungkook terpesona akan cincin itu mulai bersorak dalam hati, mungkin Jungkook akan menerimanya.

"Ini indah sekali. Tapi aku tidak mau memakainya." Jungkook menutupnya.

Seokjin seakan jatuh mendengarnya.
"Kenapa? Apa memang aku tak punya kesempatan lagi?"

Pranggg

Seokjin terkejut ketika Jungkook menjatuhkan gelas kaca yang ada dihadapannya.

"Apa kau bisa menyatukan pecahan-pecahan gelas itu hingga kembali ke bentuknya semula?"

"..." Seokjin terdiam melihatnya.

"Jawab aku, hyung."

"Jungkook, bisa saja tanganku ikut terluka jika memegangnya kan? Lagipula jika aku berhasil menyatukan pecahannya, tetap saja tak akan sesempurna bentuk awalnya."

Jungkook mengangguk sambil tersenyum mendengarnya.
"Benar, seperti itulah aku. Gelas ini ibarat hati dan kepercayaanku saat kau membuatnya hancur. Aku mencoba untuk merangkainya kembali, tapi aku terluka disaat menyatukannya. Disaat aku berhasil, aku sadar ternyata hasilnya berbeda dan tak akan pernah sama seperti semula. Sekeras apapun aku mencoba dan berusaha, hati dan kepercayaanku tak akan pernah sama seperti dulu, disaat kau belum merusaknya."

Tanpa sadar air mata Seokjin menuruni pipinya, mungkin memang ia tak akan pernah bisa memiliki Jungkook.

"Pulanglah, kembali pada Seo Eun."

"Dia bukan anakku. Dia bukan anakku." Seokjin berulang kali menyakinkannya.

"Dia anakmu, darah dagingmu, sebagian dari dirimu. Bukan aku yang harusnya kau kejar, tapi dia."

"T-tapi, aku tak pernah menginginkannya. Karena kehadirannya aku tak dapat bersamamu." Air mata Seokjin turun begitu deras, membuat Jungkook tak tega hingga memeluk Seokjin.

Baru kali ini Jungkook melihat Seokjin begitu hancur.
"Jemput dia, katakan kau sayang padanya dan minta maaflah padanya. Kau boleh mengecewakanku, tapi tidak dengan Seo Eun. Cepat kembali sebelum ia seperti gelas itu, hancur tak berbentuk."





.
.
.

Tbc

Your Last (Taekook/Vkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang