Part 16

8.8K 925 17
                                    

Di rumah besar ini, tinggallah sepasang suami istri yang kesepian di masa tua mereka, kekayaan yang melimpah nyatanya tak menjamin kebahagiaan bagi mereka. Anak-anak mereka sibuk dengan dunianya, hanya berkunjung ketika libur menjelang itu pun hanya sekedar tatap muka sebentar, terlalu sibuk mengejar materi dalam hal duniawi.

Jujur mereka rindu masa-masa disaat anak-anak mereka masih bersama mereka, canda tawa dan suara riuh bising pasti akan mengisi rumah besar ini.

Tok

Tok

Tok

"Istriku, apa kau juga mendengarnya?" Pria tua itu bertanya pada sang istri yang sedang merajut disampingnya.

"Suara ketukan pintu? Aku kira hanya anak-anak iseng yang melakukannya."

"Aku akan keluar memastikannya."

"Sayang, udara musim dingin tak bagus untukmu." Sang istri mencegat tangan sang suami.

"Tak apa, aku hanya memeriksanya sebentar."

Para maid telah kembali ke pondok di halaman belakang rumah mereka, kini hanya ada mereka berdua pada malam yang larut ini. Lelaki tua itu pun membuka pintu mahoni itu dengan perlahan, waspada mengintip sekitar karena disaat malam tentu rawan kejahatan, dirasa aman ia mencoba membuka pintunya secara menyeluruh namun ada sesuatu yang menghalanginya. Ada sebuah keranjang yang berada tepat di pintunya, matanya yang sudah tidak awas lagi tak mampu melihat jelas apa isi keranjang itu. Diliputi rasa penasaran, ia berjongkok dan seketika matanya membulat, ada bayi didalam keranjang ini.

"Sayang! Sayang! Kemarilah!" Teriaknya memanggil sang istri.

Wanita tua itu tergopoh menghampiri suaminya.
"Ada apa, sayang?" Raut wajahnya terlihat panik.

"Ada bayi di depan rumah kita," ujar lekaki itu seraya mengangkat bayi kecil itu, mengarahkannya pada sang istri.

"Ya Tuhan! Anak siapa ini? Dimana kau menemukannya?"

"Persis di depan pintu rumah kita, aku menemukannya di dalam keranjang buah ini." Menunjuk keranjang buah yang dilapisi selimut biru itu.

Sang istri mengambil alih bayi itu dari suaminya, badan kecilnya terasa dingin namun yang membuatnya heran tak ada tangis dari bayi ini ataupun respon lainnya. Rasa takut menghantuinya kalau-kalau sang bayi ternyata sudah tak bernyawa, ia mendekap sang bayi guna menyalurkan rasa hangat dari tubuhnya.

"Sayang, apa kita harus melapor ke kantor polisi?" Tanya sang suami.

"Tunggu sebentar, tunggu sebentar lagi." Wanita itu tetap mendekap erat bayi itu sembari menepuk-nepuk bokong kecilnya.

Keajaiban menghampiri mereka, bayi itu menangis sangat keras menyuarakan suaranya seolah-olah berkata ia masih hidup.
"Suamiku, ia masih hidup. Bayi kecil ini masih hidup." Ucapnya dengan air mata yang mengucur turun menuruni pipinya.

"Mungkin ini memang jawaban Tuhan atas kesepian kita." Sang istri berujar.

Suaminya menatapnya haru, mengalihkan pandangannya ke bayi kecil itu dan hatinya menghangat seakan ada sesuatu yang menariknya.

"Ayo, sekalian bawa keranjang itu ke dalam," lanjutnya.

Bayi kecil itu mereka selimuti dengan selimut lembut yang tebal, mereka letakkan di atas empuknya kasur mereka.
"Apa di dalam keranjang itu ada sesuatu?" Tanya sang istri.

"Hanya ada selimut, ah... ada kertas didalamnya." Pria tua itu mengambil kertas itu, membacanya untuk sang istri.

Namanya Jeon Jungkook, baru saja lahir tiga hari yang lalu.

Your Last (Taekook/Vkook)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang