19 | Antara Hidup dan Mati

34 5 0
                                    

Cahaya putih menyinari tubuh mungilnya, gadis itu melenguh di sela-sela tidurnya saat cahaya yang menyilaukan menusuk matanya.

Keningnya mengkerut saat merasakan usapan di dahinya di antara cahaya yang ada. Kedua bola matanya sontak terbuka. Bukannya seharusnya dirinya tiada selah ditikam oleh Ryuga. Namun, mengapa saat ini ada orang yang menemaninya?

"Kaa-san," cicitnya pelan saat retinanya menangkap wajah sosok ibu yang begitu dicintainya.

Gadis itu menangis kencang tanpa diminta dan langsung memeluk erat tubuh ibunya yang bersinar dikelilingi cahaya.

Air matanya yang ia pendam setelah sekian lama tumpah ruah begitu saja, bahkan ia pun tak dapat menahan semua perasaan yang terkumpul di dadanya saat ini. Semuanya meluncur begitu saja tanpa kendali.

"Kaori rindu, Kaa-san!" serunya di sela isakannya.

Bahunya bergetar kuat, isakannya bertambah kencang, sementara air matanya tidak dapat berhenti mengalir walaupun hanya sejenak saja.

"Kaa-san juga rindu, Kaori-chan."

Suara lembut yang begitu ia rindukan beberapa bulan ini akhirnya dalam ia dengar kembali. Suara lembut sang ibu seperti magnet tersendiri untuknya, terdengar begitu menyenangkan dan begitu menghangatkan.

Usapan lembut di dadanya menjadi tanda bahwa saat ini ibunya benar-benar nyata ada di sampingnya, bahkan dekapan hangat yang dahulu kala selalu memenangkannya pun terasa juga.

Apakah saat ini dirinya berada di alam lain bersama ibunya? Kalau itu benar. Ia ingin tetap berada di sini menemaninya ibunya. Tidak ada hal lain lagi yang membuatnya bertahan di dunia selain ibunya. Semua alasannya untuk hidup telah tiada, dan dirinya pun ingin ikut bersama mereka.

"Kaa-san, di mana otou-san?" tanyanya bingung sembari melepaskan pelukan ibunya. Dirinya baru sadar kalau saat ini ia berada di atas ranjang berwarna putih yang menampungnya.

"Otou-san pergi terlebih dahulu meninggalkan Kaa-san, Sayang," jawab ibunya lembut sembari mengusap wajahnya yang penuh air mata.

"Kenapa Otou-san meninggalkan kita?"

Masumi tersenyum tipis pada anaknya itu, "Sudah waktunya ayahmu benar-benar pergi meninggalkan kita. Dulu jiwa ayahmu masih terkurung di sini karena Kaa-san belum bisa melepaskan dirinya. Sekarang Kaa-san sudah sadar dengan hal itu dan membiarkan ayahmu pergi terlebih dahulu."

Tidak ada gurat kesedihan lagi di wajah ibunya, yang ada hanya kebahagiaan yang tercipta. Itulah yang Kaori lihat setelah menyelami mata ibunya.

"Lalu, kenapa Kaa-san masih berada di sini? Kenapa Kaa-san tidak ikut pergi bersama Otou-san?"

"Itu semua karena kau, Kaori-chan."

"Aku?" Kaori menunjuk dirinya sendiri penuh dengan kebingungan.

"Iya. Kau belum bisa melepaskan Kaa-san karena itu jiwa Kaa-san masih terombang-ambing di sini. Kaa-san tidak bisa pergi mengikuti ayahmu begitu saja sebelum kau benar-benar rela melepaskan Kaa-san pergi untuk selama-lamanya."

Jadi, selama ini jiwa ibunya terkurung di sini karenanya?

"Kalau begitu. Mari kita pergi bersama-sama menemui otou-san."

Kaori menarik lengan ibunya untuk turun dari atas ranjang dan mengikuti cahaya yang ada. Ia yakin cahaya itu adalah jalan menuju di mana ayahnya berada.

"Tidak, Sayang," cegah Masumi sembari menahan lembut lengan putrinya itu.

Kaori mengerut menatap penuh tanya ibunya, "Kenapa?"

"Belum saatnya kau pergi untuk menemui Kaa-san ataupun otou-san, Kaori-chan. Hidupmu masih panjang, masa depan pun masih menunggumu. Tetaplah hidup dengan bahagia, Kaa-san akan selalu mendukungmu."

"Tapi, Kaa-san. Tidak ada alasan lain untuk aku dapat bertahan di dunia lagi! Kaa-san telah pergi, otou-san juga! Sementara itu tidak ada orang yang mengharapkan keberadaanku! Mereka membenciku, mereka ingin aku tiada! Untuk apa aku harus kembali membuka mata dan hidup bersama orang-orang yang tidak menginginkanku?! Lebih baik aku bersama Kaa-san saja. Aku mohon ...."

Kaori bersimpuh memeluk kaki ibunya, air matanya kembali mengalir dengan begitu derasnya. Ia benar-benar ingin hidupnya berakhir di dunia. Ia tak ingin kembali ke sana lagi, ia ingin bersama ibu dan juga ayahnya lagi.

"Kau adalah gadis yang kuat, Kaori-chan. Jangan dengarkan kata mereka semua, mereka hanya melihat dan berkomentar tanpa tahu apa yang sebenarnya. Fokuslah pada mimpimu, dan buat Kaa-san dan otou-san bangga memilikimu. Kaa-san berharap banyak padamu, jadi tolong wujudkan keinginan kecil Kaa-san ini."

"Jadilah kuat, dan pemberani. Jangan jadi seperti Kaa-san ini." Pelupuk mata Masumi digenangi dengan air mata, "Kaa-san minta maaf, kau seperti ini karena ulah Kaa-san. Kau harus menanggung semua yang sama sekali tidak kau ketahui. Kau harus disakiti, dibenci oleh semua orang karena kesalahan besar Kaa-san. Tolong maafkan ibumu yang membuat dirimu menderita seperti ini."

"Jangan meminta maaf padaku, Kaa-san!" jerit Kaori, tangisnya pecah. "Ini semua sudah menjadi takdirku, dan aku pun mau tak mau harus menjalani semua ini. Aku yang harusnya minta maaf karena membuat Kaa-san kecewa."

"Tidak, Sayang. Kaa-san yang bersalah akan semua hal ini." Masumi mengusap pipi putrinya, "Kaa-san akan kembali tenang jika kau menjadi sukses di masa depan. Jadi, tolong kembali kepada teman-temanmu. Kaa-san yakin mereka menunggumu."

Kaori mengusap sisa-sisa air matanya, memang ada beberapa temannya yang menunggunya. Ia tidak bisa berlaku egois seperti ini, apalagi saat Kami-sama belum mengizinkannya pergi.

Senyum di bibir Masumi kembali terukir, "Kembalilah, Sayang. Ikuti cahaya yang ada, mereka akan membawamu ke tempatmu yang sesungguhnya."

Gadis itu mengangguk, air matanya lagi-lagi kembali luruh. Ia memeluk erat ibunya untuk terakhir kalinya sebelum mereka benar-benar berpisah untuk selamanya.

"Kaa-san, sampaikan salamku pada otou-san ya. Walaupun aku tidak tahu apa masalah yang sebenarnya, aku akan tetap percaya dan menyayangi kalian setulus hatiku."

Masumi mengangguk pelan, "Pergilah."

Kaori tersenyum tulus pada ibunya itu, kaki telanjangnya mulai berjalan mengikuti cahaya yang menuntunnya. Saat ia berbalik, ia menemukan sosok sang ibu memudar di sana. Mungkin ibunya akan benar-benar meninggalkan dirinya.

Gadis itu memejamkan matanya. Mungkin ini adalah awal dari kehidupan barunya. Semoga saja ia akan bahagia nantinya.

•••

Halo, maaf ya baru update setalah sekian lama.

Jangan lupa vote dan commentnya!

Masih ada satu part lagi sebelum tamat, jadi tolong tungguin ya!!


Autumn Memories (COMPLETED) Where stories live. Discover now