16 | Come and Go

27 4 0
                                    

Hari-hari berlalu, kejadian yang lalu pun belum tentu berlalu.

Semua orang masih membencinya, memandangnya seolah-olah barang paling menjijikkan di dunia. Selain itu juga, akibat salah satu kebohongan ... dirinya di mata semua adalah orang yang buruk tidak ada kesan baik.

Memang kebanyakan orang suka sekali memandang sesuatu hanya dari luarnya saja, mereka tidak menilik sesuatu lebih dalam dari luarnya.

Namun, dikarenakan bersembunyi bukanlah satu hal yang pemberani alias begitu pengecut. Kaori memutuskan menjalani hal ini seperti biasanya, gadis itu berusaha menutup mata dan juga menulikan telinganya.

Gadis itu menggenggam erat tali ranselnya, matanya menatap kosong jalanan luas yang ada di depannya. Tidak ada kesan semangat, yang ada hanyalah kesan sendu yang terlalu lelah dengan semua ini.

Walaupun sekuat tenaga dirinya mencoba kuat, Kaori tidak akan pernah bisa sekuat itu. Yang tetap berdiri walaupun sudah disepak berkali-kali, yang tetap kuat walaupun disakiti berkali-kali. Dirinya tidak sekuat itu, dirinya lemah dan tak bertenaga. Sekaligus tak kuat menahan segalanya.

Ah, sudah ribuan kali Kaori mencoba menguatkan dan menegarkan hatinya. Namun, gadis itu tak bisa semudah itu untuk melewatinya.

"Kuatkan dirimu, Kaori," gumamnya pada diri sendiri, gadis itu menyeka lelehan air mata yang kembali turun dengan indahnya.

Wajahnya yang sendu menatap dalam sekelilingnya. Hari sudah cukup malam, karena itu juga gadis itu saat ini sedang menuju jalan pulang.

Kendaraan yang berlalu lalang di jalanan menemani kesepiannya, gadis itu enggan naik angkutan umum. Ia ingin meresapi kedamaian saat berjalan kaki dengan begitu tenaganya. Bola matanya yang cerah menatap taburan bintang di atas sana yang begitu indah. Kelap-kelip bintang di atas sana menambah damainya hati ini, senyumnya melebar tak kala tanpa sengaja ia melihat bintang jatuh dengan begitu indahnya.

Gadis itu menyentuh dadanya dengan kedua bola mata yang terpejam, senyumnya kembali terukir untuk menggaungkan permohonannya.

'Aku ingin bahagia,' batinnya lemah.

Gadis itu kembali membuka mata, saat kedua mata kembali bergulir tatapan bertemu pada Ryuga yang entah mengapa sekarang sudah tersenyum di hadapannya.

Kaori sontak menunduk dan menatap sepasang sepatunya, ia masih bisa menyembunyikan keterkejutannya akibat kedatangan Ryuga yang tiba-tiba. Gadis itu terdiam, mengaitkan Ryuga dengan permohonannya tadi.

Kepalanya mendongak menatap paras tampan Ryuga yang selalu membuatnya berdebar. Apakah Ryuga adalah jawaban untuk kebahagiaannya?

•••

Tak terasa keduanya saat ini sampai di tempat tujuan mereka, yaitu sebuah kedai kecil yang menjual ramen yang sangat lezat.

Sebenarnya Kaori tak menyangka jika Ryuga begitu peduli padanya, bahkan pemuda itu mengajaknya ke sini untuk membalas kesalahannya yang lalu, dan yang paling Kaori herankan ternyata Ryuga sangat menyukai ramen di kedai ini.

Mereka duduk bersebelahan di kursi kayu kedai ramen itu. Kedai ini tak terlalu luas dan tak terlalu ramai juga, hanya ada Kaori dan Ryuga yang saat ini menikmati ramen di sana.

"Paman, ramen porsi sedang dua ya. Seperti biasa," pesan Ryuga pada paman penjual ramen itu.

Kaori hanya diam, menatap seluruh isi kedai. Gadis itu terlampau malas untuk berbicara ataupun menganggap Ryuga yang saat ini sedang mengoceh padanya.

Autumn Memories (COMPLETED) Where stories live. Discover now