07 | Kesepakatan

34 8 7
                                    

Ryuga benar-benar membingungkan, mereka baru saja kenal kemarin, dan saling menyapa semalam. Bagaimana bisa Ryuga langsung menginginkan Kaori menjadi kekasihnya seperti ini?

Apa Ryuga salah bicara atau sengaja menggodanya ya?

Tidak mungkin bukan orang baru bertemu akan langsung jatuh cinta satu sama lain? Apalagi Ryuga adalah orang yang populer, tidak mungkin juga Ryuga akan cepat jatuh cinta pada upik abu semacam Kaori yang bahkan orang lain pun tak tahu keberadaannya.

Kisahnya bukan sejenis manga romantis di luar sana. Yang baru pertama kali bertemu akan langsung jatuh cinta.

Tidak! Kisahnya jelas tidak sama dengan itu!

Dirinya bukanlah orang yang suka berkhayal tingkat tinggi, Kaori lebih suka menatap kenyataan daripada membuat sugesti tak masuk akal di otaknya.

Kadang, memang dirinya mengharapkan laki-laki tampan untuk mewarnai hidupnya. Namun, Kaori sadar diri. Dirinya bukanlah Cinderella yang bahagia setelah bertemu pangeran tampannya.

"Hey, kenapa kau malah melamun? Bagaimana dengan tawaranku? Apa kau mau menerimanya?"

Walaupun tawaran itu cukup menggiurkan, tetapi Kaori masih punya akal dan memikirkan dampaknya setelah menerima tawaran itu. Ia memang memiliki sedikit rasa pada Ryuga. Sayangnya, rasa itu bukan sejenis rasa yang menggebu-gebu yang begitu ingin memiliki Ryuga seutuhnya.

"Gomen, Ryuga-senpai. Aku tidak bisa menjadi kekasihmu," tolaknya sopan, ia tidak ingin Ryuga membencinya hanya karena penolakannya.

"Kenapa? Bukankah semua gadis ingin menjadi kekasihku?" tanya Ryuga bingung, di antara ratusan atau bahkan ribuan gadis di luar sana pasti banyak yang menginginkannya. Kaori adalah satu di antara gadis lainnya yang beruntung karena berpeluang untuk menjadi kekasihnya. Kenapa gadis itu malah menolaknya?

"Senpai, benar. Banyak sekali gadis yang ingin menjadi kekasih Senpai. Walaupun aku mengagumi Senpai, aku tetap tidak bisa menjadi kekasih Senpai."

Entah mengapa, rasa kagum Kaori memudar. Ryuga di hadapannya ini seperti laki-laki penggoda wanita pada umumnya, yang menggoda wanita yang diinginkannya hanya demi kesenangan. Namun, semoga saja pemikirannya itu tidak benar.

"Kau berbeda sekali, Isihara-san. Aku menyukai pola pikirmu," puji Ryuga dengan ekspresi bahagianya, tidak ada kekecewaan yang tergurat di sana. "Tapi, apa kau tidak ingin memberikan kesempatan padaku untuk menjadi kekasihmu dan melindungimu?"

Aish! Kenapa Ryuga keras kepala sekali?! Sudah jelas-jelas 'kan dia menolaknya, kenapa Ryuga tidak mengerti juga?!

"Tetap tidak, Ryuga-senpai. Aku yakin, di luar sana ada banyak gadis yang mengharapkanmu ... dan aku, sepertinya bukan salah satunya. Lebih baik Senpai menyatakan itu pada gadis lain saja." Kaori kembali berupaya menolak Ryuga, sungguh walaupun ingin, Kaori tidak akan pernah gegabah untuk menerima Ryuga sebagai kekasihnya. Beban yang ditanggungnya saat ini sudah begitu berat, ia tidak ingin menambah bebannya lagi.

"Baiklah," balas Ryuga tenang, bibirnya tertarik membuat senyum indah. "Tapi, aku tidak akan menyerah begitu saja. Bagaimana kalau kau memberiku waktu sampai musim gugur? Jika aku berhasil mencuri hatimu, terimalah tawaranku. Jika tidak, aku akan menjauh darimu."

Tawaran Ryuga cukup menarik sebenarnya, tetapi Kaori meragu. Jika di saat itu terjadi hatinya akan benar-benar jatuh pada pesona Ryuga bagaimana? Kaori akan sulit bangkit nantinya walaupun ia sudah berusaha keras.

"Diam berarti sepakat," sahut Ryuga seperti tak ingin melewatkan kesempatannya. "Kalau begitu terima kasih banyak atas kesepakatannya, Isihara-san." Ryuga menjabat tangan kanan Kaori sebagai tanda kesepakatan mereka, setelah itu pemuda itu pergi begitu saja.

Autumn Memories (COMPLETED) Where stories live. Discover now