04 | Bertemu Dengannya

65 17 8
                                    

"Kyaa!! Bukannya itu Ryuga-senpai, ya? Keren sekali!"

"Itu memang benar Ryuga-senpai, dari dulu dia memang menakjubkan!"

"Dia sangat tampan sekali!"

"Dia juga pandai!"

"Tubuhnya tegap sekali!"

"Dia menoleh padaku!"

"Benar-benar luar biasa!"

"Aku terpesona!"

Teriakan sekumpulan gadis-gadis di depan sana membuat Kaori menghela napas jengah. Kaori hanya dapat bersabar dengan mengambil oksigen sebanyak mungkin untuk menanggapi perilaku mereka. Mereka semua ini, kenapa sempat-sempatnya mengagumi laki-laki di saat seperti? Itu tidak ada gunanya sama sekali! Lebih baik mereka belajar di dalam kelas saja daripada berteriak heboh seperti ini.

Mengagumi seorang laki-laki itu sia-sia saja kalau pada akhirnya kita tidak bisa mendapatkannya. Ingat itu!

Pada akhirnya, Kaori hanya dapat diam saja menahan kejengkelannya. Gadis itu melirik Ayame yang ada di sebelahnya. Ayame nampak tidak terganggu dengan teriakan memekakkan telinga itu. Telinga Ayame kebal juga, ya. Sampai-sampai, tidak terusik sama sekali dengan jeritan gadis-gadis kurang hiburan yang terdengar seperti gelombang pasang. 

"Ayame," panggilnya, Kaori mencoba menyadarkan gadis itu. Karena tidak ada respon, Kaori memutuskan mencoba mengungkapkan keluhannya, mulut gadis itu terbuka saat ingin melantunkan keluhannya. "Mereka itu benar-benar menyebalkan! Tidak tahukah diam lebih baik daripada berteriak seperti itu."

Ayame hanya terkekeh pelan, Kaori terlihat sangat menggemaskan. "Hal itu sudah biasa, Kaori-chan. Gadis-gadis memang suka berlebihan saat melihat laki-laki tampan. Apalagi dari informasi yang aku dapat. Ryuga-senpai sangat terkenal sekali di penjuru sekolahan. Tentu saja, tidak heran jika mereka berteriak kesetanan."

Kaori memutar bola matanya malas, memangnya seterkenal apakah Ryuga-senpai itu? Sampai-sampai karena popularitasnya, laki-laki itu memiliki club penggemar sendiri, yang rela meneriaki dirinya tanpa diminta.

Kaori heran sekali, mengagumi seorang laki-laki yang tak mengenal kita itu percuma saja. Kita tak akan mendapatkan balasan apa-apa setelah melakukan itu semua. Yang lebih parah, di saat mereka sudah benar-benar sukses mereka bisa saja melupakan kita kapan saja. Hubungan ini sama seperti di mana salah satu pihak memanfaatkan sesuatu namun, pihak lain tak mendapatkan apa-apa dari itu.

Tidak ada gunanya, bukan? Malah merugikan! Lebih baik mengagumi orang yang begitu dekat dengan kita saja, kalau tidak begitu ... mengagumi manga atau anime, bisa juga pelajaran, serta orang yang berkontribusi dalam pendidikan. Itu lebih berguna, daripada mengagumi seorang pemuda.

"Kurasa, mereka butuh hiburan, Ayame. Berteriak pada seorang pria yang sudah di atas popularitasnya, itu percuma, tidak ada gunanya!" sarkasnya, setelah lama berperang di dalam otak kecilnya.

"Menurutmu tidak berguna, Kaori-chan. Tapi, kalau menurutku itu ada gunanya," balas Ayame. Gadis itu tersenyum lebar, matanya melirik sekumpulan gadis-gadis yang menonton pertandingan basket di lapangan outdoor sana. Biasanya, ada juga club olahraga yang mulai pagi-pagi seperti saat ini. Apalagi ini masih hari pertama masuk sekolah, tentunya pelajaran sekolah belum dimulai. "Ikuti aku!" Ayame menarik pergelangan tangan Kaori.

Kaori tersentak. Namun, gadis itu tetap menuruti kemauan teman lamanya itu. "Kenapa kau malah membawaku mendekati mereka?" tanya Kaori bingung, saat tahu jika Ayame ternyata membawanya menuju kerumunan masa.

"Diamlah terlebih dahulu, Kaori-chan. Aku akan membuka pikiranmu," sahut Ayame acuh, gadis itu berusaha mati-matian melewati kerumunan untuk membawa Kaori berdiri di barisan paling depan.

Autumn Memories (COMPLETED) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang