Autumn Memories

164 25 14
                                    

Suasana dingin saat ini melingkupi pemukiman penduduk di distrik Fushimi-ku pada malam ini. Besok adalah hari di mana musim gugur akan jatuh pada pertama kalinya dalam tahun ini. Semua orang yang begitu menyukai musim gugur sangat tak sabar untuk melihat bagaimana indahnya musim itu.

Mulai dari proses momiji yang sangat ditunggu-tunggu oleh semua orang. Jarang sekali ada orang yang dapat melihat proses momiji, kita harus menentukan waktu yang tepat dan juga setting yang paling baik terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk melihat proses alam yang begitu menakjubkan itu, sampai gugurnya daun itu. Selain itu juga, festival musim gugur juga selalu ditunggu banyak orang di Kyoto setiap tahunnya, bukan hanya di Kyoto namun, di seluruh Jepang maupun dunia pasti jika ada kesempatan tak akan melewatkan festival tersebut.

Begitu pula dengan gadis yang sedang tersenyum lebar menatap jendela kamarnya yang terbuka. Gadis itu menatap indahnya langit malam, selain itu juga—gadis yang begitu menyukai musim gugur itu, nampak begitu tak sabar ingin segera melihat atau merasakan musim gugur favoritnya.

Bibirnya terus terkembang, matanya tak pernah redup, sorotnya begitu dalam dan begitu ingin segera menikmati musim favoritnya. Wajah ayunya khas orang Asia itu tampak berkilauan diterpa sinar bintang dan rembulan, ditambah lagi dengan sorotnya yang indah dan begitu memanjakan mata siapa yang ingin menyelaminya lebih dalam.

Netra coklatnya begitu cerah memancarkannya keindahannya, dibalut dengan kelopak mata yang tipis dan tidak terlalu minimalis nampak begitu sempurna untuk diselami. Gadis itu tak henti-hentinya menawarkan senyumnya entah pada siapa yang melihatnya. Menawarkan kebahagiaannya yang begitu memuncak sehingga tak dapat tertahankan lagi.

"Setelah dua tahun lamanya, akhirnya aku dapat melihat sinarmu lagi."

Sebuah suara menginterupsinya, gadis itu langsung berbalik menghadap pada lawan bicaranya. Senyum yang mulanya terkembang perlahan luntur setelah mencerna bait kata yang lawan bicaranya gaungkan.

Kilasan masa lalunya tiba-tiba muncul begitu saja tanpa diminta. Masa lalu yang manis dah pahit yang tercampur rata sehingga menorehkan rasa yang berbeda. Bibirnya tersenyum saat mendapati kilas balik masa lalunya yang begitu manis. Namun, senyumnya meredup saat kilasan pahit menghujam memorinya. Dadanya kembali sesak, bibirnya bergetar. Kenangan pahit yang begitu menyakitkan kembali terekam jelas dengan begitu nyata, dan sampai kapan pun tak akan pernah hilang walau ia mencoba untuk lupa.

Lawan bicara gadis itu mendekat, menarik gadis itu ke dalam pelukan hangatnya. Sebut saja dia si pria yang menjadi sandaran gadis itu. Pria itu nampak mengelus lembut punggung gadisnya, memberikan ketenangan dan kehangatan untuk orang terkasihnya. Bibirnya terbuka, melantunkan baik merdu yang terdengar seperti permintaan maaf atas kesalahannya yang begitu telak menyinggung luka lama.

Gadis itu terisak dalam pelukan hangat, tubuhnya gemetar, tangannya mendingin. Kilasan-kilasan yang buruk begitu menggerayangi kepalanya, menimbulkan beban berat yang tak mampu lagi ditahannya.

Kilasan masa lalu yang begitu dalam menorehkan luka permanen untuknya. Kilasan saat di mana ia membenci musim gugur untuk pertama kalinya.

Autumn Memories (COMPLETED) Where stories live. Discover now