15

3 0 0
                                    

Lilis

Gue baru aja sampe rumah. Gue keinget kata – kata Carrine di kamar mandi tadi.

Gue telah keluar dari kamar mandi dan mencuci tangan, disusul Carrine.

"Lo sejak kapan pacaran sama Erza?" tanyanya.

"Hampir dua minggu, kenapa?"

"Lo tau masalah tentang keluarga Erza?"

"Tau, dia pernah cerita ke gue."

"lo tau dia bakalan ke Paris?"

Gue menyelesaikan cuci tangan gue dan gue tatap dia. "Dia ke London, bukan Paris."

"Oh, berarti belum tau. Dia gak jadi ke London, dia bakal ikut pertukaran pelajar ke Paris dan lanjut kuliah disana."

DEG.

"Kenapa? Erza belum kasih tau?"

Gue menggeleng.

"Gue sama dia itu berjalan 3 tahun. Cuma kita harus pisah, karena gue harus pindah ke Aussie, kemauan Bunda gue. Gue yang gak bisa LDR, akhirnya mengakhiri hubungan gue sama Erza. Dia selalu terbuka sama gue sejak awal, dia cerita semuanya, bahkan kemampuan dia."

"Kemampuan apa?"

"Biar dia aja yang ngasih tau ke lo. Tapi, ternyata belum. Seharusnya kalo lo udah jadi ceweknya, dia cerita sih ke lo."

Gue diem. Dan gue kesel. Kenapa Erza belum cerita apapun ke gue? Dan malah cerita ke mantannya? Apa dia masih sayang sama mantannya itu? Jelas, mereka dulu pacaran tiga tahun.

"Asal lo tau, gue sama dia gak pernah berantem. Dan gue saranin, habis ini lo gak usah ngedumel – dumel dalam hati. Sekarang kita balik aja, kasian Erza nungguin lama."

"Ah gak tau deh, gue kesel pokoknya sama Erza. Bodo. Mau marah sebulan."

---------------------------------------

Erza

Gue habis nemenin Carrine ketemu Ayahnya. Dan sekarang kita lagi duduk di taman sambil makan es krim.

"Za?"

"Hm?"

"Dulu, kita sering banget ya kesini, bahkan kita bisa berjam – jam disini Cuma ngobrol sambil makan es krim, kayak sekarang."

Gue mengangguk. "Iya, Rin."

"Maaf, Za."

"Maaf buat apa?"

"Maaf, karena waktu itu gue malah ngakhirin hubungan kita. Seharusnya kita coba dulu buat ldr. Tapi gue malah minta putus sama lo."

"Hey, gak papa, Rin," gue pegang tangannya, "itu udah masa lalu, gak papa. Gue udah berusaha moveon kok. Lilis bukan pelarian gue, gue emang beneran sayang sama dia."

"Kok? Lo sendiri yang bilang, kalo pake kata kok, itu berarti kebalikannya. Dan lo bilang, lo sayang sama Lilis, tapi lo belum ceritain apa yang lo punya ke dia, bahkan pertukaran pelajar itu juga lo belum bilang."

"Gue kemarin udah mau berusaha ngomong, tapi lupa, hehe."

"Za, ih, sempet – sempetnya malah nyengir." Dia ngomel.

Iya memang gue belum seratus persen moveon sama dia, tapi gue nyaman sama Lilis dan gue sayang sama dia.

"Lo tuh ya kalo marah tetep aja gak berubah, bibirnya manyun."

"Bodo. Lo lagian ya, udah tinggal menghitung hari lo ke Paris dan belum bilang juga ke Lilis."

"Iyaya, nanti gue bilang ke dia, abis dari sini."

Gue acak – acak rambut dia.

"ZA IH!"

"Apasih? Gue gak ngapa – ngapain kan."

"Gue tuh masih ada rasa sama lo, jangan digituin, tar makin baper." Dia buang muka, malu.

Dia belum berubah, masih blak – blakan kayak dulu. Tanpa sadar, gue tersenyum.

Gue geleng – geleng kepala. Heh, inget Lilis.

"Rin?"

"Hm?"

"Seandainya, seandainya ya, gak jadi deh wkwk."

"Kebiasaan banget bikin orang penasaran."

"Wkwk maaf, udah yuk balik."

----------------------------------------------------

Ezra : aduh yang abis jalan sama mantan

Affan : aduh gamon wkwk

Bintang : sosoan deketin Lilis sih wkwk

Erza : jangan gitu dong, jadi merasa bersalah nih

Dio : anjing, beneran belum moveon?

Rama : yang bener bego lo za

Ezra : udah fix! Gamon

Erza : masih berusaha, tapi gue beneran sayang sama Lilis, gue nyaman

Affan : aduh bingung nih kalo kayak gini

Rama : biasa mainin cewek, kok pas gini bingung

Affan : bangsat wkwk

----------------------------------------------

Lilis

Udah beberapa hari ini gue menghindar dari Erza. Sekarang malah Sam, makin – makin ngedeketin gue. Gue sayang sama Erza, tapi dia nyebelin, gue masih kesel.

"Dia, gue menghindar, makin kejar kek gitu, jangan ikut diemin gue juga."

LFS(3) - She's MineTahanan ng mga kuwento. Tumuklas ngayon