Ritme, 14

701 136 41
                                    

Jangan lupa komen di setiap paragraf:)

***

Ranz sudah siap dengan setelan khas manusia biasa. Hanya mengenakan pakaian kaos oblong berwarna pale blue dengan celana cargo pendek khaki sudah terlihat memesona.

"Zay, kamu ngapain dari tadi gak selesai-selesai. Aku udah nunggu sejam nih. Tapi kok gak ada hasil sama sekali?" Ranz berdiri diambang pintu. Memperhatikan Khanza tengah merias wajah di depan cermin. 

Ditepi ranjang. Entah berapa setel pakaian yang sudah Khanza keluarkan dari walk-in closet. Ranjangnya dipenuhi dengan cardigan, celana, jumpsuit, jaket, kaos, kemeja sampai gamis berbagai macam model dan warna. Tetap saja dirinya masih mengenakan pakaian tidur walau selesai mandi.

Dasar cewek.

Ranz duduk ditepi ranjang. Menyingkirkan pakaian disisinya. Memberi ruang agar dirinya bisa merebakan diri. Susah-susah ia merapikan rambut menggunakan hair oil. Ternyata belum kelar juga istrinya.

"Kamu cari apa?"

Khanza mengembalikan pakaian diatas ranjang ke dalam walk-in closet. Keluar dengan tangan kosong. Wajahnya sudah dipoles sedikit. 

"Kak. Maaf udah nunggu lama. Aku bingung mau pakai apa,"

Punya suami selebriti tuh beda. Kalau jalan bareng. Jangan kelihatan kaum miss-queen. Padahal, kenyataannya Khanza adalah kaum miss-queen. Kalau ketangkap kamera. Bisa habis wajah suaminya.

Masa punya istri norak.

Khanza menarik rambut didalam walk-in closet sebelum keluar. Stress kepalanya. Jika ia keluar dengan kameradnya. Tak pernah sesulit ini dalam memilih pakaian. Tak mau jika penampilan dirinya membuat Ranz berjalan dengan tubuh bergetar. Manahan malu.

Ranz tertawa garing mendengar penuturan istrinya. Woy. Tadi itu apa? Baju segunung dibilang gak ada? Sejam gue nunggu lo lama. Ternyata gak ada baju.

Terus, gunanya walk-in closet apa? Baju khusus pajangan? Koleksi doang? Pergi ke mall aja dibilang gak ada baju. Untung ke party mereka akan membeli. Jika benar-benar ke party hari ini. Mungkin Ranz akan menunggu 3 jam lebih lamanya.

Baju suami sama istri. Jelas-jelas banyakan istri. Pusing dah.

Ranz bangkit duduk. Masih tertawa. Khanza hanya mengerucutkan bibir menunggu reaksi suaminya. Pacar halal.

"Pakai lingerie aja. Tapi kamu gak boleh ikut keluar. Diam aja dimobil,"

Khanza melotot. Wajahnya memerah. Antara marah dan malu. Harga dirinya seakan terinjak begitu saja.

Jangankan keluar dengan lingerie. Didalam kamar yang sama saja. Khanza belum mempunyai nyali untuk memakai. Memiliki saja tidak.

Ranz semakin terkekeh. Bersandar pada penyangga ranjang. "Pakai baju renang aja. Tapi kalau keluar. Aku bungkus dulu pake karung. Jangan sampai kelihatan orang. Kamu tahan nafas dulu sampai ruang ganti. Pakaian, biar aku aja yang milih,"

Bagai keluar kilat dimata Khanza. Semakin memerah seperti tomat wajah putihnya. Semakin gemas dilihat. Tak segan-segan, ia mengambil facial brush dari meja rias. Melemparkannya tepat pada kepala Ranz. Meringis kesakitan seraya mengelus tempat sasaran Khanza tadi. Tetap saja, tawanya tak memudar.

"Tadi yang dilempar ke ranjang itu apa?" Ranz menghentikan tawa. Wajah tomatnya sedikit mereda.

Lo sih. Gak ngerasain jadi gue gimana. Bingungnya jalan sama pacar artis. Penerapan Empat  S harus diterapkan. Senyum. Sopan. Santun. Salam. 

Be your self hari ini seakan ditelan bumi.

Khanza mengangkat wajahnya. Menatap kedua mata Ranz. 

RITME; Married with SelebritiWhere stories live. Discover now