P R O L O G

4.3K 372 321
                                    

Waktu menunjukkan pukul 23:40. Sudah beberapa lamanya ia menunggu kendaraan umum melewatinya. Baterai ponselnya sudah lemah satu jam yang lalu. Nasibnya, sama seperti sahabatnya. Menunggu siapa saja yang berniat mengantarnya pulang. Tempat ini jauh dari rumahnya berada. Sangat ramai. Terutama, banyak sekali lalu lalang manusia berpasangan. Melewati tempat ia berdiri. Halte. Untung saja tak sendiri. Myscha sedari tadi ikut membantu mencarikan kendaraan umum. Mungkin karena Sabtu Malam. Para pasangan ingin merasakan indahnya hubungan.

Berbeda dengan dirinya. Jomblo. Selalu saja. Mungkin itu salah satu kesalahannya juga. Tak pernah mau membuka hati untuk siapa pun. Ponsel saja tak menyimpan banyak nomor. Terkecuali orang terdekatnya saja. Satu lagi,

Mantan gebetannya.

Parahnya, Gibran memiliki pacar. Satu kelas dengan Khanza. Akui sajalah, Khanza tidak ada apa-apanya dibanding Yuri. Entahlah, mungkin cinta bertepuk sebelah tangan. Walaupun, tahun lalu Gibran sudah lulus terlebih dahulu. Melanjutkan studinya entah kemana.

Lupakan sajalah.

Mungkin Gibran bukan takdir bagi Khanza.

"Za, ngeteng aja ke orang dah. Daripada kelihatan jomblo gini. Tar kita diculik lagi," ujar Myscha. Kepalanya menyapu semua pandangan ke segala arah mencari siapa pun yang dikenal untuk memintanya pulang.

"Gue sih oke-oke aja. Cuman, sekalian cariin juga."

"Tapi bantu ikhtiar juga lhoh yaa,"

"Iya iya."

Dari arah timur, teman satu kelas Khanza menghampiri mereka. Saling melambaikan tangan."Mau balik juga nih?" tanya Sinta sembari merapikan bawaannya.

"Iya, tapi belum ada yang lewat."

"Ya udah, ngeteng bareng aja. Tunggu ada yang lewat."

Myscha mengangguk-anggukkan kepala.

𝓇𝒾𝓉𝓂𝑒

Segerombolan geng motor tengah beristirahat tak jauh dari tempat Khanza berdiri. Sepertinya, mereka tengah mempersiapkan diri untuk melakukan balap liar kembali. Duduk diatas motor ninjanya.

Dinda, manusia paling slang and hot. Pakaiannya saja selalu naik. Menarik perhatian disetiap manik mata yang memandangnya.

Menghampiri segerombolan lelaki disana. Tak lama, Dinda kembali. Mengajak seluruh manusia yang sedang menunggu. Mereka salah satu geng motor ternama di kota ini. Mahasiswa di universitas favorit kotanya. Terang Dinda. Khanza dan Myscha hanya mengikuti saja.

Sekitar enam orang saja. Dinda, Sinta, Ira, Gea, Myscha dan Khanza.

Dari seluruh anggota geng motor. Hanya satu orang saja yang berdiam diri di tempat. Tak berkutik. Sibuk dengan ponselnya. Kameradnya, sudah siap mengantar gadis-gadis pulang ke rumahnya.

"Ranz, daripada lo diem gitu. Mending anter gue pulang." pinta Dinda. Ranz hanya meliriknya saja sekilas.

Ranz, salah satu member paling the best most wanted diantara mereka.

"Kalau gak mau anter Dinda, anter gue aja kak," pinta Gia. Lagi-lagi, Ranz hanya meliriknya sekilas.

"Kak Ranz, anter pulang aku aja. Dapat pahala lhoh kak nolongin orang yang lagi susah," pinta Myscha. Ranz hanya mengangkat kepala. Terdiam sesaat, lalu kembali lagi dengan ponselnya.

Semua kamerad Ranz telah membawa boncengannya masing-masing. Suara knalpot sudah nyaring terdengar dari masing-masing motor. Terkecuali dirinya. Masih berkutat dengan ponsel.

Naasnya, Khanza. Ia terlalu gengsi untuk meminta. Mungkin karena ia tak terbiasa mendekati lelaki. Ia menarik nafas gusar. Terpaksa, ia menghampiri Ranz. Satu-satunya orang yang siap dijadikan ojek mungkin. Memintanya untuk mengantar pulang.

RITME; Married with SelebritiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora