Ritme, 26

469 66 20
                                    

Keluarga 'R' menduduki kursi makan. Beberapa menu makanan sudah tersaji di atas meja. Ranz duduk berhadapan dengan Khanza. Beberapa saat lalu, Si kembar dan Rimsha berebut ingin duduk dekat Khanza. Alhasil, Ranz sebagai suaminya mengalah. Mereka bilang. Khanza dan Ranz belum halal. Gak boleh deketan. Pamali.

Khanza di apit Rimsha dan Raina. Rania duduk dihadapan Raina. Rishav berhadapan dengan Rimsha. Pak Ramzi sendiri tengah memanggil istri barunya.

"Kak Khanza-"

"Manggilnya teteh aja." sahut Rimsha.

"Teh Khanza kenalin, aku Rimsha."

"Aku Raina. Dia Rania," tunjuk Raina pada Rania. Rania tersenyum menyapa.

"Halo." Khanza tak tahu berkata apa.

Ranz tersenyum menyaksikan mereka.

"Kalian kembar?" 

"Iya teh. Kami kembar. Bedanya kalau aku punya lesung pipi. Kalau Rania punya gingsul." Keduanya tersenyum, menunjukkan perbedaan mereka.

"Lucu ya. Umur berapa?"

"Lima belas tahun."

"Wow," Khanza takjub. 

"Rimsha berapa tahun?"

"Dua puluh tahun, bulan depan." katanya sumringah.

"Itu siapa?" tunjuknya pada Rishav tengah fokus memandang ponsel.

"Rishav," jawab Ranz.

"Ber-"

"Delapan belas tahun. Udah gede dong," ucapnya tanpa mengalihkan pandangan dari ponsel. Ia tengah mengedit hasil video- vlognya tadi.

"Selisihnya sedikit ya. Kalian gak suka berantem?" tanya Khanza. Keluarga Ranz ini mengingatkan pada Myscha memiliki banyak saudara kandung tak kalah banyak.

"Kadang-kadang. Biasanya bang Rishav yang mulai," kata Rania. 

"Iya. Giliran disalahin. Dia marah-marah. Padahal kan dia mulai duluan," sahut Raina.

Rishav mengangkat kepala. "Kalau gue gak ada. Kalian bakal kangen. Sebentar lagi jadi mahasiswa nih." ucapnya seraya menepuk-nepuk dada.

Rimsha tersenyu melihat tingkah konyol adiknya ini. Seperti Ranz, ia tak tinggal di rumah. Melainkan kuliah sambil mondok di tempat tak jauh dari kampusnya. Ia hanya ingin melupakan kesedihan di rumah. Yakni, bersama teman-teman disana. Karena, hanya sahabat-lah yang akan membantu menghibur dirinya tatkala ia merindukan suasana rumah.

Rumah.

Semenjak bundanya kecelakaan. Tak sudi ia membantah perkataan orang tua. Sekalipun Pak Ramzi. Walau sudah menikah lebih dua kali.

Seharusnya ia marah. Kecewa. Dendam. Sakit hati. Putus asa. Menyerah.

Namun jika begitu, apa gunanya ia hidup?

Bundanya sudah letih mengurusnya selama ini. Haruskah ia menyia-nyiakan semua pengorbanan itu?

Cukup ikhlaskan. Maafkan. Semuanya agar terlihat mudah.

Pak Ramzi serta istri barunya ikut bergabung disana. Menghentikan pembicaraan. Semua kepala menoleh.

"Sini Ranz, Rimsha. Kenalan dulu," titah Pak Ramzi. 

Khanza hendak beringsut sebelum sesaat lengannya ditahan Raina. "Teteh disini aja. Gak pa-pa."

Khanza kembali mendudukkan bokong. Iya, lebih baik tak perlu ikut campur. Ini bukan bagian urusannya.

RITME; Married with SelebritiDonde viven las historias. Descúbrelo ahora