Epilog

3.2K 109 18
                                    

Play now
(Upin dan Ipin)
'Guruku tersayang'

________
Dan ketahuilah, bahwa harta dan anak-anakmu hanyalah sebagai cobaan, dan sesungguhnya di sisi Allah-lah pahala yang besar.
– (Q.S Al-Anfal: 28)

________

Typo bertebaran...

Anak adalah amanah yang Allah SWT titipkan kepada orangtua. Oleh karena itu, orangtua harus menjaga, merawat dan mendidik, serta menanamkan nilai-nilai kebaikan dan kasih sayang pada diri seorang anak. Terutama dalam masalah agama, orangtua juga harus memberikan perhatian lebih untuk mengenalkan dan menanamkan nilai-nilai keislaman kepada sang anak. Dengan demikian, ia akan tumbuh menjadi anak saleh yang kelak bisa menjadi wasilah bagi orangtua untuk masuk surga.

Jika ada istilah “anak durhaka”, begitu juga berlaku bagi orangtua. Kurang perhatian kepada anak dengan tidak memberikan pengasuhan yang baik dan tidak mengenalkan ajaran-ajaran islam adalah bentuk kedurhakaan orangtua kepada anak. Ibnu Qayyim al-Jauziyah pernah mengatakan, “Barangsiapa yang dengan sengaja tidak mengajarkan hal-hal yang bermanfaat kepada anaknya dan membiarkannya begitu saja, berarti ia telah mendurhakai anaknya.”

Lima tahun kemudian.....

Seorang bocah kecil dengan seragam TK berjalan sambil menghitung jumlah paving block di halaman sekolahnya. Pipinya yang tembam semakin jelas karena jilbabnya yang tak menggunakan pad. Baginya tak ada masalah, selagi sepatu dan tasnya bermotif Upin dan Ipin.

Sambil menyandang ransel kecilnya berwarna merah, dan  bermotif Upin dan Ipin, bocah kecil itu merasa bahagia karena kini sudah waktunya pulang sekolah.

Ulya kecil, kini sudah menjadi anak TK dan sudah bisa menyanyikan banyak lagu di setiap malamnya sebelum dia tidur. Ulya, berubah menjadi sosok anak pemberani dan selalu berprestasi. Ulya sudah hampir tiga kali mengikuti lomba story talking dan menggambar antar sekolah.

"Satu, dua, tiga empat, lima, en-tujuh.Eh?" Ulya berhenti menghitung paving block halaman sekolahnya. "Enam apa tujuh ya?" tanya Ulya pada dirinya.

"Yaudah ulang lagi," Ulya kembali menghitung paving block. "Satu, dua,  tiga, empat, lima, enam, tuj-delapan.Eh?" Ulya lupa angka selanjutnya.

"Iih, Kok lupa sih? Nanti kalau bu guru marahin Ulya gimana?" Risau Ulya.

"Ulya!" panggil seseorang dari ambang gerbang sekolah.

Ulya menoleh, dan melihat sosok tampan berkemeja putih yang sudah menunggunya di sana. Ulya tersebut senang, saat melihat Appa-nya sudah menunggunya pulang sekolah.

"Appa," panggil Ulya. Kemudian berlari sekuat tenaga, dengan langkah kakinya yang mungil.

"Jangan lari, nanti jatuh," kata Aidil.

Ulya  merentangkan tangannya, meminta Aidil untuk langsung menggendongnya. "Appa."

Aidil menangkap Ulya dan menggendongnya. Tak lupa, Aidil mencium pipi Puterinya. "Gimana sekolahnya?" tanya Aidil.

Ulya menyipitkan matanya, mengacungkan jempolnya yang kecil. "Luar biasa," kemudian dia terkekeh.

"Pinter anak Appa," Aidil mencubit gemas hidung anaknya.

Tulang rusuk dokter Aidil (Revisi)Where stories live. Discover now