3.Permintaan Orangtua

3K 196 2
                                    

________

'Aku hanya ingin membuatmu menjadi bangga, meski yang terjadi tak selalu sesuai dengan yang aku harapka. Jika tak memberikan kebahagiaan setidaknya aku tak menambah bebanmu'

________

Aidil, Adika dan Pak Bahtiar tengah serapan pagi saat ini, kehidupan bertiga  mereka berjalan kurang lebih sudah enam tahun sejak kepergian Bu Bahtiar Ibunda tercinta Aidil dan Andika. Pak Bahtiar tidak pernah mengatakan ia ingin menikah lagi kepada Aidil, karena di dalam hatinya masih ada cinta yang besar dan tulus untuk almarhum istri tercinta.

Hidup bertiga di rumah yang besar terkadang membuat Pak Bahtiar bosan, hingga akhirnya dirinya memutuskan untuk kembali bekerja di perusahaan keluarganya. Belum lagi keputusan Aidil yang memilih untuk menjadi seorang dokter dan tidak ingin mengambil alih perusahaan. Alhasil Pak Bahtiar harus menunggu putera keduanya lulus SMA dahulu untuk dapat menggantikannya. Andika yang baru duduk di kelas dua SMA.

"Dil," panggil Pak Bahtiar di tengah tengah sarapan pagi.

"Iya Pa, ada apa?"

"Kamu menikah ya."

"Uhuk," Aidil terkejut hingga membuatnya tersedak makanan.

"Minum dulu Bang," Andika memberikan minum kepada Aidil, kemudian Aidil meminumnya.

"Kenapa bahas ini tiba tiba Pa?" tanya Aidil.

"Tidak tiba tiba, waktu itu Papa juga sudah pernah bahas ini sama kamu dan Andika kak. Andika juga setuju dengan usulan Papa."

"Ya tapi aku beluma da calon," elak Aidil.

"Papa sudah menemukan calon untuk kamu. Anaknya sahabat Papa sewaktu mondok dulu."

"Iya Bang, aku juga sudah pernah bertemu dengan Mbak itu. Dia cantiknya dan ramah, sopan lagi," imbuh Andika.

"Yang mau nikah ini aku apa Andika sih Pa? Kok dia udah ketemu sama anaknya temen Papa duluan."

"Andika ketemu sama dia waktu Papa bicaraain bisnis marketing itu, cuman itukan Andika?"

"Iya Pa," jawab Andika.

Aidil diam, berpikir sejenak tentang tawaran Papanya barusa. Apakah dia harus menolak atau menerima perjodohan ini? Haruskah dia menerimanya, karena ini saat yang tepat untuk dia mengabdi kepada sang Papa. Setidaknya jika dirinya tak bisa memberikan kebahagiaan kepada sang Papa, dia juga tidak memberikan beban kepada Papanya.

"Jadi gimana?" tanya Pak Bahtiar.

"Iya, Aidil bakalan coba."

"Alhamdulilah," ujar Andika dan Pak Bahtiar bersama.

"Lusa kita datang ke rumahnya ya. Sekarang lanjutkan makan kalian."

Baner benar tak terduga. Aidil akan meminang gadis pilihan Papa. Namun, Aidil yakin kalau pilihan Papanya adalah yang terbaik.

*******

Zahra tengah duduk bersama abinya di teras rumahnya, sambil melihat beberapa santri pondok as-salam piket seperti biasanya di sekitar rumah Ustadz Gufron, Abi Zahra. Sambil menikmati kopi hangat buatan istri Gufron selalu di temani sang Puteri yang sibuk membaca novel remaja kesukaannya.

Selain seorang ustadz, Gufron adalah pimpinan pondok pesantren As-Salam di kawasan Bandung. Sejak kecil Zahra sudah hidup di area pesantren dan selalu mendapat ajaran islmai yang selalu Gufron tanamkan di hati anaknya.

"Kak,"panggil Gufron kepada putrinya. Kak, adalah panggilan sayang kedua orang tua Zahra kepadanya, meski notabenenya Zahra adalah anak pertama dan satu satunya.

"Iya Bi," Zahra menoleh ke arah Abinya.

"Sabrina kapan menikahnya?" tanya Gufron.

Sepertinya Abinya tengah ingin berbicara serius, Zahra menutup bukunya dan mengalihkan fokusnya kepada sang Ayah. Dengan demikian sang Ayah tidak akan merasa di kacangi. "Setelah Riski kembali ke Indonesia," jawab Zahra.

Gufron mengangguk, sembali menyeruput kopi nya. "Kalau Kakak kapan?" tanya Gufron, matanya masih menatap beberapa santri yang menyapu halaman.

"Abi kenapa nanya itu? Kakak tidak ada jawabannya."

Gufron terkekeh. "Mau Abi bantu mencari jawaban?" tanya Gufron.

"Maksud Abi?" Zahra sedikit bingung.

"Kemarin, teman Abi menghubungi Abi, dia bilang anaknya ingin datang untuk melamar puteri Abi. Jika Kakak berkenan bertemu mereka, lusa mereka akan kemari," jelas Gufron kepada Zahra. "Bagaimana? Kalau jawaban Ummi, dia sudah setuju hanya dengan melihat wajah anak lelaki yang akan melamar Kakak."

Zahrah datang, kemudian duduk di sebelah Zahra. "Kamu tau kan sayang. Anak perempuan saat kecil menjadi surga untuk ayahnya, saat bersuami menjadi surga untuk suaminya, kemduain saat sudah memiliki anak maka surga di telapak kakinya," jelas Zahira mencoba membujuk Zahra untuk menerima kedatangan keluarga  sahabat suaminya.

Zahra menarik napasnya dan mengeluarkan secara perlahan. "Pilihan Abi dan Ummi akan selalu menjadi pilihan terbaik untuk hidup Zahra. Kalau Zahra tidak bisa memberikan kebahagiaan setidaknya Zahra tidak menambah beban Abi dan Ummi."

"Jadi?" tanya Zahira.

"Iya, Zahra mau," Zahra mengangguk pelan.

"Alhamdulilah," ujar Zahira dan Gufron bersamaan. Gufron bersyukur mendapatkan Puteri seperti Zahra, yang selalu menuruti dan mematuhi kedua orang tuanya. Selalu membanggakan dan tidak pernah memberikan kekecewaan.

"Lalu bagaimana dengan kuliah Kakak?" tanya Zahra.

"Nanti kita bicarakan lagi. Anak laki laki teman Abi itu juga masih kuliah, cuman sudah memiliki pekerjaan tetapnya."

Zahra merasa lega, mendengar ucapan Abinya barusan. Setidaknya calon suaminya ini akan bertanggung jawab penuh atas dirinya.

××××××××

SELAMAT MEMBACA 🌸

Tulang rusuk dokter Aidil (Revisi)Where stories live. Discover now