18. Perubahan

1.9K 128 1
                                    

_________

Sabar adalah kunci dari keberhasilannya setiap perjalanan. Dan hati adalah sesuatu yang sangat sering terbolak balik.

_________

Sudah beberapa hari terakhir Aidil merasakan kejanggalan kepada istrinya, istrinya sering marah dan ngambek. Bahkan Zahra pernah meminta Aidil mengganti parfum yang ia kenakan, karena ternilai bau busuk dan membuatnya ingin muntah. Tak jarang pula Zahra kehilangan nafsu makan karena bermasalah dengan rasa beras yang ia makan. Alhasil Zahra memilih untuk memakan nasi merah yang berbeda dengan Aidil yang memilih tetap makan nasi putih.

Sekarang Aidil menatap Zahra yang tengah duduk di atas sofa sambil menonton serial Spongebob pagi ini. Bisanya Zahra lebih suka menonton ceramah ceramah menggunakan flashdisk milik Aidil, pagi ini dirinya lebih memilih menonton Spongebob.

Aidil hanya Diam, duduk di atas kursi meja makan melihat istrinya dari kejauhan.

Aidil mencomot buiskuit cokelat yang tadi Zahra beli di supermarket terdekat. Namun akhirnya terbuang sia sia, karena kata Zahra biskuit itu hambar. Dan lihat kelakuan istrinya saat ini, duduk dengan berbagai macam ice cream di hadapannya.

Aidil berpikir sejenak. "Apa istriku sedang sakit? Atau dia memang mempunyai kepribadian ganda? Astaghfirullah," lirih Aidil.

Tiba tiba Zahra mengerek, mengeluarkan air mata dan di susul Isak tangisnya yang tak begitu besar.

Aidil penik, dan langsung menghampiri istrinya itu.

"Kenapa nangis?" tanya Aidil.

Zahra menggeleng, kemudian memeluk Aidil dengan erat.

"Kamu ada yang sakit? Mana bagian mana?" tanya Aidil semakin panik karena Zahra tak menjawab apa apa.

"Aku gak mau kamu jauh jauh dari aku," ungkap Zahra.

"Aku deket kamu terus kok," jawab Aidil.

Zahra diam, kemudian menoleh ke Aidil. "Kamu ganti parfum ya?" tanya Zahra.

Aidil diam, kemudian mencoba mencium aroma tubuhnya. "Kenapa? Makin gak enak ya?"

Zahra menggelengkan kepalanya cepat. "Wangi banget, aku suka," Zahra semakin menempelkan diri di pelukan Aidil.

"Lah?" Aidil bingung, seolah tak mengenali sosok istrinya yang saat ini bersamanya. Zahra yang selalu lemah lembut dan menerima apapun dari Aidil, kini justru sebaliknya.

Menit selanjutnya adzan ashar berkumandang, dengan spontan Aidil langsung mengucap hamdalah. Mengingat harus melaksanakan sholat berjamaah di masjid Aidil hendak bersegera, namun Zahra masih saja memeluknya.

"Sayang, aku harus sholat ke masjid," ujar Aidil.

Zahra diam, tak menyatakan sepatah katapun. Bahkan bergerak saja tidak.

"Zahra," panggil Aidil lirih, kemudian melihat ke arah wajah Zahra. Dan ternyata, istrinya itu sudah tertidur di pelukannya. Betapa mudah istrinya itu tertidur, dalam iringan menit saja.

Aidil tersenyum. "Gemesin banget sih istri aku," kekeh Aidil lirih.

Kemudian Aidil menggendong Zahra menuju lantai atas, dan berencana membiarkan istrinya itu tidur sejenak selagi ia melaksanakan sholat ashar, setelah itu baru ia membangunkan Zahra untuk melaksanakan sholat Ashar.

*******

Zahra selesai melaksanakan sholat Ashar, dirinya duduk sebenta di atas sejadah selepas sholat. Kepalanya terasa berat, pemandangannya juga terasa sedikit mengunang.

"Mas," panggil Zahra kepada Aidil yang tengah membaca Qur'an di atas kasur.

"Hmm," Aidil berdehem.

"Kepala aku pusing," ujar Zahra.

"Yaudah, minum obat dulu."

"Kalau aku meninggal, besok kamu sama siapa?"

Aidil melirik tajam sosok Zahra, menutup mushafnya dan meletakkannya di atas meja kamar. "Kita ke dokter sekarang," tutur Aidil cepat.

"Gausah, aku cuman pusing."

"Enggak, aku rasa kamu punya kepribadian yang ganda," seloroh Aidil.

"Hah?"

"Pokoknya kita ke dokter sore ini."

"Tapi aku belum masak," ujar Zahra.

"Malam ini kita nge-date aja," senyum Aidil mengembang.

"Aku gak mau ke dokter," Zahra tetap saja ngotot tidak ingin pergi ke dokter. "Malam ini kita makan di rumah Papa ya, sekalian pastiin kondisi Papa."

"Lah? Nanti kalau tiba tiba Papa sama Andika kerepotan," ujar Aidil.

"Salah kamu, yang kerepotan itu Asisten rumah tangga," Zahra terkekeh.

"Ya, maksdunya Papa sama Andika pasti kasihan sama asisten rumah tangga di rumah itu."

"Kok kamu jadi belain asisten rumah tangga sih? Yaudah, kita beli makanan nanti di jalan," sewot Zahra.

"Lho, kok jadi ngembek sih?"

"Kamu nyebelin," ujar Zahra kemudian melepas mukenanya.

"Kan, salah lagi," lirih Aidil. "Kok kamu banyak berubah sih?"

"Berubah gimana? Jadi renger pink gitu? Atau aku jadi kayak cat women? Sexy bener."

Sekarang saja Zahra jadi berubah cerewet dan banyak protes, bagaimana tidak di anggap aneh.

"Enggak enggak, yaudah kita ke rumah Papa," ujar Aidil.

Kemudian Zahra tersenyum. "Gitu dong."

×××××××

SELAMAT MEMBACA YA

SEMOGA SUKA....

SEMOGA PERUBAHAN ZAHRA KEPADA JALAN YANG LEBIH BAIK

BTW, KAYAKNYA AIDIL DEH SEBAGAI SUAMI YANG KURANG PEKA WKWK

Tulang rusuk dokter Aidil (Revisi)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang